Sunday, May 6, 2007

FRIGID

Setelah perkawinan kami memasuki tahun kelima, aku dan
istriku mengalami hubungan suami istri yang makin hari
makin hampa, karena kesibukan mengurus 2 anak kami yang
masing-masing berumur 2 dan 3 tahun. Istriku malas
sekali jika diajak berhubungan suami istri, alasannya
terlalu capai bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
mengurus anak. Aku yakin istriku bukan tipe istri yang
suka selingkuh, selain taat beragama, norma-norma moral
dan kesusilaan sangat dijaga benar oleh istriku, ini
dikarenakan istriku berasal dari keluarga baik-baik dan
harmonis.

Aku berusaha mencari informasi bagaimana memulihkan
hubungan kami supaya normal kembali. Jika kupaksakan
berhubungan, istriku berteriak kesakitan, meskipun sudah
dengan pemanasan (four play) yang lama. Istriku tidak
terangsang sama sekali dan lubang kemaluannya tetap
kering, dan jika dipaksakan masuk, dia akan menjerit
kesakitan. Aku berusaha mencari alternatif untuk
penyembuhan frigiditas istriku ini. Sudah berbagai
terapi dan dokter psiater sex yang canggih kami datangi,
tetapi tetap saja istriku belum hilang frigiditasnya.

Istriku berumur 28 tahun dan aku 31 tahun, pada awalnya
perkawinan kami boleh dikatakan cukup bahagia, namun
sekarang karena istriku mengalami frigiditas yang
nampaknya permanen, membuatku bingung mencari solusinya.

Sebelum kulanjutkan, aku ingin menceritakan istriku yang
bernama Mia, yang kukawinkan 5 tahun yang lalu, untuk
ukuran orang Indonesia dia termasuk wanita yang cukup
jangkung dengan tinggi 170 cm dengan berat 49 kg.
Kulitnya kuning langsat, rambut sebahu, memiliki leher
yang jenjang.

Apa yang kusuka dari istriku adalah kakinya yang panjang
dan jenjang, serta bibirnya yang tebal dan sensual, buah
dadanya tidak terlalu besar namun bentuknya indah
mancung ke atas. Yang membuatku penasaran adalah puting
payudaranya yang besar, hampir sebesar ujung kelingking,
itu yang membuatku senantiasa gemas dan ingin selalu
menghisapnya.

Kembali ke masalah tadi. Setelah mendapat informasi dari
seorang rekan kerja, dia mengatakan bahwa di daerah
Ciputat ada orang pintar/Dukun yang dapat menyembuhkan
segala penyakit termasuk penyakit frigiditas seperti
istriku ini. Namanya Pak Acan, dia sering dipanggil Abah
Acan (bukan nama sebenarnya). Sebenarnya istriku
ragu-ragu untuk berobat ke orang pintar itu, namun atas
desakanku tidak ada salahnya dicoba.

Singkat cerita, kami pun pergi ke tempat itu, dan memang
banyak yang datang dengan berbagai penyakit, kami pun
mendaftar dan mendapat giliran terakhir.

Sambil menunggu, aku mengamati pasien-pasien sebelumnya,
ternyata terapi orang pintar tersebut adalah dengan
memijat dengan menggunakan minyak (seperti minyak
kelapa) yang dibuatnya sendiri. Setiap pasien perempuan
harus melepas seluruh bajunya, bh dan tinggal celana
dalam, dan mengenakan sarung yang disediakan.

Aku sempat mengamati kamar kerjanya yang serupa dengan
kamar tidur itu pada saat pintunya terbuka. Beberapa
wanita sedang menanggalkan BH dan memakai sarung. Begitu
istriku tahu tentang itu, dia hampir saja mengurungkan
niatnya untuk berobat karena risih harus buka pakaian
segala, apalagi harus melepas BH.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30, kemudian
giliran kami dipanggil ke dalam. Aku pun disuruh masuk
oleh assistennya.

Orang itu meperkenalkan namanya, kemudian menanyakan
keluhan penyakit istriku, dia pun mengangguk-angguk
mengerti dengan syarat seluruh terapi harus diikuti
dengan serius tanpa ragu-ragu. Kami pun mengiyakan, asal
istriku dapat sembuh.

Kemudian Abah Acan menyuruh istriku menanggalkan
pakaiannya, begitu istriku membuka BH-nya, kulihat ekor
mata Abah Acan agak terkejut melihat buah dada istriku
yang putih dan mancung ke atas itu, serta puting susunya
yang cukup besar itu.

Setelah sarung dililitkan di tubuh istriku yang hanya
tinggal mengenakan celana dalam, kemudian istriku
disuruh tidur telentang di kasur yang sudah disediakan.
Aku melihat Abah Acan mulai meminyaki rambut dan kepala
istriku dengan minyak, kemudian istriku disuruh duduk,
serta merta lilitan sarung yang dipakai istriku
terlepas. Kemudian dari arah belakang Abah Acan
meminyaki punggung istriku.

Posisi Abah Acan duduk menghadap punggung istriku. Dari
arah belakang kedua tangannya mulai meminyaki payudara
istriku yang kiri dan kanan, seluruh permukaan payudara
istriku diminyaki, dan kemudian aku melihat Abah Acan
melakukan pijatan-pijatan yang menurutku sepertinya
pijatan pijatan erotis.

Aku juga melihat tangan Abah Acan meminyaki puting susu
istriku, tangannya yang hitam dan telapak tangannya yang
besar dan kasar itu meminyaki puting susu istriku. Dan
aku terkejut ketika aku melihat jari-jari Abah Acan yang
besar itu juga memelintir-melintir puting susu istriku
yang besar itu. Anehnya aku melihat istriku diam saja,
tidak memberikan perlawanan. Sungguh aku heran, dengan
aku saja suaminya dia paling tidak suka puting susunya
kupegang-pegang tapi ini kenapa, sama Abah Acan dia diam
saja?

Puting susu istriku yang dasarnya memang sudah besar itu
semakin besar dan keras terlihat semakin kencang dan
mencuat karena terus dipelintir, dipencet dan
ditekan-tekan oleh jari-jari Abah Acan, yang kiri dan
kanan.

Aku semakin mengamati bahwa pijatan Abah Acan tidak lagi
memijat, tapi justru meremas-remas kedua payudara
istriku. Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia tidak
memijat bagian tubuhnya yang lain tapi justru hanya
kedua payudara istriku saja. Kuperhatikan kedua puting
susu istriku semakin besar dan mencuat keras. Sungguh
kontras menyaksikan kedua telapak tangan Abah Acan yang
hitam dan besar dengan payudara istriku yang putih yang
diremas-remas oleh tangan yang kasar.

Aku semakin heran, apakah ini terapi untuk menghilangkan
frigiditas istriku? Dan yang lebih aneh, buah dada
istriku nampak makin keras dan mengencang seiring dengan
puting susunya yang juga mengencang. Apalagi istriku kok
diam saja diperlakukan demikian, karena benar-benar
kusaksikan Abah Acan bukan memijat, tapi meremas-remas
buah dada istriku seenaknya, dan itu dilakukan cukup
lama.

Segala macam bentuk pertanyaan timbul dalam hatiku,
bayangkan buah dada istriku diremas-remas oleh Abah Acan
di hadapan mata kepalaku sendiri, dan aku mendiamkannya.
Dan yang lebih aneh lagi sarung yang masih melilit di
pinggang istriku diturunkan ke bawah oleh Abah Acan,
tentu saja paha istriku yang putih panjang dan mulus
langsung terpampang.

Lalu dia berkata kepada istriku, "Neng, tolong dibuka
celana dalamnya, Abah mau periksa sebentar..!"
Anehnya entah karena kena sirep atau apa, istriku
menurut membuka celana dalamnya tanpa membantah sedikit
pun. Tentu saja aku kaget dan lidahku tercekat.
Jantungku berdegup dengan kencang. Kok, Abah Acan
menyuruh membuka celana dalam istriku. Dan yang membuat
jantungku lebih berdegup dengan kencang, kenapa istriku
tidak keberatan atas permintaan Abah Acan?

Setelah istriku melepaskan celana dalamnya, aku melihat
sendiri mata Abah Acan terkesiap melihat kemaluan
istriku, yang bersih tanpa rambut sedikit pun. (Memang
bulu kemaluan istriku selalu dicukur, agar nampak
bersih) Dan memang aku mengakui kemaluan istriku
termasuk indah seperti kemaluan anak gadis umur 14
tahun, dengan kedua bibir kemaluan yang tertutup rapat.

Jantungku semakin berdegup kencang ketika Abah Acan
menyuruh istriku berbaring dan sekaligus melebarkan
pahanya ke kiri dan ke kanan yang secara otomatis
kemaluan istriku terpampang tanpa ada yang menutupi sama
sekali.
Lalu Abah Acan berkata, "Neng, Abah mau periksa dalam
yah.., Neng tenang-tenang aja, yang penting frigid-nya
Nneng bisa sembuh."
Lalu istriku pun mengangguk tanda setuju.

Dan tanpa kusadari, batang kemaluanku sudah tegang luar
biasa, apalagi ketika jari-jari Abah Acan yang
berbuku-buku besar itu mulai membelai-belai kemaluan
istriku. Dia mulai memijat mijat bibir kemaluan istriku
seraya mengolesinya dengan minyak. Jari-jari Abah Acan,
yang besar dan berlumuran minyak itu mulai mempermainkan
kemaluan istriku. Aku melihat jari telunjuk Abah Acan
menyentuh kelentit istriku. Jari tengahnya mulai masuk
perlahan-lahan merojok ke dalam kemaluan istriku.

Aku hampir tidak percaya pada pendengaranku, aku
mendengar istriku melenguh kecil dan mendesah-desah
tertahan, seperti orang yang sedang menahan suatu
kenikmatan orgasme (sebenarnya aku senang mengetahui
bahwa sebenarnya istriku tidak frigid). Aku melihat mata
istriku begitu redup, seperti orang keenakan. Abah Acan
tidak hentinya terus mulai memundur-majukan jari
tengahnya ke dalam liang kemaluan istriku. Jari tengah
Abah Acan yang besar dan hitam itu masuk dengan
lancarnya ke dalam kemaluan istriku. Nampaknya minyak
pelumas di dalam kemalaun istriku sudah keluar.

Aku terkejut paha istriku semakin dibuka lebar, dan
tanpa disadarinya istriku mulai mengoyangkan pinggulnya.
"Oh.. Bah.. oh.., eh.., eh.., eh..!" desahnya.
Istriku kemudian mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi,
sudah dipastikan istriku terangsang luar biasa oleh
permaianan Abah Acan.

Aku melihat istriku benar-benar menikmati apa yang
dilakukan oleh Abah Acan pada dirinya. Jari-jari Abah
Acan yang berada di dalam liang kemaluan istriku membuat
tubuh istriku yang telanjang bulat itu
mengelinjang-gelinjang tidak karuan sambil tangannya
mencengkram kasur serta mengangkat pinggulnya dan
pantatnya, kemudian mengoyangkannya ke kiri dan ke
kanan. Jari tengah Abah Acan yang besar dan kasar itu
terbenam dalam sekali di dalam lubang kemaluan istriku.
Aku juga melihat jempol jarinya mengosok-gosok klitoris
istriku. Sungguh lihay sekali Abah Acan membangkitkan
birahi istriku.

Aku melihat mata istriku menandakan keenakan, dimana
biji matanya yang hitam tidak nampak, sementara
jari-jari Abah Acan terus bergerak mundur maju di antara
bibir vagina istriku, dan makin lama jari-jari Abah Acan
makin jauh terbenam di dalam vagina istriku. Lalu yang
membuat jantungku berdegup kencang, Abah Acan
memutar-mutar jarinya yang sedang berada di dalam
kemaluan istriku, diputar ke kiri dan ke kanan, lihay
sekali dia merojok-rojok kemaluan istriku.

Klitoris istriku juga menjadi perhatian penuh Abah Acan,
jempol Abah Acan yang besar dan kasar permukaanya itu
terus mengosok-gosok klitoris istriku. Semakin lama
nampak klitoris istriku membesar dan menonjol
kepermukaan, sungguh pemandangan yang luar biasa.
Digosok dan dimainkan sedemikian rupa, klitoris istriku
semakin besar sebesar biji kacang tanah, dan istriku pun
melenguh tidak karuan menahan kenikmatan yang didapat
oleh Abah Acan.

Aku pun semakin tercekat, karena Abah Acan mulai
memasukkan tambahan jarinya, yaitu jari telunjuknya yang
berbuku-buku besar itu ke dalam kemaluan istriku.
Bersama jari tengah dan telunjuknya yang besar itu, Abah
Acan semakin menggila mengexplorasi kemaluan istriku
serta sering memutar-mutar jarinya di dalam.

Tidak dapat dibayangkan selama ini, aku saja suaminya
tidak pernah melakukan apa yang seperti Abah Acan
lakukan. Jangankan memasukkan jari ke dalam kemaluannya,
menggosoknya dari luar pun istriku tidak mau, alasan
istriku tidak hygienis. Susah dibayangkan, bagaimana
rasa nikmatnya Abah Acan ketika jarinya masuk ke dalam
kemalauan istriku yang kecil dan tertutup rapat itu
dirojok oleh kedua jari Abah Acan yang besar-besar itu.

Apalagi tangan kiri Abah Acan yang bebas mulai menggapai
payudara istriku dan mulai meremas-remasnya bergantian
yang kiri dan kanan serta memelintir-melintir puting
susu istriku bergantian. Aku melihat puting susu istriku
yang sebesar ujung kelingking itu membesar dan mencuat
ke atas karena diperlakukan demikian.
"Ahhh..!" suara desahan istriku makin keras terdengar
(sebenarnya istriku paling malu mendesah-desah keenakan
seperti ini, biasanya dia tahan, tidak mengeluarkan
suara) tapi dengan Abah Acan dia benar-benar tidak
tahan.

Sungguh aku heran, dengan Abah Acan, kok jadi lain.
Kalau aku suaminya yang melakukan dia tidak mau,
jangankan memasukkan jari ke dalam lubang kemaluannya,
meremas-remas buah dadanya saja istriku tidak mau, ngilu
katanya. Dengan Abah Acan dia merelakan kedua
payudaranya diremas-remas, dan membiarkan Abah Acan
mempermainkan puting susunya (yang menurut dia sangat
geli dan sensitif). Dan yang membuatku tidak habis
berpikir dan membuat birahiku semakin naik, kenapa dia
membiarkan jari-jari Abah Acan masuk ke dalam lubang
kemaluannya, sedangkan aku ditolaknya dengan tegas jika
ingin mempermainkan kemaluannya.

Tapi aku tidak dapat berpikir lama lagi, karena aku
sedang menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa,
dimana istriku sedang menikmati perbuatan Abah Acan.
Jari-jari Abah Acan semakin dalam terbenam dan semakin
cepat maju mundurnya.

Dan, tiba-tiba aku melihat kedua paha istriku menjepit
kencang tangan Abah Acan yang berada di selangkangan
istriku. Kedua tangan istriku menarik tangan Abah Acan
sambil berusaha menekan pinggulnya ke depan serta
menarik tangan Abah Acan dan berusaha menekan jari-jari
Abah Acan untuk lebih jauh masuk ke dalam vaginanya.
Istriku merintih histeris tidak tertahan, "Ahh.., ahh..,
ahh.., ahhh..!"
Rupanya istriku telah mencapai orgasme dengan
sempurnanya.

Abah Acan dapat merasakan cairan istriku telah keluar
dan meleleh ke bibir kemaluannya. Dan aku juga melihat
wajah Abah Acan sudah memburu penuh nafsu. Dengan
perlahan dia membuka celana hitam komprangnya, kemudian
membuka celana dalamnya, lalu tersembul lah batang
kemaluan Pak Acan yang sudah membesar dan menegang itu,
yang dikelilingi oleh urat-urat yang besar. Aku pun
tercekat memandang batang kemaluan Aban Acan yang besar
dan panjang itu. Jantungku berdegup dengan kencangnya.

Lalu Abah Acan menoleh kepadaku, "Pak, Bapak rela tidak
sebagai suami, demi untuk kesembuhan istri Bapak ini,
istri Bapak musti saya suntik dengan ini," sambil
menunjukkan batang kemaluannya yang besar itu, "Saya
harus menyetubuhi istri Bapak sekarang. Biar frigidnya
hilang."
Aku pun terdiam, pikiranku berkecamuk, tiba-tiba seperti
suara halilintar yang memecahkan telingaku, istriku
berkata, "Biar saja Abah Acan, saya mau, yang penting..
saya bisa sembuh."

Jantungku berdegup kencang, tapi tubuhku menjadi lemas
mendengar perkataan istriku barusan. Istriku rela
disetubuhi oleh orang yang baru dikenal, bahkan
dilakukan di depan suaminya, seingatku Mia adalah
istriku yang paling setia, alim dan tidak pernah
macam-macam, tapi kenapa sekarang jadi begini, apakah
kena guna-guna..? Sirap..? Atau apa..?

Aku tidak dapat berpikir lebih lama lagi, dengan
perlahan dan pasti Abah Acan mengarahkan topi bajanya ke
dalam kemaluan istriku. Istriku pun juga cukup kaget
melihat topi baja Abah Acan lebih besar dari batang
kemaluannya. Dan sialnya, sepertinya istriku tidak sabar
menunggu batang kemaluan Abah Acan menghampiri
kemaluannya. Tanpa rasa malu sedikit pun, istriku
menarik pinggul Abah Acan dengan kedua belah tangannya
untuk cepat merapat ke selangkangannya.

Tapi ternyata Abah Acan sadar diameter kemaluannya yang
hampir 3 cm itu memang terlalu besar untuk kemaluan
istriku yang mungil dan imut-imut itu, (sebenarnya ada
perasaan minder dalam diriku, karena batang kemaluanku
jika dibandingkan dengan Abah Acan jauh lebih kecil).

Perlahan Abah Acan mengosok-gosok topi bajanya di
permukaan kemaluan istriku yang kecil dan mungil itu.
Aku pun deg-degan melihat pemandangan yang spektakuler
itu, apa bisa masuk seluruh batang kemaluan Abah Acan ke
dalam vagina istriku..?

Aku melihat wajah ketidaksabaran istriku karena Abah
Acan belum memasukkan seluruh batang kemaluannya ke
dalam liang vaginanya. Nampak wajah protes dari istriku
dan Abah Acan mengerti. Perlahan dan pasti topi baja
Abah Acan sudah mulai terbenam masuk ke dalam kemaluan
istriku. Mata istriku mendelik-delik ke belakang,
merasakan kenikmatan yang luar biasa, dan membuat
perasaan iri menjalar di tubuhku. Istriku memeluk tubuh
Abah Acan dengan kencangnya, seolah tidak mau melepas
batang kemaluan yang sudah masuk ke dalam vaginanya.

Istriku semakin memperlebar kedua pahanya lebar-lebar,
ke kiri dan ke kanan, mempersilakan batang kemaluan Abah
Acan masuk tanpa hambatan. Kini seluruh batang kemaluan
Abah Acan sudah terbenam di dalam liang vagina istriku.
Abah Acan tidak langsung memainkan batang kemaluannya,
dibiarkannya sesaat batang kemaluan itu terbenam, ini
membuat istriku makin gelisah. Dan sungguh di luar
dugaan, Abah Acan berusaha mencium bibir istriku yang
sensual itu, aku menyaksikan bagaimana bibir Abah Acan
yang hitam itu melumat bibir istriku yang tebal dan
sensual itu.

Aku tahu sebenarnya istriku tidak mau dicium oleh
sembarang pria, tapi karena desakan birahi yang
meluap-luap, mau juga istriku membalas ciuman Abah Acan
dengan ganasnya. Kulihat mereka berpagutan, namun
istriku sudah tidak tahan.
Dia berkata, "Ayo dong.., Abah Acan, mulai..!"

Perlahan dan pasti Abah Acan mulai memaju-mundurkan
batang kemaluannya di dalam vagina istriku. Aku melihat
disaat batang kemaluan Abah Acan menghujam ke dalam,
bibir kemaluan istriku pun ikut melesak ke dalam, dan
disaat batang kemaluan tersebut ditarik keluar, bibir
vagina istriku pun ikut melesak keluar. Hal ini
dikarenakan batang kemaluan Abah Acan yang terlalu besar
untuk ukuran vagina istriku yang kecil dan imut itu.

Aku melihat wajah istriku merah padam, menahan
kenikmatan yang luar biasa. Matanya terpejam-pejam saat
menerima hujaman batang kemaluan Abah Acan serta
bibirnya mendesis-desis. Ternyata istriku sangat
menikmati persetubuhannya dengan Abah Acan, dikarenakan
memiliki batang kemaluan yang besar dan panjang.
Sementara aku melihat wajah Abah Acan, matanya merem
melek, menikmati liang vagina istriku yang kecil dan
imut-imut itu.

Tanpa ada rasa malu, di sela-sela rengekan nikmat yang
keluar dari bibir istriku, aku mendengar dia berkata,
"Ahh... Ayo dong.. Bah Acan, cepetan..!"
Rupanya istriku sudah ingin mencapai orgasme. Istriku
semakin cepat menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke
kanan, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Dan
benar saja, Abah Acan semakin mempercepat permainannya,
topi baja dan batang kemaluan Abah Acan yang dikelilingi
oleh urat-urat yang besar sekarang begitu mudahnya masuk
keluar dari dalam liang kemaluan istriku yang sempit
itu.

Sukar dibayangkan, batang kemaluan Abah Acan yang
demikin besar itu dapat menerobos masuk dan keluar
dengan mudahnya, ini dikarenakan pasti istriku sudah
mengeluarkan cairan pelumasnya begitu banyaknya. Tapi
karena saking besarnya batang kemaluan Abah Acan, bibir
kemaluan istriku tetap melesak ke dalam atau ke luar
ketika dihujam maupun ketika dicabut.

Ini merupakan pemandangan yang sangat menakjubkan,
cepatnya batang kemaluan Abah Acan masuk dan keluar,
diikuti dengan cepatnya bibir vagina istriku melesak ke
dalam dan keluar. Aku pun sudah tidak tahan untuk
melakukan masturbasi melihat istriku disetubuhi oleh
laki-laki yang belum dikenal dengan batang kemaluan yang
luar biasa besarnya.

Abah Acan ternyata tidak mau rugi sama sekali, apabila
diperbolehkan menyetubuhi istri orang dalam rangka
penyembuhan, harus dimanfaatkan sebaik mungkin, tidak
boleh ada bagian tubuh yang dilewatkan. Memang sungguh
keterlaluan, sempat-sempatnya Abah Acan melahap kedua
buah dada istriku yang terguncang-guncang terkena
hentakan batang kemaluannya.

Dengan rakus disedot-sedotnya puting susu istriku dengan
kuatnya yang kiri dan kanan bergantian, sungguh Abah
Acan menikmati puting susu istriku yang sebesar ujung
kelingking itu (seperti anak kecil ngempeng dot). Pasti
nikmat karena terasa puting itu di mulut yang
menghisapnya.

Efek dari ini semua istriku tidak tahan untuk
berteriak-teriak menikmati kenikmatan yang amat sangat
yang belum pernah dirasakan. Dan tiba-tiba aku melihat
tubuh istriku mengejang kaku dan bergetar seperti
dialiri listrik ribuan volt. Tangan dan kakinya memeluk
Abah Acan dengan kuat seperti lengket.

"Ahh.., ahh... Ahh..!" tangannya mencakar punggung Abah
Acan hingga berdarah dan bibirnya mengigit lengan Abah
Acan hingga berdarah pula.
Pinggul istriku diangkat menempel di tubuh Abah Acan,
seolah tidak dapat lepas, istriku mengalami orgasme yang
luar biasa hebatnya, yang seumur hidup belum pernah
dirasakannya.

Sementara Abah Acan pun sudah tidak tahan, dia
mempercepat kocokannya. Dan akhirnya ketika ingin
memuntahkan laharnya, dia cepat mencabut batang
kemaluannya yang besar dan berurat itu dan disodorkan
segera ke wajah istriku. Sperma putih melumuri wajah
istriku dan sebagian dari sperma itu harus ditelan oleh
istriku, sebagai salah satu syarat kesembuhan.

Setelah selesai, Abah Acan menyuruh istriku mandi air
kembang yang disediakannya dan memberikan beberapa
ramuan kepadaku untuk diminumkan istriku. Kemudian Abah
Acan juga memberikan semacam dildo dari karet, untuk
menstimulir birahi istriku, karena katanya istriku hanya
dapat orgasme dengan ukuran penis yang besar dan panjang
minimal dengan diameter 2 cm dan panjang 20 cm.

Ketika hendak pulang, kutanyakan berapa ongkos tarif
terapi yang baru saja dilakukannya. Dikatakannya gratis,
untuk istriku karena sudah dibayar dengan tubuh istriku.
Dia mengatakan aku merupakan pria yang beruntung
mempunyai istri yang lubang kemaluannya kecil dan peret
meskipun sudah beranak 2.

Demikianlah pembaca. Setelah kejadian di tempat Abah
Acan, istriku sudah mulai berangsur-angsur sembuh dari
frigidnya, dan terus menjalankan terapi serta minum
ramuan yang dibuat oleh Abah Acan.

No comments: