Monday, May 7, 2007

LIBURAN KE DESA

Cerita ini adalah pengalaman dari seorang teman dekatku
yang terjadi sekitar 5 bulan yang lalu. Aku sedikit
bingung menulis cerita ini karena biasanya aku
menceritakan pengalamanku, tapi kali ini aku harus
menceritakan pengalaman temanku. Oke, tanpa banyak
bicara lagi, kumulai cerita yang kuberi judul
"Petualangan Berlibur Ke Desa".

Lima bulan yang lalu, Jeff temanku mengajakku sedikit
refreshing ke sebuah desa yang kebetulan adalah tempat
Jeff bermain waktu kecil. Ayah Jeff seorang pengusaha
kaya yang sedikit memperhatikan soal alam bebas,
karenanya dia membeli ribuan hektar tanah yang kemudian
dijadikannya hutan karet. Bisnis sambil memelihara alam
liar, katanya.

Jeff biasa berlibur ke hutan karet ayahnya dan dia biasa
menginap di sebuah rumah yang terlihat begitu mewah
kalau dibandingkan rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Meski terkesan ada sedikit kesenjangan, tapi penduduk
desa itu sama sekali tidak menaruh kebencian atau iri
hati pada keluarga Jeff karena keluarga itu cukup
dermawan, bahkan ayah Jeff hanya mengambil keuntungan
25% dari hasil hutan karetnya, dan sisanya dibagikan
pada penduduk yang ikut mengusahakan hutan karet itu.

Oke, cukup perkenalannya. Aku sendiri menyesal karena
tidak bisa ikut dengan Jeff karena ada sedikit keperluan
dengan keluargaku. Tapi aku berjanji akan menyusul kalau
ada waktu. Jeff sedikit kecewa tapi dia tetap pergi ke
desa itu, sebut saja Desa Sukasari.

Hari-hari pertama dilalui Jeff dengan bermalas-malasan
di rumahnya sambil menikmati udara segar pedesaan yang
sangat jarang ditemuinya di Bandung. Baru pada hari
kelima Jeff keluar dari rumah, diantar oleh seorang
bujangnya Jeff berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling
desa itu. Dia berhenti ketika dilihatnya seorang gadis,
mungkin beberapa tahun lebih muda darinya sedang menyapu
di pekarangannya.

Rambutnya yang hitam terurai menutupi punggungnya.
Kulitnya yang hitam manis mengkilat karena keringat yang
tertimpa sinar mentari. Jeff tertegun, baru kali ini
dilihatnya gadis desa yang begitu cantik. Bujangnya tahu
kalau Jeff memperhatikan gadis itu, karena itu dia
mengatakan kalau gadis itu adalah anak salah seorang
pekerja ayahnya. Umurnya sekitar 14 tahun, dan kini
ayahnya sudah tiada. Dia tinggal dengan ibunya dan
sering membantu mencari nafkah dengan mencucikan pakaian
orang-orang desa yang lebih mampu.

Jeff merasa iba, tapi rasa ibanya langsung hilang
berganti rasa tertarik ketika dipikirnya kalau gadis itu
pasti memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Kemudian
berubah lagi perasaannya menjadi keinginan untuk
mendekatinya ketika dilihatnya kalau gadis itu cukup
cantik dan manis. Tapi rasa ingin mendekati itu berubah
seketika ketika dilihatnya dada gadis itu yang agak
terlalu besar untuk anak seusianya.

Segera saja setan bersarang di kepala Jeff. Dia
mengeluarkan dompetnya, mengambil selembar uang
bergambar Pak Harto dan menyuruh bujangnya memberikan
uang itu pada gadis itu untuk mencuci bajunya. Bujangnya
tidak menaruh curiga, dia segera memberikan uang itu
pada gadis itu, dan tidak lama kemudian gadis itu
mengikutinya mendekati Jeff. Jeff menyuruh bujangnya
pulang, sedangkan dia melanjutkan jalannya bersama gadis
itu. Ditengoknya arloji di tangannya, baru pukul 4:00
sore, karena itu Jeff mengulur waktu. Setidaknya pukul
5:00 sore akan dilaksanakan rencananya.

Dia bertanya dimana sungai yang airnya bening dan bisa
dipakai mandi. Gadis itu mengantarkan Jeff ke sana.
Cukup jauh juga, dan setiba di sana Jeff melepas semua
pakaiannya dan langsung masuk ke sungai itu. Dia meminta
gadis itu mencuci pakaiannya, dan gadis itu menurut
walaupun agak malu-malu karena melihat Jeff berenang
telanjang. Jeff sendiri sudah sedikit sinting, entah
setan apa yang merasuki kepalanya, yang jelas ketika
dilihatnya arlojinya menunjukkan pukul 5:00 sore,
langsung dijalankan rencananya. Jeff keluar dari air,
mendekati gadis yang sedang membersihkan pakaiannya dan
berjongkok di sampingnya. Batang kemaluan di sela
pangkal kaki Jeff sudah bangun dari tidurnya, dan tanpa
tembakan peringatan Jeff langsung saja merangkul gadis
itu sambil berusaha mencium leher gadis itu (sebut saja
namanya Sali).

Gadis itu segera berontak karena terkejut, tapi dekapan
Jeff lebih kencang dari tenaganya. Jeffberhasil mencium
leher gadis itu tapi begitu Jeff berusaha lebih gila
lagi gadis itu mengancam akan berteriak. Jeff takut juga
dia digebuki penduduk desa itu, karena itu segera
ditutupnya mulut gadis itu, dan dia berbisik, "Jangan
teriak, kalau kau mau melayaniku kuberi lebihdari
sekedar lima puluh ribu, mungkin akan kuberi seratus
ribu lagi, bagaimana?"

Gadis itu masih diam, tapi begitu Jeff mengeluarkan dua
lembar uang Rp. 50.000-an yang sedikit basah karena air
sungai dan mengipas-ngipaskan di depan muka Sali,
akhirnya dia mengangguk. Kapan lagi dia bisa mendapat
uang Rp 150.000,- dalam sehari, begitu pikirnya. Jeff
tersenyum senang sambil melepaskan tangannya dari mulut
gadis itu. Tapi ketika dia berusaha memegang dada Sali,
gadis itu berbisik, "Jangan di sini, takut ketahuan
orang lain."

Jeff setuju kata-kata gadis itu, karena itu diajaknya
gadis itu ke hutan karet milik ayahnya. Jeff tahu persis
kalau sore-sore begini tidak mungkin ada orang di sana.
Singkat cerita, mereka sampai di sana, dan tanpa tunggu
lama lagi Jeff segera membuka bajunya yang basah, juga
celananya. Dibentangkannya baju dan celananya di tanah,
dan diciumnya Sali sekali lagi. Kali ini dia tidak
berontak. Jeff dengan mudah menyingkirkan pakaian gadis
itu, dan terlihat kedua gunung kembarnya yang tidak
begitu besar tapi lumayan juga untuk ukuran gadis 14
tahun. Jeff meremas keduanya sekaligus sambil terus
melumat bibir gadis itu.

Sekitar 2 menit kemudian Jeff berbisik, "Aku nggak butuh
patung, layani aku. Jangan cuma diam gitu aja!" Jeff
lalu mendorong kepala Sali ke bawah, dan menyuruhnya
sedikit bermain dengan kejantanannya yang sudah hampir
mencapai ukuran maksimal. Gadis itu bingung, maklum di
desa mana ada film "bokep". Jeff menyuruh Sali menjilat
"jamur ungu"-nya. Sali sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya
dilakukannya juga.

Ternyata Sali cepat belajar, beberapa menit kemudian
Jeff sudah dibuatnya keenakan dengan permainannya di
selangkaan kakinya. Terpedo itu sudah mencapai ukuran
maksimal, dan Sali masih terus bermain dengan benda itu,
mungkin asyik juga dia bermain dengan benda itu. Mulai
dari mencium, menjilat dan akhirnya mengulumnya sambil
menggerakkan kepalanya maju-mundur dan sesekali
menghisap benda itu.

Jeff cukup puas dengan permainan itu, dan ketika
dilihatnya langit mulai gelap, disuruhnya Sali duduk.
Jeff meregangkan kaki gadis itu, terlihat bulu-bulu
halus yang masih sangat jarang di sela-sela pahanya.
Jeff menggunakan lidahnya untuk membasahi vagina Sali.
Sali bergoyang-goyang kegelian, tapi kelihatannya dia
menimati permainan itu. Sekarang Jeff menggunakan
jarinya untuk menggosok klitoris Sali yang masih kecil.
Sali semakin liar bergoyang-goyang menahan nikmat.
Desahan mulai keluar dari mulutnya dan vaginanya basah
karena lendir yang bercampur ludah Jeff.

Tidak lama kemudian Sali mendesah panjang, dan tubuhnya
bergetar hebat. Lendir mengalir dari vaginanya yang
merah segar. Jeff tahu Sali sudah mencapai puncak, dan
inilah kesempatannya untuk menusukkan terpedonya ke
kemaluan Sali. Dibukanya lebih lebar paha Sali, dan
diarahkannyakepala kejantanannya ke vagina Sali. Sali
sendiri masih memejamkan mata menikmati sisa-sisa
orgasmenya. Tapi tiba-tiba dia menjerit tertahan ketika
Jeff memaksa terpedonya masuk ke lubang yang sempit itu.
Sali kembali menjerit ketika kejantanan Jeff semakin
memaksa melesak masuk ke dalam. Jeff berusaha keras
menembus pertahanan vagina Sali, tapi baru setengah dari
barangnya yang masuk ke dalam.

Jeff meremas dada Sali sambil menciumnya. Dia berusaha
membuat otot kemaluan Sali sedikit mengendur, dan ketika
dirasakannya mulai mengendur, disodoknya sekuat tenaga
kejantanannya ke dalam kemaluan Sali. Kali ini Sali
menjerit cukup keras, dan terlihat air mata keluar dari
balik kelopak matanya yang tertutup menahan nyeri. Jeff
tidak peduli, sekarang sudah seluruhkejantanannya masuk,
dan mulai digoyangkannya maju-mundur diiringi
jeritan-jeritan kecil Sali. Vagina Sali sangat sempir,
karena itu belum lama Jeff bermain sudah hampir keluar
maninya. Jeff mempercepat gerakannya, dan Sali semakin
kuat menjerit. Tentu saja vagina Sali yang masih 14
tahun itu terlalu kecil untuk kejantanan Jeff yang
lumayan besar.

Belum selesai Jeff bermain, suara Sali tidak terdengar
lagi, dia pingsan karena tidak kuat menahan nyeri. Jeff
sendiri mengetahuinya, tapi dia tidak mau menghentikan
permainannya, dikocoknya terus kemaluan Sali yang
sedikit memar, dan akhirnya Jeff mendesah dalam sambil
merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil Sali. Setelah itu
Jeff sempat mengocok vagina Sali lagi, dan ketika hampir
mencapai puncak kedua kalinya Sali bangun dari
pingsannya. Dia langsungmenjerit-jerit dan beberapa saat
kemudian mereka mencapai puncak hampir bersamaan. Jeff
terlihat puas dan lelah, dan ketika dicabutnya
kejantanannya dari vagina Sali, terlihat maninya keluar
lagi dari kemaluan Sali. Kental berwarna putih
kekuningan yang bercampur darah keperawanan Sali.

Jeff mengajak Sali membersihkan diri, dan ketika selesai
diberikannya dua lembar uang Rp. 50.000-an pada Sali.
Sali sangat berterima kasih, dan Jeff berpesan agar
jangan sampai hal itu diketahui orang lain. Sali
mengangguk, tapi Jeff segera menegur Sali ketika
diperhatikannya jalannya sedikit menegang menahan perih
di kemaluannya. Sali berusaha berjalan normal walaupun
dirasakannya sakit di sela pahanya. Dia juga takut kalu
orang-orang desa tahu kalau dia sudahmenjual tubuhnya
pada Jeff, tapi tetap saja diambilnya resiko itu demi
uang yang memang sangat dia butuhkan.

Dua hari kemudian aku datang menyusul Jeff, dan di
sanalah Jeff menceritakan kisahnya itu. Aku jadi sedukit
terangsang juga mendengar cerita itu, dan rencananya aku
akan mencobanya juga bila ada waktu, yang jelas
hari-hari berikutnya benar-benar menyenangkan untuk kami
bertiga. Aku dan Jeff sama-sama terpuaskan, sedangkan
Sali sangat senang mendapat ratusan ribu uang walaupun
dia harus tersiksa hampir setiap dua malam sekali karena
aku dan Jeff secara bergilir dua hari sekali mencicipi
tubuh mungilnya itu.

Dua minggu kami di sana, dan di hari terakhir aku dan
Jeff menidurinya bergantian dalam satu malam. Bisa
dibayangkan bagaimana rasanya gadis berumur 14 tahun
disetubuhi oleh dua laki-laki bergantian dalam satu
malam, benar-benar luar biasa. Tapi satu hal yang kupuji
dari Sali, dari hari-kehari vaginanya tetap saja sempit,
dan itu yang membuat aku dan Jeff betah menidurinya. Aku
juga merencanakan untuk mengajak Alf dan Lex teman
baikku untuk ikut serta mencicipi kenikmatan itu, tentu
saja itu akan kuceritakan di cerita lain. Tunggu saja
pengalaman kamiberempat bersama Sali.

No comments: