Thursday, May 3, 2007

SELINGKUH 2

Bagaimana kehidupan suami istri dinikmati?
Caranya, nikmati saja. Lama-lama jadi suatu kesenangan yang rutin. Jeleknya,
lama-lama jadi biasa. Kalau sedang ingin, aku tinggal bertelanjang bulat, lalu
menunggu Hansen. Sebaliknya, kalau Hansen yang ingin — asal aku tidak sedang
mens — ia akan menelanjangiku. Kemudian dengan panas kami bercumbu, kadang di
kamar tidur, di kamar mandi, di dapur, di ruang keluarga depan TV, bahkan juga
di garasi dan di tempat jemuran di atas, pada sore hari. Tapi kami mulai
kehabisan gaya, karena pada dasarnya aku mengangkang dan Hansen memasukkan
penis.
Hanya herannya, aku kok masih belum hamil juga. Padahal, setelah suamiku
berejakulasi di dalam, aku mengangkat kaki tinggi-tinggi agar cairannya tidak
keluar. Kenapa ya?
Mungkin karena Hansen semakin sibuk. Sekarang ia jadi wakil perusahaan untuk
berkeliling Indonesia dan ASEAN, jadi kadang-kadang dua minggu pergi ke Menado,
atau ke Bangkok, atau ke Kuala Lumpur. Jadi, hubungan kami tidak bisa dibilang
sering sekali. Aku juga mengerti kalau Hansen sedang lelah bukan main. Tapi,
bukan ini yang ingin kuceritakan.
Ceritanya begini, Hansen sedang ke Brunei, selama 11 hari. Kantornya baru buka
perwakilan di sana, ia harus bertemu dengan duta besar dan sebagainya untuk
mengurus surat-surat. Jadi aku menunggu saja di rumah, tapi kali ini ada tamu di
rumah kami. Seorang gadis …atau bukan? Namanya Rena (bukan Lena lho, walau kalau
disebut kadang terdengar begitu) adalah sepupu Hansen. Dia ini masih 17 tahun,
putih, tinggi (lebih tinggi 5 centi dariku sendiri), rambutnya yang lurus
(rebonding) berujung beberapa centi di bawah bahu, dadanya besar, panggulnya
bulat, pantatnya montok. Dan wajahnya cantik bukan main.
Dalam ukuran manapun juga, bahkan diriku sebagai seorang perempuan pun harus
mengakui: Rena adalah perempuan yang bukan main cantiknya, muda, dan seksi bukan
main karena cara berpakaian dan cara berjalan (oh ya, aku belum memberi tahu
bahwa waktu Rena tiba, ia dengan anggun melangkah dengan sepatu yang haknya 15
centi). Erotis. Untung aku bukan laki-laki, dan juga bukan perempuan yang
bernafsu melihat perempuan lain.
Tetap saja, aku kagum pada keindahan Rena. Sayang, matanya sayu. Aku menerimanya
dengan tangan terbuka, waktu Rena meminta tolong agar boleh menginap di rumahku
beberapa hari. Lumayan untuk menemani, karena Hansen baru berangkat kemarin. Ia
kuanggap adikku sendiri, dan Rena memanggilku “kakak” saja.
“Kak Di, Rena menginap di sini ya…beberapa hari aja.”
“Oh ya… boleh saja Ren. Lho, barangmu kok cuma segini?”
“Iyah… Rena… Rena lari dari rumah, Kak.” Matanya tampak memerah.
“Lho, kenapa? Apa yang terjadi?”
Rena menangis. Aku merangkulnya. Ia sesenggukan dalam rangkulanku. Setelah kami
duduk dan barang-barang dibereskan, Rena menuturkan ceritanya padaku. Oh, mahluk
cantik yang malang… Beginilah ceritanya.
Di sekolah, Rena adalah gadis yang populer. Cantik, pintar, juga jago basket dan
berenang (menjelaskan tubuhnya yang padat berisi). Karena ia memang cukup
tinggi, Rena juga mengikuti sekolah modelling (menjelaskan cara berjalannya yang
seksi). Sudah terang para murid laki-laki tergila-gila melihat Rena, dan juga
beberapa guru pria yang masih muda tidak mungkin mengabaikan kecantikan yang
berlalu — walau Rena hanya memakai seragam SMU yang putih-abu-abu itu.
Sayangnya, Rena tidak bisa menguasai diri, dia melayang-layang dalam sanjungan
dan pujian. Menjadi agak sombong. Terang saja, ia tidak mau pacaran dengan
cowok-cowok bau kencur itu. Ia ratu kampus — begitulah julukan orang. Dari hari
pertama ia masuk, Rena sudah populer. Dalam setahun, Rena sudah dikenal semua
orang. Ketika mau ulang tahun ke-17, semua — maksud Rena semuanya tanpa kecuali
— ikut sibuk.
Tapi, tidak mungkin kalau gadis seperti Rena tidak punya pacar, bukan? Dan tentu
saja, pacarnya pun harus keren, modis, kaya, dan tidak kalah populer, bukan?
Karena itu, Rena lewat kenalan dan kenalan, akhirnya mau jadian dengan Rico.
Mereka jadi pasangan selebriti, R & R. Yang cowok tergila-gila pada Rena, yang
cewek tergila-gila pada Rico, dan mereka berdua tidak sungkan untuk berpelukan
dan berciuman di muka umum. Semua memandang iri. Rena senang sekali.
Sampai, satu bulan sebelum hari ulang tahunnya, ada seorang murid pindahan dari
luar negeri. Enita namanya. Enita ini ibunya orang Tionghoa, papanya orang
Inggris. Nenek dari ibunya orang Dayak, kakeknya Tionghoa. Tapi, orang tua Enita
sudah bercerai, dan kini ibunya kembali ke Indonesia. Enita masuk, dengan bahasa
Inggris yang lancar dan bahasa Indonesia yang kaku. Langsung populer, walau
umurnya belum lagi 16 tahun. Putihnya putih peranakan, hidung mancung, dan dada
yang sudah membulat, lebih daripada orang lain. Lebih daripada Rena.
Kini, cowok-cowok punya sumber baru, apalagi Enita tidak arogan seperti Rena.
Dia manis, tersenyum pada siapa saja, membiarkan rambut panjang coklat-merahnya
dibelai oleh siapa saja, selama masih sopan. Dan Enita rupanya pemalu, entah
sikap yang diturunkan dari siapa, bisa dibilang lugu. Ibu Enita pulang dengan
banyak harta, apalagi ukuran orang Indonesia yang kursnya rendah dibandingkan
Poundsterling, tapi Enita sederhana, pakaiannya biasa, tanpa asesoris, tanpa
hiasan bibir atau kuku. Justru karena itu, ia menjadi cantik dan pusat
perhatian.
Rena jadi keki bukan main. Marah besar. Ketika hari H nya mendekat, orang justru
mengalihkan perhatian, hanya dalam hitungan hari mereka semua membicarakan
Enita, bukan Rena. Kemarahan Rena diungkapkan pada Rico, yang masih menikmati
memeluk tubuh sintal Rena yang cantik, yang sampai hari itu masih hanya
dipeluknya, tidak lebih. Maka, Rico mempunyai rencana yang menarik… jahat
mungkin, tetapi bukannya Rena kalau tidak suka.
Rencananya sederhana: Rico mempunyai dua teman preman, si Eeng dan Danu, yang
dengan senang hati mau menjemput Enita dan menikmati tubuh moleknya. Idenya
begini: kalau Enita diperkosa, lantas rekaman videonya disebarkan di sekolah,
maka dia tidak akan lagi punya nyali atau muka untuk jadi populer. Tapi, untuk
semua rencana merusak Enita ini, ada harga yang harus dibayar oleh Rena. Dia
mesti mau making love dengan Rico, pacar setianya.
Demikianlah, satu minggu sebelum hari ulang tahun Rena, rencana mereka
dilaksanakan. Kebetulan waktu itu ada pelajaran tambahan, jadi anak-anak di
kelas Enita pulang lebih sore dari biasanya. Enita yang biasa pulang dijemput
sopir, kini pulang sendiri, dia memanggil taksi. Ketika sedang menunggu taksi,
yang datang bukannya mobil biru itu, tetapi Eeng dan Danu yang menarik Enita
masuk dalam mobil box, sambil membekapkan saputangan dengan chloroform — entah
darimana mereka bisa mendapat zat itu.
Ketika Enita sudah sadar, ia sudah terikat di atas ranjang. Enita tidak bisa
melihat apa-apa, matanya ditutup lakban hitam. Kancing bajunya sudah terbuka
semua. Sepatunya sudah terbuka. Roknya sudah tidak ada lagi. Rico mengangkat
video camera digital, memasang lampu video yang terang, dan memperlihatkan paha
Enita yang putih, yang bersih, dengan memek yang belum banyak bulunya, masih
sangat rapat. Lalu muncullah Eeng dan Danu, dan mereka segera mulai
menggerayangi Enita.
Gadis ini mula-mula bingung, tetapi ketika ia tersadar, Enita menjerit-jerit.
Tak ada gunanya, karena mereka ada di gudang belakang, di deretan yang hanya
didatangi orang sekali saja di pagi hari. Jeritan Enita terpantul dari
langit-langit gudang yang tinggi, dan tidak yang bisa mendengarnya, hanya
terekam saja di video itu. Jeritan yang mulai melemah, menjadi keluhan, ketika
lidah Eeng bermain-main di memeknya, menghisap kelentitnya, dan mulai merekahkan
bibir kemaluannya. Rico memastikan bahwa di dalam video itu tidak ada wajah lain
yang nampak selain wajah Enita, yang melenguh antara takut, bingung, dengan
terangsang. Siapa bilang orang yang mau diperkosa tidak bisa terangsang?
Mereka tidak membuat Enita sakit. Sebaliknya, mereka membuat Enita
dibelai-belai, dengan tangan, dengan lidah, hingga seluruh tubuh gadis muda itu
telanjang. Eeng dan Danu bergantian menjilati toketnya, memeknya, ketiaknya,
memijit, mengurut, menggelitik, mengigit mesra, hingga akhirnya Enita
menggelinjang, merintih… terangsang hebat. Sampai akhirnya ia tidak banyak
bergerak, ketika penis Eeng bergesekan dengan bibir kemaluannya. Ia bahkan
mengangkat pantatnya, ketika Eeng menarik penisnya menjauh.
Rena yang melihat dari balik layar, turut terangsang, sekaligus senang. Ternyata
gadis itu tidak sebersih bayangan orang. Ternyata ia juga haus sex. Ingin sex.
Ingin… Rena juga ingin. Tapi rasanya ia tidak sehaus Enita, perek dari Inggris
itu. Rena menoleh ketika mendengar jeritan Enita sekali lagi. Ia tersenyum.
Penis Eeng melesak masuk, seluruhnya. Darah mengalir, mewarnai bagian pangkal
paha gadis itu. Enita bukan perawan lagi. Ia digenjot, dipompa.
Eeng rupanya tidak tahan lama. Kemaluan Enita begitu sempit, begitu hangat. Eeng
memuntahkan pejunya di muka Enita. Danu lantas naik dan menggantikan penis Eeng
dengan penisnya, meneruskan genjotan dengan lebih liar lagi, lebih kasar lagi,
yang justru membuat Enita meraung-raung, dan justru libidonya menjadi semakin
tinggi. Ah, daripada terus kesakitan, Enita justru mengalami sensasi yang enak.
Ia meracau, entah apa yang dikatakannya, tapi pasti saat itu ia orgasme dan Danu
juga berejakulasi di dalam memeknya. Seluruh kemaluan preman yang hitam itu
melesak masuk, semua, hingga bola-bolanya menyentuh bibir anus. Besar dan
panjang, masuk semua, memuntahkan semua di dalam, yang tidak pernah disentuh
orang.
Rico menyerahkan video kepada Eeng, yang meneruskan merekam adegan Danu yang
membalikkan Enita, lalu mulai mengentotnya dari belakang. Enita menjerit lagi,
ketika Danu memaksakan penisnya — yang entah bagaimana bisa keras terus — masuk
ke anusnya. Gila, baru diperkosa, langsung disodomi.
“Kamu puas, sayang?” tanya Rico. Rena mengangguk. Mereka berciuman. Dan sebagai
bayarannya, Rena membuka seluruh bajunya. Seluruhnya, di muka Rico kekasihnya.
Rena lalu membuka celana Rico, mengeluarkan batang kemaluan yang sudah mengeras.
Ujungnya mengeluarkan cairan. Rena lalu menjilatnya, melakukan semua yang Rico
minta. Dengan sukarela ia mengangkang, mengangkat kaki, menyambut Rico yang
datang dengan penis yang sudah basah mengkilat oleh ludahnya sendiri.
Tanpa basa basi, Rico memasukkan penisnya ke tubuh cantik milik Rena. Satu
minggu sebelum ulang tahun ke-17, Rena kehilangan keperawanannya. Ia menggigit
bibir bawah, menahan nyeri karena penis itu menerobos masuk ke liangnya yang
sempit. Rico membiarkan penisnya terbenam dalam, membuat Rena merasa biasa.
Merasa nyaman. Lalu Rico mulai menggenjotnya, memainkannya, membuatnya melayang
tinggi, hingga Rena pun menikmati orgasme yang pertama, yang sangat kuat,
walaupun ia masih merasa sakit dan nyeri. Nyeri yang memberi kenikmatan.
Yang Rena tidak ketahui, Eeng tidak hanya merekam Enita. Ia juga merekam adegan
Rico dengan Rena seluruhnya, bahkan bagaimana Rena justru lebih liar daripada
Enita. Kalau gadis itu ditutup matanya, terpaksa menerima perkosaan terhadap
dirinya, Rena dengan pasrah menyerahkan diri dan menjadi seperti pelacur jalanan
bagi Rico. Ketika Rico hampir mencapai puncak, ia menarik keluar penisnya dan
menyorongkan pada muka Rena. Ia mengulum penis itu, menelan semua cairan yang
memuncrat keluar, membasahi pipi, dagu, dan kedua toketnya yang memerah.
Sehari sebelum ulang tahun Rena, rekaman video Enita beredar di sekolah, sudah
dalam bentuk VCD. Bahkan VCD itu diam-diam dijual di mana-mana, bahkan di
kota-kota lain. Enita yang malu akhirnya mengurung diri. Bagaimana ia dapat
menghadapi orang, jika mereka tahu betapa ia orgasme yang ketiga kalinya oleh
lelaki yang memperkosanya? Atau, Enita tidak dapat mengatakan bahwa ia
diperkosa. Atau harus menuntut siapa, karena Enita tidak lihat apa-apa. Rena
senang. Rena puas.
Rena terkejut, ketika pesta ulang tahun berakhir. Di malam itu, di mobil Rico,
sesudah mereka berciuman, Rico memperlihatkan rekaman video hubungan liar
mereka. Rico bilang, bahwa mulai sekarang Rena harus menurut, kalau tidak mau
rekaman ini tersiar ke mana-mana dan mengalami nasib sama seperti Enita.
Rena baru tahu, bahwa Rico adalah serigala buas, yang jahat, yang liar, yang
tidak pernah puas. Ia kini harus melayani Rico setiap saat, menjadi budak
seksnya. Tidak ada lagi kemesraan. Tidak ada lagi kelembutan. Ia bukan hanya
harus mengikuti penis Rico sendiri, tetapi juga penis Eeng. Penis Danu. Yang
satu memasuki vagina, yang lain anus, yang satu lagi dikulum di mulut, sampai
ketiga-tiganya memuncratkan peju di seluruh tubuhnya. Rena harus melayani dengan
senang, dengan berpura-pura orgasme. Pura-pura. Karena, Rena menangis dalam
hatinya, ia lebih buruk nasibnya daripada Enita. Rena menyesal.
Penyesalan Rena memuncak, ketika akhirnya penyelidikan polisi berujung pada
ditangkapnya Eeng dan Danu. Keduanya mengaku disuruh oleh Rico dan Rena. Ketika
itu terjadi, Rico mau kabur tetapi tertangkap di bandara. Rena juga dibawa ke
kantor polisi untuk menjadi saksi, dijemput dari sekolah. Sementara semua ini
berlangsung, entah bagaimana caranya ada yang menyebar-luaskan video Rico yang
sedang memerawani Rena, kemudian video ini juga menjadi barang bukti.
Yang paling marah dan kecewa adalah ayah dan ibu Rena. Ayahnya begitu marah,
sehingga hampir mau membunuh putri sulungnya ini. Malu. Marah. Akhirnya,
mengusir. Ketika sidang pengadilan selesai, Rena juga selesai. Ia keluar dari
sekolah. Ia keluar dari rumah. Lari.
Begitulah, akhirnya ia tiba di rumahku.
“Kak Di, Rena boleh tinggal dulu di sini ya? Rena tidak tahu lagi harus ke
mana…”
Aku tahu, orang tua Rena yang sangat kukuh menjaga kehormatan keluarga, tidak
mau lagi menerimanya. Butuh waktu. Lagipula, aku butuh teman — bukan teman tidur
— untuk bicara di rumah. Barangkali, Rena juga bisa mulai sekolah di sini.
Begitulah, akhirnya Rena tinggal denganku. Ketika Hansen datang, ia tidak
keberatan. Toh lebih baik daripada istrinya tinggal berdua dengan lelaki lain….
Kami meneruskan kehidupan kami secara normal. Rena akhirnya bersekolah lagi,
menjadi siswi pindahan di kelas 3. Aneh memang, tetapi karena Hansen sekarang
cukup banyak uang, jadi tidak masalah. Ia sekarang tidak sombong lagi, malah
bersikap manis. Kupikir Rena mulai mengerti bagaimana menjadi Enita. Tapi, Rena
tidak lagi mau dekat dengan cowok, mungkin belum. Rena bilang, ia ingin bisa
sekolah sampai setinggi-tingginya, punya karir, punya harga diri lagi. Ia bukan
perek yang hanya punya tiga lubang untuk dimasuki penis laki-laki.
Aku dan Hansen masih tetap mesra, setiap kali Hansen pulang kami selalu
bercumbu. Aku menginginkan penisnya membesar, memerah dimulutku, lalu dimasukkan
dalam-dalam ke liangku, liang surganya Hansen, sambil mengedut-ngedutkan
otot-otot disana, sampai aku dan Hansen bersama-sama mencapai puncak. Kemudian
kami akan tidur berdua sambil tersenyum puas.
Dan kalian tahu? Mungkin kehadiran Rena membawa berkah. Karena tak lama setelah
Rena ada di tengah kami, aku pun akhirnya hamil. Ah, senangnya…

No comments: