Monday, May 7, 2007

SECRET 1

Aku terpaksa ceritakan ini karena aku ingin mengetahui
apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama,
entah pria atau wanita. Aku berharap kita bisa saling
tukar pengalaman. Karena aku tidak bisa bercerita secara
enak, ya.
Pokoknya seperti itulah kisahnya..
Namaku Dino M Tandi, Aku adalah seorang suami dan
memiliki 2 orang anak, aku sangat sayang kepada mereka.
Sebagai pimpinan di suatu perusahaan ternama di
Indonesia, aku
memiliki banyak bawahan termasuk operator telepon
kantor. Kebetulan, aku ikut memilih
dan menentukan si Tina, nama operator telepon itu agar
dipekerjakan di kantorku.
Dia berkulit cerah, berambut sepundak, dan aku tahu
giginya kurang sempurna ketika dia pertama kali
tersenyum padaku saat wawancara. Tetapi, itu tidak
mengurangi kecantikannya.
Sudah 6 bulan sejak dia bekerja di tempatku, tanpa
terasa, aku sering mendengar
suaranya lewat telepon setiap kali aku minta tolong dia
untuk menyambungkan telepon ke luar, atau meminta tolong
untuk mengirimkan atau menerima fax.
Lama-lama kedengaran suara itu sangat indah didengar.
"Tin, tolong sambungkan ke 4343949, dengan pak Joko, ya
.." kataku suatu hari saat meminta dia menyambungkan
telepon ke partner kerja di BCA. Dia selalu menjawab
dengan suara yang aku suka, "Oya, baik pak.." dan
ditutupnya telepon.
Demikian terus setiap hari... Suatu ketika...
Dia datang pagi sekali, kebetulan aku sudah ada di
kantor, bersiap untuk menandatangani berkas-berkas di
meja. Ruangku, yang selalu membuat aku bisa mengamati
dia dari jauh, membantu aku untuk bisa mengetahui apa
yang dia lakukan. Saat itu, dia berbenah diri
mengeluarkan alat kosmetik berkaca dan mulai membetulkan
rias wajahnya yang terkena debu saat berangkat kantor,
mungkin. Saat itu, dia mengenakan baju cream terang
sehingga kelihatan BHnya yang berwarna putih bertali
kecil. Bawahnya, dia memakai rok dengan belahan tidak
terlalu tinggi. Sungguh cantik kelihatannya. Rambutnya
yang membuat perasaanku menjadi berdegub, dia mulai
menyisir rambutnya... Dia betulkan tali
BHnya dan tangannya menarik-narik bentuk BHnya mungkin
dirasa tak enak dipakainya, membuat aku semakin
deg-degan.. Dan, ketika dia sadar aku perhatikan, dia
segera tersenyum malu dan menggigit bibir bawahnya, aku
terpaksa membalas senyumannya, dan berlagak serius dan
tidak memperhatikannya. Wah aku berharap, dia tahu bahwa
aku memang sedang memperhatikannya...

Suatu hari, aku panggil dia untuk mengirimkan fax dan
sekaligus mengetik artikel untuk bahan promosi.
"Ya pak?" dia datang ke ruang kerjaku.
"Oya, duduk saja" kataku. Saat itu, dia memakai baju
dengan motif kembang kecil, kain bajunya sangat
transparan sehingga aku bisa lihat dia memakai BH
berwarna putih.
Ukurannya? Saat itu aku tidak tahu.. tapi nantinya aku
tahu. Kulit lehernya yang putih bersih, membuat aku
ingin terus melihat ke bawah lehernya. Sekali-kali, aku
melihat bagian itu dan berusaha tidak membuat ia tahu,
semoga berhasil. Dia tersenyum cerah kepadaku.
"Aku ada artikel, coba kamu lihat dulu" aku suruh dia
untuk lebih maju untuk melihat artikel itu. Tanpa
sengaja, aku melihat belahan bajunya yang atas dan
memperlihatkan belahan kecil buah dadanya yang putih
itu. Dia sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang melihat
buah dadanya. Terus saja dia membaca artikel itu dan aku
melihat buah dadanya, pikiranku sudah kemana-mana,
kontolku sudah mulai mengeras.
"Tolong itu ketikkan, saya tunggu hari ini, dan ini
tolong difax ke Kantor Pusat, ada yang kamu tanyakan?"
kataku, membuat kondisi tetap formal, agar dia tidak
menyadari tindakanku.
"Nggak pak, nanti segera saya ketik dan fax ini, ada
yang lain, Pak?" Dia tegak kembali, dan tersenyum lagi.
Sejak itu, aku menjadi terus menerus ingin
memperhatikannya. Perasaanku menjadi gelisah saat aku
lama tidak melihatnya. Wah gawat nih! Aku selalu
membayangkan buah dadanya yang putih itu suatu saat bisa
kuelus...
Pada bulan Desember, hujan lebat, saat kantorku sangat
sibuk dan membuat aku kerja lembur, aku harus pulang
malam. Saat itu, aku tidak tahu bahwa Tina, belum juga
pulang. Ternyata ia belum dijemput oleh pacarnya. Aku
pergi ke Toilet, untuk cuci muka, dan mampir ke dapur.
Eh! Tina ada di sana sedang membuat teh.
"Lho, Tina kok belum pulang ? Sudah jam 8 malam kan?"
aku coba untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku
sangat tidak menyadari bahwa aku berjumpa dia saat itu
di tempat yang jarang sekali dikunjungi orang, dapur.
"Ehh... iya, pak Dino.. mmm saya belum dijemput, mungkin
gara-gara hujan ini.. jadinya telat.." sambutnya
malu-malu..
"Ooo..pacarmu ya ?" pancingku..
"Hhehehemm" dia malu menjawabnya. "Wah aku juga mau tuh,
kalo dibuatin Kopi, bisa ?" aku coba lagi membuat bahan
percakapan.. mumpung ada kesempatan.
"Oya, pak saya buatkan.."
Dia langsung membuka lemari, tetapi dia tampak kesulitan
mendapatkan kopinya.
Belahan di paha kanannya terbuka lebar saat dia jongkok
dan meraih sesuatu di dalam lemari. Putih
sekali.Lengannya yang putih mulus langsung terbuka dan
memperlihatkan bulu ketiaknya yang halus..
merangsangku..untuk mendekatinya.
"Ada?" tanyaku. Aku duduk di kursi sebelahnya, aku
perlihatkan muka yang lelah.
"Sebentar pak, pasti ada... cape pak ?" tanyanya.
"Ah.. biasaaa... tiap hari juga begini.. tapi kalo sudah
minum kopi, hilang dah.."
Ternyata, kopinya sudah habis. Dan untuk membuat dia
tetap berjasa untukku, aku bilang "Ah sudahlah, teh saja
nggak apa-apa" "Tapi pak, tehnya juga habis, ini tadi
yang terakhir, wah..gimana nih ya .." dia sangat kuatir
aku kecewa.. bingung sekali. "Ooo hohoh...wah, nggak
apa-apa lah..mmm.. gimana kalo tehmu kita minum
sama-sama ? nggak usah malu, aku yang minta kok..ya",
"O, buat Bapak aja lah itu.. saya gampang minum air
putih saja.." aku nggak kalah "Eeii.. inikan punyamu..
ayo". Akhirnya, dia mengalah juga.
Bajunya sudah tidak rapi lagi, banyak belahan kancing
yang terbuka karena tekukan badan saat mencari kopi
untukku tadi, membuat aku bisa melihat kulitnya yang
putih.. mulus...
Kami duduk di meja dapur. Aku minum sedikit, dia minum
juga sedikit. Dia tampak sudah merasa bahwa aku tertarik
kepadanya. Beberapa kali dia menahan senyumnya,
malu. Hujan di luar malah bertambah lebat...
"Ayo temani aku ke ruang kerjaku, kamu bisa belajar
komputer di sana". "Oya, wah nggak ngganggu nih ?"..Aku
dan dia langsung menuju ke ruang kerja. Kantor sudah
sepi, hanya satpam ada di luar.
Karena sudah gelap, banyak lampu dimatikan, aku coba
bimbing dia dengan memegang
pinggangnya maju. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku
sediakan dia kursi dan laptopku untuk dia gunakan. Aku
buka internet dengan site perusahaanku. Dia
manggut-manggut ketika aku jelaskan tentang internet.
Dan aku tidak sengaja membuka hot site, karena sudah ada
di history. Dia langsung ketawa "Hei.. Bapak ini, hayo..
ini juga ada di internet toh?.." tanyanya lucu.
Lama-lama, pandangannya lain ke monitor laptop yang
menampilkan gambar laki-laki muda sedang mengulum buah
dada seorang gadis dan tangannya mengelus memek gadis
itu.
"Tapi, aku punya yang lebih bagus dari ini, Tin.." "Dia
kaget mendengar kata-kataku tadi. Aku langsung stelkan
VCD porno yang kebetulan menggambarkan situasi yang sama
antara aku dengan Tina. Situasi di ruangan kantor.
Adegan demi adegan membuatku terangsang meski aku sudah
pernah melihatnya. Aku melihat buah dada Tina naik turun
karena nafasnya yang sudah tidak beraturan lagi. Aku
pura-pura biasa saja, aku tidak ingin merusak
konsentrasi Tina melihat VCD itu.
Dia beberapa kali menelan ludah. Aku dekati dia dari
samping kiri agak ke belakang. Tanganku memegang
pundaknya, perlahan.. tanpa membuatnya terkejut.
"Kamu pernah melihat film seperti ini, Tin ? tanyaku.
"Ah.. belum pak" jawabnya agak berbisik. Suara
"ahhhh...ahhh....mmemmmm..yyeaaa.. fuck me please.."
dari speaker laptopku menjadikan suasana tambah panas.
kontolku sedari tadi sudah bangun, dan sakit karena
terhambat celanaku. Tanganku yang sudah berada di
pundaknya, kini menuruni lengannya yang berlengan baju
pendek dan tipis. Aku naik-turunkan jempolku dengan
halus dan pelan sekali. Dia bereaksi dengan membetulkan
duduknya. Adegan hot saat itu adalah gadis yang tadi
sudah berada di atas meja dan memeknya sedang dicium dan
dijilati clitorisnya.
"Uhhhhh.. yesss.... againnnn...Ahhhh" suara di laptopku
semakin menjadi-jadi.
Hujan di luar menjadi-jadi juga. Tiba-tiba terdengar
suara pager milik Tina.
Dia buru-buru melihat isinya, ternyata Pacarnya tidak
dapat menjemput karena kendaraanya mogok terkena banjir.
Dia menjadi bingung sekali.
"Lho, kan ada saya, nanti saya antar kamu ke rumah..."
dan aku langsung bilang
"Nggaaakk, ngapain mesti repot ?" saat dia bilang tidak
ingin merepotkan aku. Akhirnya, dia menuruti saranku.
Wah! konsentrasiku buyar nih! kontolku tidur kembali.
Aku lihat, wajah Tina sangat lain. Saat itu, ada hal
yang ingin disampaikan tetapi dia tidak berani.
Aku beranikan untuk mengetahuinya...Tanganku aku
letakkan di telinganya dan menyibakkan rambutnya ke
belakang. Terus begitu, dan akhirnya ke alisnya. Dia
tampak diam saja, dan sesekali menoleh ke wajahku dengan
agak malu. Aku yakin sekali, dia menyukai perlakuanku
padanya.
Karena itu, aku lanjutkan dengan mendekatkan mukaku ke
wajahnya. Aku elus pipinya, dan aku tempelkan hidungku
ke pipinya, membuat hembusan nafasku mengenai
wajahnya... "Paakk.." katanya berbisik sambil agak
memejamkan matanya, tetapi, dia menjauhkan wajahnya
lagi.
Suara di laptopku "Come on babe... I'm cumming...deeper
more deeper..." tampaknya membuat suasana menjadi lain.
"Tin, boleh aku cium kamu ?" tanyaku nekat. Tanpa
menunggu jawabannya, aku dekati wajahnya dan aku cium
bibirnya yang kering karena suasana tegang saat melihat
film itu. "Mhmemmm.. pak, saya.. mau pullmshmm"
kata-katanya tidak dapat dilanjutkan, karena aku sudah
mengulum lidahnya. Aku lingkarkan lenganku ke pundaknya,
dan aku putar kursinya menghadap ke kiri. Tangan kiriku,
sekarang menyentuh kancing baju depan dan membuka satu
kancingnya. Dengan telunjuk, aku elus buah dadanya yang
halus itu perlahan-lahan. Aku tidak ingin dia ketakutan.
Perlahan-lahan sekali aku elus buah dadanya, tanpa
membuka BHnya. Matanya merem
melek, aku ingin tertawa tetapi aku tahan. Aku paham
bahwa saat itu dia setuju dengan perlakuanku. Sekarang
aku putar jempolku ke arah puting kirinya, "hhhhehhhh..
mmehhhmmm" Dadanya agak membusung.. Aku putar jempolku
ke arah puting kanannya, "Ahhhhh, pak Dino.. ssshshsmm"
Aku terus saja mengulum lidahnya, dan dia sudah
menyambut ciumanku, bersemangat.
Kedua putingnya terasa keras, menonjol di BHnya yang
tipis itu. "Pakk..." bisiknya lagi..
"Tin.. aku sudah lama ingin menciummu..." kataku untuk
memancing dia berterus terang.
Tangan kiriku, membuka kancing teratas, sehingga BHnya
terlihat seluruhnya.
"Jangan.. pakk... malu..." bisiknya. Aku teruskan dengan
menarik tali BH di lengannya menurun, kiri dan kanan..
"Ohhhh pakk." Dia melihat dirinya sendiri, dan dia
sempatkan melihat adegan di VCD sekarang sedang
memperlihatkan ke dua orang tadi sedang dalam posisi 69.
"Ahhhhh... ohhhhh... mshmsmsmshmmm yesss" suara di
laptop membuat aku semakin terangsang. kontolku sudah
tegang lagi sekarang.
Dan ternyata aku baru tahu, bahwa roknya memiliki
resleting di depan panjang ke bawah. Aku coba untuk
membukanya, tanganku dipegang oleh Tina keras. Dia
mencabut ciumanku. "Pak... jangan pak.."
"OK, Tin, aku antar kau ke toilet.. ayo" kataku
tersenyum tanpa membuat dia bersalah. Langsung dia
mengancing baju dan mengikutiku dari belakang. Dia tak
tahu maksudku tapi dia ikut saja. Dia mengira bahwa ini
sudah berakhir dan dia akan pulang.
Sesampai di toilet, aku ikuti dia masuk. Di depan
cermin, aku rangkul dia dan mengulangi adegan mesra di
ruangan kerjaku, dan sekarang dia tahu apa yang aku
lakukan, karena kami berada di depan cermin.
"Paakk, saya malu" saat aku lepas seluruh kancing
bajunya, dan aku lepaskan.
BHnya, aku lepas dari belakang. Aku ciumi buah dadanya,
sampai putingnya,
keduanya....
"Ohhhhhmm ...pakkk.. saya.. hhmmmmmm" tangannya memegang
kepalaku, dan menekannya ke arah buah dadanya. Matanya
merem, dan melihat adegan kami lewat cermin.
Akhirnya, aku lepas roknya tanpa kesulitan, sekarang dia
hanya memakai celana dalam, serta sepatu berhak 3 cm.
Dia memalingkan badannya membelakangi cermin, untuk
mengatasi malunya. Dari belakang, bokong Tina tampak
merangsang ditutup celana dalam warna hitam berenda.
"Pak, kenapa pak Dino melakukan ini ? Nanti ibu
bagaimana ?.."dia mencoba mengingatkanku pada istriku.
"Kenapa ibu? Aku sangat kangen pada kamu" aku mulai
menciumi putingnya, membuat dia
membusungkan dadanya..
"Hohhh hhhhmm hhmhhm..." dia tidak dapat menahan
suaranya..
Tangan kananku mendorongnya menuju wash table yang
terbuat dari beton dan panjang itu. Tanganku mulai
menelusuri jembutnya yang terasa basah itu.
"Paaaaak..." bisiknya..Mukanya sudah lain, dia sangat
merangsang sekali saat itu. Aku turunkan celana dalamnya
menuju lutut dan aku turunkan dengan kakiku.
Sekarang dia telanjang bulat! Di hadapanku! Aku tidak
sangka, akan menelanjangi dia seperti ini!
Tangannya kubimbing menuju ke kontolku yang sudah keras.
Aku masih memakai baju lengkap. Aku angkat dia duduk di
atas wash table dan aku merendahkan kepalaku untuk bisa
mencium memeknya. Aku lihat, bulunya tipis agak
kemerahan.. rambutnya basah karena rangsanganku.
Tangannya menyangga tubuhnya ke belakang dan wajahnya
mendongak ke atas. Aku duduk pada lutut dan aku mulai
menghisap memeknya yang sangat basah itu. Lidahku
mencari clitorisnya, dan ketika ketemu, aku hisap dan
elus-elus ke atas-bawah. Tangan Tina langsung menangkap
kepalaku dan menjambak rambutku. "Auhhhmmmm...paakkk..."
...
"Rasanya gimana Tin..." ...
"paakk..saya maluuu.." tapi pinggulnya sekarang
mengayun-ayun ke depan dan belakang,
seirama dengan elusan lidahku. Berarti, dia sudah bisa
menikmati! 5 menit aku jilat,
elus, hisap clitorisnya, akhirnya kedua kakinya
mengejang lurus dan tangannya
menekan kepalaku keras masuk ke dalam memeknya.
Sampai-sampai hidungku basah
semua! Kini kutahu dia sedang orgasme.. panjang sekali!
1 menit setelah dia mengatur nafasnya, aku memutuskan
untuk tidak melanjutkannya, karena jam sudah menunjukkan
pukul 10 malam. Aku kuatir, dia ditunggu oleh orang di
rumahnya. Aku langsung membantu dia mengenakan bajunya
dan dia sangat malu kepadaku. Untuk membuat dia tidak
malu "Tin, aku suka kepadamu, dan kamu jangan malu
kepadaku, biar kamu gak malu lagi, sekarang kamu bisa
lihat kontolku dan cium juga" aku keluarkan kontolku
yang masih tegang berukuran 20 cm. "Pak!, malah malu
saya pak!" ... tetapi akhirnya dia mau menciumnya hanya
sebentar dan tersenyum malu lagi.

Akhirnya aku antar di pulang. Di jalan, kami tidak dapat
berbicara apa-apa.....Aku juga tidak ingin perasaannya
kacau.

No comments: