Monday, May 7, 2007

MAMAKU

Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan tanaman.
Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya dihabiskan untuk
mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman rumah kami yang
luas. Setiap sore mama selalu berada di halaman belakang, terbungkuk - bungkuk
merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan begini, biasanya sepanjang sore
kubahiskan waktu untuk memperhatikan Mama. Terus terang, saya senang sekali
mencuri - curi pandang pada gundukan payudaranya yang hampir menyembul dari
belahan dasternya, pahanya yang sekali-sekali tersingkap jika Mama menungging,
atau memeknya yang membayang dari celana dalamnya yang jelas terlihat sewaktu
Mama berjongkok.
Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang lagi asyik
duduk di gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir seluruhnya
keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya jelas-jelas terlihat.
Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan hampir separo kancing dasternya.
Aku hanya bisa melongo, batang kontolku langsung ereksi, kalau nggak cepat cepat
aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat separo batang kontolku yang udah keluar
dari pinggang celanaku.
Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama memberikan
tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang duduk duduk
di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai blue jeans ketat
kegemaranku. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum habis tidur siang, aku
menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol mengenai acara wisudaku, Mama
asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan ngobrol,
Mama nggak sengaja jongkok tepat di depan mataku. Walaupun sedikit tertutup
dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting daun, aku jelas - jelas melihat
gundukan memeknya, mulus tercukur tanpa satu helai rambut. Ya ampun, mungkin
Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan aku jadi terangsang luar biasa.
Saking terpananya, aku nggak peduli lagi sama batang kontolku yang udah
menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke atas pusarku. Aku baru sadar sewaktu
Mama terbelalak melihat kontolku. Jelas-jelas saja Mama kaget, saking
panjangnya,kontolku kalo lagi ereksi bisa sampe ke ulu hati.
Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke gudang belakang. Di
tengah kegelapan ku buka resluiting jensku dan mulai mengocok kontolku.
Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama berdiri di
pintu, tangan kanannya masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol
raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan badanku yang
kekar. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan kocokan ku.
“Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang dia
maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat kedua tanganku
yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai memerah.
Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana dalamku ke
bawah, biar Mama melihat kedua biji kontolku yang bergerak ke sana ke sini
seirama kocokanku pada batang kontolku.
Terpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat ukuran
kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup pintu gudang di
belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu persatu kancing
dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama tidak memakai beha.
Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku terangsang, walaupun sudah turun
namun ukurannya hampir sebesar melon. Minimnya cahaya yang masuk ke gudang
membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat warnanya. Mungkin coklat
kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-benar
hot!!”.
Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku berusaha
menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan, kontolku tegak
menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang.
Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar. Ujung
lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan kecoklatan. Astaga…
kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan meremas teteknya
yang lain dengan tanganku. Kontolku yang terjepit diantara perutku dan perut
Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt crutttttttttt.. semprotan
demi semprotan kontolku meledak menyemburkan cairan putih kental membasahi
sebagian perut dan tetek Mama.
Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang kontolku dan
meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak tangannya. Di
sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah, air maniku
membasahi seluruh tangan dan lengan Mama, beberapa semprotan jatuh ke pangkal
paha Mama.
Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih tanganku
dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku sewaktu telapak
tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang dipenuhi bulu-bulu pendek.
Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat melihat memek Mama dari dekat. Belum
ada lima menit, aku keluar lagi, kali ini air maniku menyemprot tepat di
permukaan memeknya.
Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.
Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras, bahkan semakin
keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku terangsang dengan
belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya.
Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara tanganku yang
lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet pentilnya yang
mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kontolku dan aku mendorong ke
memeknya
Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kontolku menyentuh memeknya. Di
tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir bak mandi dan kemudian
mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke tubuh Mama, wajahku ku susupkan
dicelah kedua bukit payudaranya.
Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi mencengkram
batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya. Kurasakan
hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir setengahnya,
kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi.
“Sshh…egh..!” Mama mendesis.
Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum kedua
teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan kemudian terasa
aku akan keluar lagi.
Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan mengerang.
Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa merasakan
badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang Kontolku kemudian
menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari memeknya.
Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa akan keluar,
kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku sedalam dalamnya.
Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan air mani keluar, jauh
didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar dan kukocok, air mani keluar
lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan ujung penisku di kedua pentil nya
yang membesar. Kemudian kutekan kedua bulatan payudara Mama dan menyusupkan
batang kontolku di celah antara keduanya. Kugosok gosok kan terus sampai air
maniku berhenti keluar. Mama tersenyum, dagu, leher dan dada Mama penuh dengan
air maniku. Entah berapa banyak air mani yang kusemprotkan waktu itu. Pada
semprotan yang terakhir, aku melenguh keras. Takut jika ada yang mendengar..Mama
mendekap kepalaku di dadanya.
Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar dari gudang
itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya dan mulai menyabuni
pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi. “Mandi berdua dengan Mama
? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama melihatku mengunci pintu dan
tersenyum kearahku penuh arti.