Monday, May 7, 2007

DEVI VS SONY

Devi dan Sony adalah dua remaja yang sedang dimabuk
cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan
dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini
menghinggapi kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah
terjalin selama 3 bulan dan dipenuhi dengan kisah-kisah
romantis yang indah. Janji untuk saling setia dan
mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan.
"Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang
gejolak cinta anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi
saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon
Devi penuh antusias.
"Kalau begitu habis sekolah kita nonton bareng di
rumahku, kebetulan rumah sedang kosong, Mama dan Papa
sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya ngurus skripsinya,
pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!", tawar
Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau
muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.
"Jangan gitu dong!, jelek-jelek mereka orang yang
memeliharaku lho".
"Maaf deh!, maaf aku hanya bercanda".
"Teeet!"..., "Teeet!" "Waduh bel masuk sudah berbunyi
tuh! Yuk, kita masuk ke kelas! Oh ya, kutunggu kau di
depan gerbang sekolah".
"Cup!", Sony mencium kening Devi dengan mesra.
"Saya mencintaimu Dev!".
"Saya juga mnecintaimu Son!".
Keduanyapun segera menghambur menuju kelas
masing-masing.

"Ayo Dev masuk, nggak usah sungkan nggak ada orang kok,
anggap aja rumah sendiri", ajak remaja tanggung yang
memiliki wajah mirip Keanu Reves kepada Devi, gadis
bertubuh montok berwajah cantik yang berhasil digaetnya
tiga bulan lalu dengan perjuangan yang gigih.
"Aku ambil minum dulu, kamu langsung aja puter filmnya,
ini CD-nya".
Tanpa diperintah lagi Devi langsung meraih kaset CD dari
tangan Sony dan langsung memasukkannya dalam VCD Player
yang ada di ruang keluarga.

"Gimana Dev filmnya, bagus nggak?", tanya Sony saat
keluar dari dapur dengan membawa sebotol air putih
beserta 2 gelas.
"Belum tahu dong, baru saja mulai".
"Wah!, bintangnya ganteng dan cantik lho Son, seperti
kita berdua".
"Bisa saja kamu".

Merekapun tampak asyik masyuk menikmati film di layar
gelas 29 inci. Keduannya sangat mesra, mereka duduk
dengan perpelukan, sesekali Sony mencium pipi Devi yang
merah dan mulus, Devipun tak mau kalah, dia balas
mencium. Siang itu agaknya dunia berpihak pada mereka.
Suasana rumah yang sepi membuat mereka berdua leluasa
menumpahkan kasih sayang selama ini terkekang oleh
aturan orang tua. Namun canda dan tawa mereka tiba-tiba
terhenti berganti dengan desahan-desahan halus dari
speaker sub woofer TV, tubuh kedua remaja itu menegang,
wajah mereka memerah seperti kepiting rebus, nafas
mereka terdengar memburu. Tatapan mata mereka tertuju
pada adegan film yang membuat jantung berdegup kencang.

Devi dan Sony tampak menghayati permainan dua insan
berlainan jenis tanpa sehelai benang pun saling
berpagutan, mengulum, berciuman, menjilati kemaluan,
erangan halus dan desahan nafas bintang remaja amerika
itu mematri amat kuat dalam ingatan mereka berdua. Nafsu
birahi dua sejoli yang sedang dilanda kasmaran merambat
naik membuat keduanya menggigil menahan gejolak yang
sangat kuat.
"Dev, aku mencintaimu, aku men..., men.., menyayangimu",
kata Sony dengan suara bergetar sembari mencium tangan
Devi.
"Aku jug..., juga cinta kamu Son", kata Devi
terbata-bata Keduanya saling berpandangan,nafsu birahi
mereka mencuat dirangsang oleh tontonan yang aduhai dan
memabukkan.

"Devi..., aku ingin kita bersatu jiwa dan raga".
"Maksudmu?".
"Aku ingin kita melakukan seperti difilm itu".
"Maksudmu hubungan seks!" kata Devi terkejut, Sony hanya
menganggukkan kepala.
"Tidak Son, Kita belum meni..."
Belum selesai perkataannya, tubuh Devi menggigil hebat
saat sangat Sony merayapi buah dadanya yang telah
mengeras melalui sela-sela kancing baju.
"Kau cantik Dev, aku ingin mencurahkan kasih sayangku
padamu", bisik Sony sambil lidahnya menjilati daun
telinga Devi.
"Son!, jang..., an Son jang...".
"Tidak Dev, kau adalah milikku, kita akan bersama
selamanya dan tidak akan pernah berpisah".

Devi tak kuasa menolak ajakan bejat dari Sony untuk
melakukan hubungan badan, nafsu birahinya telah
menguasai akal sehatnya. Sony mulai melakukan serangan
kepada Devi, memory gerakan yang ada difilm segera saja
dipraktekkan. Sony memagut bibir Devi dan Devipun
membalas dengan hangat, keduanya saling mengulum dan
berpelukan mesra. Walau masih pelajar SMU tangan sony
telah terampil untuk membuat rangsangan dahsyat ke tubuh
Devi yang sintal dan mulus itu. Satu persatu kancing
baju seragam Devi dilepasnya dan kini tampak kutang
berwarna putih menyembuh keluar. Melihat kutang Devi,
Sony tak tahan lagi, dia langsung melepas kutang itu dan
membenamkan wajahnya di buah dada yang ranum milik Devi.
Disedot-sedotnya puting susu Devi yang kenyal.
"Ahh..., uuuh..., ahh..., uuuh", Devi tampak mengerang
keenakan ketika tangan kiri Sony mulai meremas-remas
buah dada Devi dan mulutnya menyedot puting susu Devi.
Perlakuan itu membuat nafas gadis cantik yang masih
perawan itu memburu dan tubuhnya menggelinjang tak
karuan.
"Son..., uhh..., ugh..., ahh!", mulut Devi menganga saat
mengerang menahan hentakan nafsu dan aliran hawa aneh
yang belum pernah dia rasakan selama ini.

Mendengar erangan Devi yang erotis membuat penis Sony
mengeras dan menegang. Penis yang selama ini hanya
dipuaskan dengan tangan, agaknya akan menemukan lubang
fantasi yang sebenarnya telah diinginkannya sejak lama.
Nafasnya memburu peluh mulai bercucuran seiring dengan
naiknya panas tubuh mereka. Sony mulai menyusuri tubuh
Devi yang montok, dia mengendus-endus dan mencium serta
menjilati perut Devi, membuat gadis berumur 17 tahun itu
kegelian dibuatnya. Rok abu-abu yang masih melekat
segera dilepas Sony dengan setengah paksa.

"Dev, kau cantik sayang, tubuhmu indah, hmm, nikmat!",
rayuan gombal Sony membuat perasaan Devi melambung
menembus awang-awang.
"Son.., lakukanlah!.., lakukanlah!".
"Sabar Dev, kita akan bersama-sama menjumpai kenikmatan
yang maha dahsyat yang belum pernah kita rasakan.
"Agghh..., ughh..., uuuh..., ahh", tubuh Devi
menggelinjang,nafasnya memburu dan dari mulutnya keluar
erangan kenikmatan saat tangan nakal Sony meremas vagina
Devi yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Lelaki berumur 19 tahun itu menindih tubuh kekasihnya,
ditatapnya wajah cantik dengan bibir merah merekah
dengan mesra.

"Buka matamu Dev, rasakan aliran nikmat yang terus
menerjang dan mendesak-desak tubuh kita", pinta Sony
saat melihat mata Devi terpejam karena tak kuasa menahan
kenikmatan yang asing dan baru pertama kali ini dia
rasakan.
"Bagaimana sayang, kau bahagia?", tanya lelaki itu
sembari tersenyum romantis.
"Kau nakal Son?, Kau membuatku lupa diri".
"Aku ingin membahagiakanmu Dev".
"Uuuh..., aah..., uhh", Devi kembali mengerang saat
lehernya digigit lembut oleh Sony.
"Dev, bantu aku membuka bajuku".
Gadis yang telah memuncak birahinya itupun langsung
membuka kancing baju pacar yang menindih tubuhnya.
"Jangan gitu dong Son, bajumu nggak bisa kulepas, jangan
menciumi aku dulu".
"Oh Sorry, habis kamu cantik sih", keduanya langsung
tertawa cekikikan.
"Oke, aku buka sendiri deh", setelah berkata begitu Sony
langsung melepas baju dan celana panjang sehingga kini
dia hanya memakai celana dalam saja dan tampak kepala
penisnya menyembul keluar seakan mau berkata kalau dia
sudah siap untuk bertugas.

Tanpa kompromi lagi, dia langsung menghujani ciuman ke
leher, bibir dan buah dada Devi dengan penuh nafsu,
digelutnya tubuh gadis yang membuatnya mabuk kepayang
itu dengan aroma birahi. Keduanya bergulingan di lantai,
mereka sudah tidak mempedulikan sekelilingnya, film dari
VCD yang masih berlangsung sudah tidak menarik lagi bagi
mereka, benda-benda di sekitar ruang keluarga menjadi
saksi bisu bagaimana Sony dan Devi memburu kenikmatan
yang hanya diperbolehkan bagi mereka yang telah resmi
menjadi suami isteri.
"Dev, Hmm".
"Sony..., kau hebat aku bangga padamu".
"Auuuhh..., aghh..., uhh"

Kembali Sony menyusuri lembah-lembah misteri di tubuh
devi, dan sampailah kini dia di lembah yang paling
rahasia bagi kewanitaan Devi, Vagina, kulit paha yang
putih mulus membuat penis Sony mengangguk-angguk dengan
hebat, CD-nya sudah tidak sanggup menahan desakan penis
yang telah membesar itu. Celana dalam Devi yang masih
membungkus vagina segera dilepas Sony dan tampaklah
vagina Devi yang memancarkan cahaya birahi amat kuat,
membuat Sony kelabakan. Nafsu Sony bertambah beringas
melihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus,
ditekuknya lutut Devi dan dibukanya paha Devi. Sony
melihat daging merah ranum yang membuatnya menelan
ludah. Tanpa ba..., bi..., bu lagi dibenamkannya kepala
Sony diantara kedua paha Devi. Dijilatinya selakangan
Devi, kemudian disedotnya bibir vagina yang ditumbuhi
bulu-bulu halus itu, klitoris Devi menegang jadinya,
Sony pun tanggap bahwa Devi telah meningkat birahinya
dan diapun langsung menggetarkan klitoris itu dengan
telunjuk kanannya, membuat vagina devi semakin membesar
dan mengencang.

Tak lama cairan bening vagina tanpa permisi mengucur
deras membasahi bulu-bulu lembut yang ada di sekeliling
bibir vagina, bahkan sebagian tumpah membasahi lantai
keramik ruang keluarga tempat kedua remaja itu memadu
cinta. Sony pun segera menghisap cairan itu dan
menyedotnya sampai licin tandas.
"Uuuenak tenan Dev, manis, asin dan gurih", kata Sony,
mendegar perkataan kekasihnya Devi tersenyum bangga.
Sony kembali menggetarkan klitoris Devi, diapun
mengkombinasikan dengan sedotan pada puting susu Devi
yang mengeras.
"Uuuh..., ughh..., aahh", tubuh Devi menegang dan
menggelinjang dengan dahsyat, kedua tangannya menjambak
rambut Sony yang sedang asyik mengulum susu putihnya.
"Son, masukkan penismu Son dalam vaginaku..., cepat
Son..., cepat..., aku akan..., aah..., aahh..., uhh...,
auughh..., auuu", erangan Devi kali ini lebih keras dari
sebelumnya, tubuhnya berguncang hebat, lenguhan panjang
keluar dari mulutnya. Dia orgasme! .

Setelah Devi tenang, kembali Sony menindih tubuh Devi
yang telah bugil.
"Sabar Dev, ini baru permulaan, kita akan merasakan
kenikmatan yang lebih nikmat lagi".
Diciumnya gadis yang dicintainya itu dengan kasih
sayang, Devi kelihatan tampak puas setelah dia menggapai
bintang-bintang lazuardi di langit kenikmatan.
"Ok Dev, sekarang gantian kau yang merangsangku", Sony
meraih tangan devi, diapun duduk di Sofa.
"Dev, Kamu pintar berkaroake kan?, Nah sekarang penisku
kamu buat karaoke Dev, jilatilah dan kulumlah", pinta
Sony pada Devi yang masih terlihat merem melek. Sony
langsung melepaskan celana dalamnya sendiri dan
tampaklah penis yang besar dan panjang bagaikan pisang
raja sehingga membuat Devi sedikit ragu untuk mendekat.
"Jangan takut Dev, tidak apa-apa, Ini milikmu, kau
berhak memiliki dan menikmati penisku Dev", kata Sony
sambil menarik kedua tangan Devi dan dilekatkan pada
penis yang kekar itu

Devi pun mulai terbiasa dan dia langsung menjilati
kepala penis dengan antusias dan penuh birahi, membuat
Sony merem melek keenakan.
"Terus Dev..., teruuus..., ooohh..., uuuhh nikmat".
Dikulumnya Kepala penis itu dan disedotnya dengan mulut
Devi yang membuat tenaga Sony seakan-akan luluh lantak,
diapun mengerang dan menggelinjang menahan birahi yang
sangat dahsyat. Devi yang sudah mulai mengikuti irama
seks Sony melancarkan serangan, dia menjilati scrotum
Sony, rambut kemaluan yang lebat tak luput dari tangan
terampil Devi membuat Sony kelabakan dan ngos-ngosan.

Setelah beberapa lama Devi mengaduk-aduk dan membelai
dengan sentuhan nafsu yang ganas penis Sony, tubuh Sony
pun bergetar hebat, dia merasakan aliran aneh menyusup
di sekujur tubuhnya mulai dari ubun-ubun sampai ujung
kaki, tubuh Sony berguncang dengan keras membuat sofa
tempat dia duduk mengeluarkan bunyi nyaring.
"Dev..., oooghh..., ughh..., Dev..., kau..., kau".
"Crooot..., crooot..., crot", sperma Sony menyembur ke
dalam mulut Devi membuat gadis bertubuh putih mulus itu
tersedak.
"Wah sperma mu banyak banget Son, membuat aku tersedak
nih, tapi rasanya Oke punya lho, hmm aumm", kata Devi
sambil menjilati sisa sperma yang masing ada dikepala
penis, disedotnya batang penis Sony hingga cairan
spermanya keluar semua dan Devi pun segera menelannya.
"Kau hebat Dev, kau cantik", rayu Sony di atas sofa
dengan lirih sembari tangannya membelai lembut rambut
gadis yang telah membuatnya orgasme.
"Kau masih kuat Dev?".
"Tentu Son, kau belum memberiku kenikmatan sejati,
penismu belum melaksanakan tugasnya".
"Ohh Devi, kau benar-benar pengertian sayang".
Sony pun kembali memeluk Devi dan menjilati telinga
kanannya hingga membuat Devi menggigit puncak Sony
karena kegelian.
"Aduh..., aduh sakit nih".
"Habis..., kau nakal".

Sembari duduk kedua remaja yang telah terbuai nikmatnya
seks itu melakukan percumbuan tingkat tinggi, naluri
seksnya sangat kuat, khayalan seks yang selama ini hanya
di angan-angan saja mulai dipraktekkan, membuat
permainan seks mereka sangat profesional, gerakan
erotis, cara merangsang pasangan, erangan-erangan yang
memabukkan mereka mainkan. Teknik-teknik yang didapat
dari nonton blue film, foto erotis di internet, juga
buku-buku porno, seks education membuat mereka mahir
walau pertama kali mereka melakukan aktivitas seks
sebenarnya.

Kembali Sony berpagutan dengan Devi, dilumatnya bibir
merah merekah milik Devi, lidahnya mulai menggelitik
rongga mulut Devi, menggigit dengan lembut lidah Devi
membuat gadis seksi itu semakin terbakar birahinya.
Tangan nakal Sony meremas dengan kuat buah dada yang
mengeras dan menantang milik Devi, kali ini si empunya
sedikit meringis kesakitan namun rasa nikmat mengalahkan
rasa sakit itu, leher Devi pun tak luput mendapat
gigitan lembut Sony, Devi pun menggelinjang keenakan.
Gadis yang sintal itupun tidak mau hanya pasif, dia
menanggapi permainan Sony, tangan kanan Devi mengocok
penis Sony, membuat batang penis Sony menjadi sangat
keras seperti batangan logam sedang tangan kirinya
menjambak rambut Sony sehingga membuat lelaki yang
memiliki dada bidang itu kelojotan dibuatnya.

"Dev kau siap Dev, penisku akan kumasukkan dalam vagina
sucimu", bisik Sony di telinga Devi.
"Masukkan saja Son, aku telah siap", jawab Devi dengan
terpejam, dia sudah terbang ke surga dunia.
"Kau tak menyesal Dev kehilangan keperawananmu?", tanya
Sony ragu.
"Tidak Son, semua telah telanjur, aku sudah merasakan
betapa nikmatnys seks yang membuat diriku seperti
terbang di awang-awang".
"Devi kau sungguh nekat".
"Demi kau Son, Demi kita, Demi cinta kita!", jawab Devi.
"Aku mencintaimu Dev, kita kan bersama selamanya".
"Ahh ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", Devi
mengerang dan tubuhnya berguncang saat Sony
mempermainkan klitorisnya dengan jari telunjuk,
digetarkannya klitoris Devi lebih keras lagi. Sony ingin
agar vagina gadis yang telah menyerahkan jiwa dan
raganya itu menjadi lebih basah sehingga dengan mudah
penis yang berukuran "bangkok" miliknya bisa menembus
benteng kesucian devi.

Usaha remaja itu agaknya menemukan hasil, cairan vagina
Devi tumpah meluber membasahi lantai dan jari
telunjuknya, kemudian dia meremas vagina itu dengan
sedikit keras sehingga membuat Devi mengeluarkan
lenguhan kenikmatan. Ditekuknya kaki Devi dan dibukanya
paha mulusnya sehingga tampak vagina yang menganga,
lubang vagina Devi bertambah besar seakan
memanggil-manggil untuk segera dimasuki. Sony yang
melihat hal itu semakin bernafsu untuk segera
menuntaskan permainan, dipegangnya penis yang menjadi
kebanggaannya selama ini dan dilekatkannya di mulut
vagina Devi, Sony menarik nafas dan matanya terpejam,
diapun mulai mempersiapkan diri untuk menjebol
keperawanan Devi dan mengakhiri masa perjakanya, dia
tidak peduli apa kata orang nanti, yang dia rasakan kini
adalah kenikmatan dan kenikmatan yang amat sangat yang
tidak bisa dia lukiskan. Dengan pelan dan pasti penis
Sony mulai menusuk daging merah ranum milik Devi yang
telah menanti untuk dikunjungi.

"Aduh sakit Son..., sakit!", rintih Devi kesakitan saat
kepal penis Sony mulai masuk ke liang vagina Devi. Sony
tampak terkejut mendengar rintihan Devi, dia tidak
menduga walau telah banyak cairan vagina Devi yang
keluar, Devi masih merasakan kesakitan. Sony pun cepat
tanggap kepala penis yang sudah masuk dibiarkan bertahan
dalam vagina, tubuhnya direbahkan menindih tubuh Devi
dengan siku dijadikan penyangga agar gadis yang
dicintainya itu tidak tersiksa.
"Tenang Dev, tidak apa-apa kok!, sakitnya hanya sebentar
setelah itu kenikmatan dahsyat yang akan kamu rasakan",
bisik Sony sambil menjilati daun telinganya membuat Devi
mengerang halus.

Sony mulai memutar-mutar pantatnya sembari tangan
kananya meremas payudara Devi.
"Uuuhh..., ahh..., ughh..., ohh, nikmat sekali Son,
teruuss..., terusss..., ahh", desis Devi yang kembali
merasakan kenikmatan, kedua tangannyapun segera memeluk
tubuh kekasihnya yang telah memberi kenikmatan dunia
itu.
Putaran pantatnya membuat penis Sony seperti
mengaduk-aduk vagina Devi. Vagina Devi seakan-akan
menyedot dan memijat penis kekar Sony membuat keduanya
terbang ke surga loka. Kedua tangan Devi ikut pula
meremas-remas pantat Sony hingga lelaki itu
mendesis-desis mengeluarkan energi birahinya yang mau
meledak.
"Dev..., oh..., uuuhh", gerakan batang penis Sony
semakin cepat, kali ini sudah tidak berputar namun naik
turun mencoba menerobos masuk vagina Devi.
"Krek!", "Kreeek!", "Blesss!".
Robek sudah selaput dara Devi ditembus penis Sony, rasa
sakit tidak lagi dirasakan Devi, yang ada kini cuma rasa
nikmat yang luar biasa yang tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata.

Gerakan naik turun pantat Sony diimbangi naik turunnya
pantat Devi, keduanya semakin kompak untuk memburu
kenikmatan surga dunia.
"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh".
"Sooon..., uuhh..., sssoonn..., ahh".
"Deeevv..., auhh..., ohh..., Deviii kau".
Untuk menambah daya nikmat, Sony menaikkan kedua kaki
Devi di atas pinggulnya sehingga jepitan Vagina terhadap
penisnya semakin kuat. Tangan Sony meremas payudara
montok Devi dan mulutnya memagut dan melumat habis bibir
Devi membuat tubuh Devi memakin menegang.
"Sooon..., ooohh..., aahh..., ugghh..., aku..., au...,
mau..., ah..., ahh..., ah..., ah..., uh..., uhh", tubuh
Devi menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya
bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya
naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambut
Sony. Kemudian memeluk tubuh Sony dengan erat. Devi
telah mengalami orgasme.

"Dev..., ohh dev..., aku jugg..., juga mau keluar...,
ahh..., aahh..., ahh..., uhh", gerakan pantat Sony
semakin cepat, batang penisnya terlihat keluar masuk di
liang vagina, denyutan vagina yang memijatnya membuat
dia keenakan.
"Crooot..., crooot..., crott", sperma Sony keluar dengan
cepat dan dia tidak sempat mencabut penis dari vagina
Devi sehingga sperma itu tumpah di dalam lubang vagina.
Rasa panas di ujung kemaluan mereka rasakan, keduanya
saling berpelukan erat dan kedua mata mereka tampak
terpejam seakan menghayati tetesan nikmat yang baru saja
mereka peroleh.
"Kau cantik Dev!, Kau hebat!, aku puas Dev", kata Sony
kepada Devi yang masih terpejam, dilumatnya bibir gadis
yang telah rela dia perawani itu dengan kasih sayang.
"Plop", Suara yang mengiringi keluarnya penis Sony dari
lubang vagina Devi.

Kedua remaja yang telah bercinta itu tampak telentang
dengan nafas masih terdengar ngos-ngosan, tubuh mereka
bugil tanpa sehelai benang pun. Penis Sony masih
terlihat menegang, menjulang seakan belum puas dengan
tugas pertamanya. Sedang Devi telentang dengan peluh
yang bercucuran, dari lubang vaginanya tampak bercak
darah yang keluar. Ya..., darah perawan Devi yang telah
pecah di siang itu dan Devi pun telah merelakannya demi
kekasih tercinta. Sperma Sonypun tampak meleleh keluar
dari dari lubang vagina Devi dan membasahi lantai.

Sony dan Devi masih membiarkan tubuh mereka bugil dan
menghayati serta merasakan kenikmatan yang luar biasa
dan baru mereka dapati. Apakah mereka akan melanjutkan
ke babak kedua dan apakah pengalaman pertama ini membuat
mereka menjadi ketagihan, ketagihan dan ketagihan untuk
terus bercinta dan berhubungan seks dengan lebih dahsyat
lagi. Entah hanya mereka yang tahu.

No comments: