Sunday, May 6, 2007

GEJOLAK ITA

Sebenarnya aku rada risih buat menceritakan
pengalamanku ini, bukan apa-apa soalnya aku bukan
tergolong manusia yang jago cerita dan jago main seks.
Tapi tidak apa, masa aku harus terima terus, sedangkan
aku tidak pernah kasih.

Cerita ini terjadi pas sekali di hari ulang tahunku yang
ke-24, Januari 2000. Aku punya teman perempuan namanya
Ita, dia itu temanku dari semenjak kuliah, teman dekat
tapi bukan pacar. Sebenarnya sih aku suka sekali sama
dia, habis dia itu sudah banyak mewarnai hidupku, begitu
juga aku. Tapi lantaran agama kita beda, ya apa boleh
buat, akhirnya kita berteman saja (meskipun banyak
teman-teman yang menyarankan supaya di coba dulu).

Hari Jum'at HP-ku berdering, pas kuangkat tidak tahunya
Ita di seberang.
"Kamu dimana nih?" tanyanya.
"Aku di Kupang, baru besok balik ke Jakarta", balas aku.
"Ok deh, jam berapa kamu besok sampai di bandara?"
"Kira-kira jam 2 siang, ya kamu tahu lah, aku naik
Merpati alias merana sampai mati, jadi tidak tentu
datangnya", kataku."Ya sudah call aku kalau sudah
sampai!""OK."

Besoknya pas aku sampai aku call dia, dia bilang besok
dia ingin sekali bertemu sama aku, ingin merayakan
HUT-ku. Ya sudah akhirnya kita janjian di BMGM, PI Mall
jam setengah 7 malam. Kalau tidak salah pas hari Minggu.
Pas ketemu Ita kasih ucapan selamat ulang tahun buat
aku, "Met ulang tahun ya! Mudah-mudahan tidak lupa sama
aku", katanya sambil mencium pipiku, biasa sun pipi
doang. Memang cuma sebatas itu yang biasa kami lakukan.
Terus kami makan sambil ngobrol ngalor-ngidul.
"Wan, aku ada unek-unek yang pengen banget aku obrolin
sama kamu", katanya.
"Masalah apa sih Ta, kalau buat kamu aku pasti bantu",
jawab aku.
"Iya aku tahu, tapi jangan di sini dong tidak enak buat
ngobrol, entar kalau aku nangis gimana?" benar juga,
dalam hatiku.

Sehabis makan kami pergi ke kafe, tapi karena suasana
ramai sekali, akhirnya Ita mengajakku mencari tempat
yang lebih nikmat buat ngobrol. Karena waktu itu kami
berada di kawasan Blok M, maka kami pilih Hotel Am.
Singkat cerita dia mengajak chek-in, "Enakan begini",
kata Ita. O iya, waktu itu Ita pakai T-shirt ketat
lengan panjang, warna gelap plus jeans ketat warna gelap
juga. Jadi kontras deh sama warna kulitnya yang kuning
langsat. Wajahnya biasa-biasa saja, tapi nafsuin banget,
apa lagi bibirnya, wow sensual banget! Buah dadanya
tidak besar-besar amat, hanya 34 B. Cuma karena dia
rajin senam jadi itu body bikin horny.

Kira-kira sudah 1 i/2 jam ngobrol, ditengah-tengah
suasana yang oke banget gitu, obrolan sedihnya semakin
menjadi. Akhirnya dia sandarkan kepalanya di atas
dadaku. Terus terang aku jadi ngembang, apa lagi kalau
bukan kemaluanku. Dia rupanya merasa, karena siku
tangannya sesekali menyentuh permukaan zipperku. Mulanya
aku beranikan diri buat mengusap rambut dia pakai tangan
kiri, sementara tangan kananku, aku pakai buat mengusap
tangan kanannya. Lama-lama yang ada bukannya usapan, aku
malah meremas tangannya. Dia malah balik meremas
tanganku, "Wah lampu ijo nih", pikirku. Benar saja tidak
lama mukanya yang tadinya menghadap depan jadi tengadah,
kontan bibirnya yang sensual jadi rada merekah, aku
tidak sia-siakan. Kukecup kecil sekali, setelah itu
kulihat matanya masih merem, langsung saja kulumat
habis, dalam banget, sampai dia rada gelagapan. 7 menit
berselang tangan kananku beraksi di atas permukaan
dadanya. Kuusap lembut buah dadanya. "Eenghh", dia mulai
kedengeran erangannya. Dari apa yang pernah kubaca
(memang aku rada kuno) kalau perempuan sudah kedengeran
begitu tandanya dia sudah ON.

Mendengar erangannya, usapanku berubah jadi remasan. Aku
remas dari mulai pelan sampai keras dan seterusnya
bervariasi. Bibirku masih menempel ketat di bibirnya,
dia yang duluan memainkan lidahnya di rongga mulutku, ya
aku jabanin. Kuangkat bagian bawah T-shirtnya, dia kasih
jalan. Begitu lepas terpampang di depan mataku gundukan
buah dadanya yang di bungkus bra berenda warna hitam dan
membuat aku semakin horny. Lumatan kami berlanjut lagi,
semakin "Panas". Tidak puas cuma meremas dari luar
kupeluk dia sambil kucari pengait bra dia dibelakang.
Kulepas, dan remesanku sekarang semakin gila. Lumatanku
mulai menjalar ke seluruh mukanya, turun ke daerah
sekitar kuping, aku gigit pelan daun kupingnya dan
"Enghh..." kedengeran lagi dia mengerang. Jariku mulai
"tunning" di pentilnya. Bibir dan lidahku terus turun,
aku "hisap" seluruh bagian leher dan pundaknya, turun ke
ketiaknya. Kugigit dan kutarik bulu ketiaknya yang
memang lebat. "Uhh, Wannn... geliii", aku tidak peduli,
terus dan terus. "Wan, angkat aku ke tempat tidur",
pintanya. Lalu kuangkat.

Aku besarkan voltage dimmer. Hal ini menambah fantasiku
karena aku bisa lebih jelas melihat lekuk tubuhnya. Aku
naiki dia, kuserbu buah dadanya, "Kamu baru potong
cambang ya, Ita geli bangeet... ah", erangya. Kujilat
seluruh permukaan buah dadanya. "Putingnya dong!" dia
protes. Sengaja aku tidak melumat putingnya, nunggu dia
penasaran pikirku. Aku lumat, gigit-gigit kecil, dan
kusedot dengan keras puting runcingnya yang berwarna
pink dan sudah keras sekali. Dia angkat dadanya sampai
membusung. "Aduh... kok nikmat banget sihh..." Lama aku
main di situ, sesekali dia tekan dan jambak rambutku.
Aku tetap main di situ sampai dia tekan kepalaku turun,
aku ikuti, aku jilat dan kusedot pusernya, dia
menggelinjang sambil tidak berhenti-henti mengerang.
Kulepas ikat pinggangnya, aku turunkan zippernya. Tapi
tidak langsung, kutarik turun jeansnya, aku balikan
tubuhnya tengkurap, aku jilat habis bagian pundak sampai
punggung. Dekat bagian ban celananya, baru aku turuni
jeansnya sedikit demi sedikit sampai bagian pinggul dan
CD berenda warna hitam yang sejenis sama branya
kelihatan jelas. Aku remas pinggulnya sambil sesekali
kugelitik pinggangnya. CD-nya kuturuni sedikit demi
sedikit, jilatan dan lumatanku yang turun sampai ke
telapak kakinya, "mmhh..."

Setelah jeans dan CD-nya lepas aku balikan tubuhnya. Aku
emut jari-jari kakinya semua, dari mulai jempol sampai
kelingking, terus naik, sampai akhirnya mukaku
berhadapan sama tumpukan bulu yang... wah... pokoknya
hutan pedalaman Kalimantan sama Irian LEWAT! Merumputlah
aku di situ. Aku buka pahanya lebar-lebar, aku sibakan
bulu kemaluannya. Terus kukecup bibir vaginanya. Pink
warnanya, dan masih sempit, soal aroma jangan ditanya Ok
banget. Kukeluarkan lidahku, kujilat seluruh permukaan
bibir vaginanya luar dalam. Pas sampai clitoris,
erangannya mulai berubah jadi teriakan, sambil menekan
belakang kepalaku dan dia jepit kepalaku. Beberapa saat
kemudian dia angkat pantatnya sambil menggoyang. "Ahh...
mmhh... uhh... terusssinn wannn..." kemudian dia
melenguh keras sambil menekan belakang kepalaku, dia
jepit kepalaku, semenit kemudian dia terkulai. "Kamu
hebat Wan... sabar dan telaten, thank's ya..." katanya.
"Ah nggak juga, mungkin bakat kali Ta, sumpah baru
pertama kali!" jawabku.

Lalu kami istirahat sebentar, aku mengambil rokok dan
minum, sementara kemaluanku terus meronta, aku berusaha
sabar. Ternyata yang tidak sabar justru Ita. "Sudah
matiin rokoknya, kasian tuh anak kamu sudah pecah
ketubannya pengen keluar", katanya bercanda. Dia yang
bugil menyerbuku seperti Saddam Husein nyerbu Kuwait.
Dia preteli kemejaku, jeansku, dan akhirnya CD-ku.
Kontan kemaluanku yang memang dari tadi sudah meronta
jadi lompat. Dia nafsu banget. Kemaluanku memang
sedangan saja sih panjang 13 cm, tapi memang keras. Dia
kocok, di tempeli ke ujung hidung, pipi dan akhirnya dia
cium. Terus dia jilati dari kepala sampai ke bijiku.
Tidak lama kepala penisku sudah ada di dalam mulutnya,
dia hisap dalam sekali. "Aduhh Ta...!"
"Kenapa?" tanyanya.
"Ennnakkh..." jawabku. Ita semakin bersemangat, dia maju
mundurkan mulutnya, kupegang kepalanya. 8 menit kemudian
aku tahan kepalanya dan "Itttaa... aku kkeee... aahh..."
aku tidak sanggup meneruskan omonganku, aku muncrat 5
kali di dalam mulutnya. Dia telan semua sampai tetes
sperma penghabisan.

Sesudah itu kami ngobrol, agak lama sekitar 20-an menit
dan sesudah badan kami segar, kami bertempur lagi.
Setelah segalanya siap, kunaiki dia, dia pegang penisku,
dia gesek-gesekan di atas permukaan vaginanya, geli
banget! Habis bulu kemaluannya rimbun banget sih.
"Ya teken Wan pelan-pelan..." aku ikutin, seret!
"Ayo coba terus, pelan pelan", aku ikutin. Pas kepala
penisku sudah kejepit, aku diam dulu, aku kiss bibirnya
sambil tanganku terus beraksi di atas buah dadanya.
Setelah kupikir ok, aku konsentrasi, aku tekan habis dan
"Wannn... sakkith..." aku kaget. Aku berhenti dulu,
terus kulumat lagi bibirnya. Setelah tenang 1/4 penisku
aku masukan lagi, dia teriak lagi, kali ini aku sudah
kesetanan. Aku masukan semua sisa penisku, Ita
mengangkat kepalanya dan menggigit pundakku. "Enggghh",
dia mengeluh. Aku istirahat dulu. Kuserbu buah dadanya,
kulumat habis, kusedot, kucupang kencang sekali, sampai
meninggalkan bekas. Pas aku mau kulum bibirnya dia taruh
telunjuknya di bibirku. "Wan, Ita bahagia malam ini, ini
kali pertama Ita bersetubuh, dan Ita bangga bisa ngasih
keperawanan Ita sama orang yang Ita kagumi." Hancur
hatiku mendengar si Ita ngomong kayak gitu, aku bengong!
"Sudah, ngapain bengong ayo terusin!" karena aku tidak
bereaksi si Ita yang ambil inisiatif. Dia angkat pantat
dan berhula-hula, lama-lama aku jadi mengikuti.
"Nnnaahh gitu donghh", aku maju-mundurin pantatku,
selang sepuluh menit,
"Ithhaa mmaauuu nyampppee..."
"Tungguiiinn aku sebentarrr lagiii." Kami terus
bertempur, tiga menit kemudian Ita jepit pinggangku
sambil memelukku erat sekali. Dan aku pun menyodok dia
tidak kalah kencangnya,
"Tttaa... aahh..."
"Wannnhh... ouuggghh", kami sampai bareng dan terkulai
sesudahnya.

Itu adalah true story-ku, itu yang pertama dan mungkin
yang terakhir aku main sama Ita, karena aku tidak mau
merusak dia, aku sama dia memang bukan jenis manusia
rusak.

No comments: