Tuesday, May 8, 2007

ADIK TANTEKU 3

Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie
dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Aduh punya
kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil
terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua
tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak
memberikan reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan
nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin
berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di
depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu
bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang
kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante
Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt.
"Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan
begini... ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu
terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie
semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan
sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi
batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba
pantatnya dengan penuh kasih sayang.

Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus
semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan
penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir
Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di
dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang
sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya
ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf
T.

Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul
tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya
yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan
tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu.
"Ahkkk, nikmat.." Tantenya mengerang sambil terus
merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil
menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia
merasakan akan orgasme. "Arie... Tante sudah tidak tahan
lagi nich.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh
tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam
mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan
aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie
sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.

"Aduh . aduh.. Tante nikmat sekalii..." erang tantenya
semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani
merintih sambil mengerang. "Aduuh Rieee.. terus
tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil
terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal
kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata
kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang
keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee... nah itu terus
Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak
henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.

"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante rRni dengan
nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang
kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan
kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat
Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dia, ini
belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari
empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk
mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang
keluar seperti air hujan yang sangat deras."

Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani
semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi
telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju
Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang
bajunya," pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie
perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante
Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya
tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua
tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya
di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah
oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang
merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan
ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai
tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam
memainkan batang kemaluan laki-laki.

Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas
permadani dan ia langsung menghisap kembali batang
kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba
sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti
anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh
gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante
Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang
kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat
sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Mendengar
erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung
mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar,
Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan
mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga
warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan
di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang
sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada
tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan
Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam
batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat
keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah.
Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani
kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua
yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie
meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya
memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah
keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka
akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.

Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus
menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi
slurp..., slurp..., akibat sedotannya. Setelah puas
menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan
Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan
Arie dengan mulutnya yang seksi.

Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan
perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila
kamu Rieee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah..
Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih
menantangnya." Mendengar tantangan itu, Arie hanya
tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke
hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya
untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan
batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani
terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan
Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi
untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu
dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila
sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di
atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke
belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek
oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.

Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh
Tante..." sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan
cukup lama. "Clepp..." suara yang keluar dari beradunya
dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani
mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu
perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar.
Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong
pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani
telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante
Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

"Arieee..." rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika
liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan
Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil
menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di
dalam liang kewanitaannya.

"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi... Sayang.." desah
Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke
samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh,
mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke
kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, "Aduh
Tante... terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus
menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama
tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie
dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat
batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani.
Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang
kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
milik Om Budiman.

Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh
tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar
itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya
pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi
yang sangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan
Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka
semakin liar dan semakin membuat saling mengerang
kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan
cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh
batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan
yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami
rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan
Arie. "Arieee..." suara Tante Rani bergetar, "Kamu kalau
mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah". "Iya
Tante..." jawab Arie.

Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan
tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaaa." Arie
merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua
pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan
Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya
tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang
kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara
Arie keluar dengan keras, "Tanteee.. Tanteee.." dan
begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Rieee...".
Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan
merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya
sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang
kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati
semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga
Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di
pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie
seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih
besar dari suaminya dan sangat menggairahkan."

"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu
ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante
Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani
lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang
kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas
bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante
Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie.
Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani
tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang
kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha
membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk
menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang
kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah
dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri
lagi.

"Aduh untung batang kemaluanmu Rieee... tidak hidup
lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan
Arie, "Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak
kuat Rieee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di
sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan
mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena
mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun
badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek.
Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi
kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya
badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada
hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang
sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak
dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat
pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan
sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang
berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna
merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie.
Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum
dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya."
Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum,
soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan
celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta
Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk
berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana
pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya
yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang
kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat
indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante
Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah
Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani
menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka
saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak
kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga
tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan
Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.

"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani
sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih
berada di dalam genangan kolam renang. "Kamu tidak
kuliah Rieee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie
pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena
rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan
ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya
ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie.
Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi
bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya
tantenya tertangkap juga. "Sudah ah... Tante sekarang
mau ke kantor dulu," kata Tante Rani sambil sedikit
menjauh dari Arie.

Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa
geli melihat Arie yang celana dalamnya telah melorot di
antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang
sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie,
celana dalammu sudah ada di bawah lutut.." Mendengar itu
Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya.
Tante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah
bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena
Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba
batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.

Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante
masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja," kata
Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang
Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu
Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil
berkata, "Iyaaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan
lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat."


Bersambung ke bagian 04

No comments: