Monday, May 7, 2007

AJIE

Aku seorang wanita karir yang cukup mapan, boleh
dibilang karirku sudah mencapai tingkat tertinggi dari
yang pernah kuimpikan. Tahun lalu aku memutuskan keluar
dari pekerjaanku yang sangat baik itu, aku ingin
memperbaiki rumah tanggaku yang berantakan karena selama
5 tahun ini aku dan suami tidak pernah berkomunikasi
dengan baik sehingga kami masing-masing memiliki
kegiatan di luar rumah sendiri-sendiri. Anak kami
satu-satunya sekolah di luar negeri, kesempatan untuk
berkomunikasi makin sedikit sampai akhirnya kuputuskan
untuk memulai lagi hubungan dengan suamiku dari bawah.
Tapi apa boleh buat semua malah berantakan, suamiku
memilih cerai ketika aku sudah keluar dari karirku
selama 3 bulan. Aku tak dapat menyalahkannya karena
akupun tidak begitu antusias lagi setelah mengetahui dia
mempunyai wanita simpanan, dan itu juga bukan salahnya
maupun salahku. Kupikir itu adalah takdir yang harus
kujalani.

Sekarang usiaku sudah 39 tahun dan aku tidak pernah
bermimpi untuk menikah lagi, sehari-hari aku lebih
banyak berjalan-jalan dengan teman, kadang-kadamg kami
traveling untuk membunuh waktu belaka. Sejak 3 bulan
yang lalu aku membiarkan salah seorang keponakanku untuk
tinggal di rumahku, aku tergerak menolong orang tuanya
yang mempunyai ekonomi pas-pasan sehingga untuk kost
tentu memerlukan biaya yang mahal, sedangkan untuk bayar
kuliah saja mereka sudah bekerja mati-matian.
Keponakanku bernama Ajie, usianya sekitar 22 tahun,
kubiarkan ia tinggal di salah satu kamar di lantai 2.
Ajie sangat sopan dan tahu diri, jadi kupikir sangat
menguntungkan ada seseorang yang dapat menjaga rumahku
sewaktu aku dan teman-teman traveling. Tapi ternyata
Ajie membawa berkah yang lain.

Pagi itu aku segan sekali bangun dari ranjang, baru
kemarin malam aku kembali dari Thailand dan kebetulan
hari itu adalah hari minggu, sehingga aku memutuskan
akan tidur sepuas mungkin, semua pembatu libur pada hari
minggu, mereka boleh kemana saja, aku tidak peduli asal
jangan menganggu tidurku. Aku tergolek saja di ranjang,
baju tidurku terbuat dari sutera tipis berwarna putih,
kupandangi tubuhku yang mulai gempal, kupikir aku harus
mulai senam lagi. Kulihat jam menunjukkan angka 10. Ah
biarlah aku ingin tidur lagi, jadi aku mulai
terkantuk-kantuk lagi. Tiba-tiba aku mendengar suara
langkah kaki di depan pintu, lalu terdengar ketukan, aku
diam saja, mungkin salah seorang pembantu ingin mengacau
tidurku.
"Tante..., Tante...", ooh ternyata suara Ajie. Mau apa
dia? Aku masih diam tak menjawab, kubalikkan badanku
sehingga aku tidur telentang, kupejamkan mataku, kedua
tangan kumasukkan ke bawah bantal. Ketukan di pintu
berulang lagi disertai panggilan.
"Persetan!", pikirku sambil terus memejamkan mata. Tak
lama kemudian aku kaget sendiri mendengar pegangan pintu
diputar, kulirik sedikit melalui sudut mataku, kulihat
pintu bergerak membuka pelan, lalu muncul kepala Ajie
memandang ke arahku, aku pura-pura tidur, aku tak mau
diganggu.
"Tante...?", Suaranya berbisik, aku diam saja.
Kupejamkan mataku makin erat.

Beberapa saat aku tidak mendengar apapun, tapi tiba-tiba
aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip
melalui sudut mata, astaga ternyata Ajie sudah berdiri
di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap
tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaun tidurku,
aku lupa sedang mengenakan baju tidur yang tipis apalagi
dengan tidur telentang pula. Hatiku jadi berdebar-debar,
kulihat Ajie menelan ludah, pelan-pelan tangannya
menyingkap gaunku, hatiku makin berdebar tak karuan. Mau
apa dia? Tapi aku terus pura-pura tidur.
"Tante...", Suara Ajie terdengar keras, kupikir ia
sedang ingin memastikan apakah tidurku betul-betul
nyenyak atau tidak. Kuputuskan untuk terus pura-pura
tidur. Kemudian kurasakan gaun tidurku tersingkap semua
sampai leher, lalu kurasakan tangan Ajie mengelus
bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tenang
agar pemuda itu tidak curiga.

Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena
tangan kumasukkan bawah bantal jadi otomatis ketiakku
terlihat. Kuintip lagi..., buseet wajah pemuda itu dekat
sekali dengan wajahku, tapi aku yakin dia masih belum
tahu aku pura-pura tidur, kuatur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu
kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin
tahu apa yang akan dilakukannya terhadap tubuhku. Tak
lama kemudian kurasakan tangannya meraba buah dadaku
yang masih tertutup BH, mula-mula ia cuma mengelus-elus,
aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu
kurasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan
seperti ada yg sedang bergolak di dalam tubuhku, sudah
lama aku tidak merasakan sentuhan laki-laki. Sekarang
aku sangat merindukan kekasaran seorang pria, aku
memutuskan terus diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Ajie sedang berusaha membuka kancing
BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan
dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku
ingin merintih nikmat tapi nanti malah membuatnya takut,
jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan
tangannya gemetar ketika memencet puting susuku, kulirik
pelan, kulihat Ajie mendekatkan wajahnya kearah buah
dadaku, lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku
ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku
terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna
merah tua sudah berkilat oleh air liurnya, perasaanku
campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Mulutnya terus
menyedot puting susuku disertai dengan gigitan-gigitan
kecil, tangan kanan Ajie mulai menelusuri
selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku
yg masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah
basah atau belum, yang jelas jari-jari Ajie
menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu
kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku,
jantungku berdebar keras sekali, kurasakan kenikmatan
menjalari tubuhku. Jari-jari Ajie sedang berusaha
memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas
masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri
sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku
sambil menyentakkan tubuhku.

"Ajie!!! Ngapain kamu?", Aku berusaha bangun duduk, tapi
kedua tangan Ajie menekan pundakku dengan keras.
Tiba-tiba Ajie mencium mulutku secepat kilat, aku
berusaha memberontak, kukerahkan seluruh tenagaku, tapi
Ajie makin keras menekan pundakku, malah pemuda itu
sekarang menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas
ditekan oleh tubuhnya yang besar. Kurasakan mulutnya
kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam
mulutku, aku pura-pura menolak.
"Tante..., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan
ini, maafkan saya tante" Ajie melepaskan ciumannya lalu
memandangku dengan pandangan meminta.
"Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda.
Tante kan sudah tua" Ujarku lembut.
"Tapi saya sudah tergila-gila dengan tante..., saya akan
memuaskan tante sepuas-puasnya", Jawab Ajie.
"Ah kamu..., ya sudahlah terserah kamu sajalah", Aku
pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah
tak tahan ingin dijamah olehnya. Kemudian Ajie
melepaskan gaun tidurku, sehingga aku cuma memakai
celana dalam saja. Lalu Ajie melepaskan pakaiannya,
sehingga aku bisa melihat penisnya yang besar sekali,
penis itu sudah menegang keras. Ajie mendekat ke arahku.
"Tante diam saja ya", Kata Ajie. Aku diam sambil
berbaring telentang, kemudian Ajie mulai menciumi
wajahku, telingaku dijilatinya, aku mengerang-erang,
kemudian leherku dijilat juga, sementara tangannya
meremas buah dadaku dengan lembut. Tak lama kemudian
Ajie merenggangkan kedua pahaku, lalu kepalanya menyusup
ke selangkanganku. vaginaku yang masih tertutup CD
dijilat dan dihisap-hisapnya, aku menggeliat-geliat
menahan rasa nikmat yang luar biasa. Lalu Ajie menarik
CD-ku sampai copot, kedua kakiku diangkatnya sampai
pinggulku juga terangkat, sehingga tubuhku menekuk,
kulihat vaginaku yang berbulu sangat lebat itu mengarah
ke wajahku, punggungku agak sakit, tapi kutahan, aku
ingin tahu apa yang akan dilakukannya. Kemudian Ajie
mulai menjilati vaginaku, kulihat lidahnya terjulur
menyibak bulu vaginaku, lalu menyusup ke belahan bibir
vaginaku, aku merintih keras, nikmat sekali, clitorisku
dihisap-hisapnya, kurasakan lidahnya menjulur masuk ke
dalam lubang vaginaku, mulutnya sudah bergelimang
lendirku, aku terangsang sekali melihat kelahapan pemuda
itu menikmati vaginaku, padahal kupikir vaginaku sudah
tidak menarik lagi.
"Enak Ajie? Bau kan?", Bisikku sambil terus melihatnya
melahap lubangku.
"Enak sekali tante, saya suka sekali baunya", Jawab
Ajie, aku makin terangsang. Tak lama aku merasakan
puncaknya ketika Ajie makin dalam memasukkan lidahnya ke
dalam vaginaku.
"Ajiee..., aa..., enaakk" Kurasakan tubuhku ngilu semua
ketika mencapai orgasme, Ajie terus menyusupkan lidahnya
keluar masuk vaginaku. Kuremas-remas dan kugaruk-garuk
rambut Ajie. Kemudian kulihat Ajie mulai menjilat lubang
pantatku, aku kegelian, tapi Ajie tidak peduli, ia
berusaha membuka lubang pantatku, aku mengerahkan tenaga
seperti sedang buang air sehingga kulihat lidah Ajie
berhasil menyusup kesela lubang pantatku, aku mulai
merasakan kenikmatan bercampur geli.
"Terus Jie..., aduh nikmat banget, geli..., teruss...,
hh...", Aku mengerang-erang, Ajie terus menusukkan
lidahnya ke dalam lubang pantatku, kadang-kadang jarinya
dimasukkan ke dalam lalu dikeluarkan lagi untuk dijilat
sambil memandangku.
"Enak? Jorok kan?".
"Enak tante..., nikmat kok", Jawab Ajie, tak lama
kemudian aku kembali orgasme, aku tahu lendir vaginaku
sudah membanjir. Kucoba meraih penis Ajie, tapi sulit
sekali. Aku merasa kebelet ingin pipis, tiba-tiba tanpa
dapat kutahan air kencingku memancar sedikit, aku
mencoba menahannya.
"Aduh sorry Jie..., nggak tahan mau pipis dulu" Aku
ingin bangun tapi kulihat Ajie langsung menjilat air
kencingku yang berwarna agak kuning. Gila! Aku berusaha
menghindar, tapi ia malah menyurukkan seluruh mulutnya
ke dalam vaginaku.
"aa..., jangan Ajie..., jangan dijilat, itu kan pipis
Tante", Aku bangun berjalan ke kamar mandi, kulihat Ajie
mengikutiku.
"Tante pipis dulu, Ajie jangan ikut ah..., malu", Kataku
sambil menutup pintu kamar mandi, tapi Ajie menahan dan
ikut masuk.
"Saya ingin lihat Tante".
"Terserah deh".
"Saya ingin merasakan air pipis tante", Aku tersentak.
"Gila kamu? Masak air pipis mau...", Belum habis
ucapanku, Ajie sudah telentang di atas lantai kamar
mandiku.
"Please tante...", Hatiku berdebar, aku belum pernah
merasakan bagaimana mengencingi orang, siapa yang mau?
Eh sekarang ada yang memohon untuk dikencingi. Akhirnya
kuputuskan untuk mencoba.
"Terserah deh..." Jawabku, lalu aku berdiri diantara
kepalanya, kemudian pelan-pelan aku jongkok di atas
wajahnya, kurasakan vaginaku menyentuh hidungnya. Ajie
menekan pinggulku sehingga hidungnya amblas ke dalam
vaginaku, aku tak peduli, kugosok-gosok vaginaku di
sana, dan sensasinya luar biasa, kemudian lidahnya mulai
menjulur lalu menjilati lubang pantatku lagi, sementara
aku sudah tidak tahan.
"Awas..., mau keluar" Ajie memejamkan matanya. Kuarahkan
lubang vaginaku ke mulutnya, kukuakkan bibir vaginaku
supaya air kencingku tidak memencar, kulihat Ajie
menjulurkan lidahnya menjilati bibir vaginaku, lalu
memancarlah air kencingku dengan sangat deras, semuanya
masuk ke dalam mulut Ajie, sebagian besar keluar lagi.

Tiba-tiba Ajie menusuk vaginaku dengan jarinya sehingga
kencingku tertahan seketika, kenikmatan yang luar biasa
kurasakan ketika kencingku tertahan, lalu vaginaku
ditusuk terus keluar masuk dengan jarinya. Kira-kira 1
menit kurasakan kencingku kembali memancar dashyat,
sambil pipis sambil kugosok-gosokkan vaginaku ke seluruh
wajah Ajie. Pemuda itu masih memejamkan matanya.
Akhirnya kulihat kencingku habis, yang keluar cuma tetes
tersisa disertai lendir bening keputihan menjuntai masuk
ke dalam mulut pemuda itu, dan Ajie menjilat serta
menghisap habis. Aku juga tak tahan, kucium mulut Ajie
dengan lahap, kurasakan lendirku sedikit asin, kuraih
penis Ajie, kukocok-kocok, kemudian kuselomoti penis
yang besar itu. Kusuruh Ajie nungging diatas wajahku,
lalu kusedot penisnya yang sudah basah sekali oleh
lendir bening yang terus-menerus menetes dari lubang
kencingnya. Ajie mulai memompa penisnya di dalam
mulutku, keluar masuk seolah-olah mulutku adalah vagina,
aku tidak peduli, kurasakan Ajie sedang mencelucupi
vaginaku sambil mengocok lubang pantatku.

Kuberanikan mencoba menjilat lubang pantat Ajie yang
sedikit berbulu dan berwarna kehitam-hitaman. Tidak ada
rasanya, kuteruskan menjilat lubang pantatnya,
kadang-kadang kusedot bijinya, kadang-kadang penisnya
kembali masuk ke mulutku. Tak lama kemudian kurasakan
tubuh Ajie menegang lalu ia menjerit keras. penisnya
menyemburkan air mani panas yang banyak sekali di dalam
mulutku. Kuhisap terus, kucoba untuk menelan semua air
mani yang rada asin itu, sebagian menyembur ke wajahku,
ku kocok penisnya, Ajie seperti meregang nyawa, tubuhnya
berliuk-liuk disertai erangan-erangan keras. Setelah
beberapa lama, akhirnya penis itu agak melemas, tapi
terus kuhisap.
"Tante mau coba pipis Ajie nggak?" Aku ingin menolak,
tapi kupikir itu tidak fair.
"Ya deh... Tapi sedikit aja" Jawabku. Kemudian Ajie
berlutut di atas wajahku, lalu kedua tangannya
mengangkat kepalaku sehingga penisnya tepat mengarah
kemulutku. Kujilat-jilat kepala penisnya yang masih
berlendir. Tak lama kemudian air pipis Ajie menyembur
masuk ke dalam mulutku, terasa panas dan asin, sedikit
pahit. Kupejamkan mataku, yang kurasakan kemudian air
pipis Ajie terus menyembur ke seluruh wajahku, sebagian
kuminum. Ajie memukul-mukulkan penisnya ke wajah dan
mulutku. Setelah habis kencingnya, aku kembali menyedot
penisnya sambil mengocok juga. Kira-kira 2 menit penis
Ajie mulai tegang kembali, keras seperti kayu. Ajie lalu
mengarahkan penisnya ke vaginaku, kutuntun penis itu
masuk ke dalam vaginaku. Kemudian pemuda itu mulai
memompa penis besarnya ke dalam vaginaku. Aku merasakan
kenikmatan yang bukan main setiap penis itu dicabut lalu
ditusuk lagi. Kadang Ajie mencabut penisnya lalu
memasukkannya ke dalam mulutku, kemudian kurasakan
pemuda itu berusaha menusuk masuk ke dalam lubang
pantatku.

"Pelan-pelan..., sakit" Kataku, kemudian kurasakan penis
itu menerobos pelan masuk ke dalam lubang pantatku,
sakit sekali, tapi diantara rasa sakit itu ada rasa
nikmatnya. Kucoba menikmati, lama-lama aku yang
keenakan, sudah 3 kali aku mencapai orgasme, sedangkan
Ajie masih terus bergantian menusuk vagina atau
pantatku. Tubuh kami sudah berkubang keringat dan air
pipis, kulihat lantai kamar mandiku yang tadinya kering,
sekarang basah semua.
"aakkhh..., tante, tante..., aa" Ajie merengek-rengek
sambil memompa terus penisnya di dalam lubang pantatku.
Dengan sigap aku bangun lalu secepat kilat kumasukkan
penisnya ke dalam mulutku, kuselomoti penis itu sampai
akhirnya menyemburlah cairan kenikmatan dari penis Ajie
disertai jeritan panjang, untung tidak ada orang
dirumah. Air maninya menyembur banyak sekali, sebagian
kutelan sebagian lagi kuarahkan ke wajahku sehingga
seluruh wajahku berlumuran air mani pemuda itu.

Kemudian Ajie menggosok penisnya ke seluruh wajahku,
lalu kami berpelukan erat sambil bergulingan di lantai
kamar mandi. Kepuasan yang kudapat hari itu benar-benar
sangat berarti. Aku makin sayang dengan Ajie. Ada saja
sensasi dan cara baru setiap kali kami bercinta.

No comments: