Tuesday, May 1, 2007

KARTIKA

Nama saya Kartika, usia 25 tahun dengan tinggi 168 cm, berat 53 kg,
asli orang bandung, kulit putih bersih, ukuran payudara saya yang
34C termasuk lumayan untuk gadis seusia saya. Pekerjaan saya manager
operasional perusahaan terkenal di daerah saya. Saya ingin
mengeluarkan gelisah hati yang saya pendam selama ini, mudah-mudahan
saya bisa berbagi dengan pembaca sekalian. Saya dikantor mempunyai
sahabat yang namanya levana, sering saya panggil Ana. Orangya supel,
dan mudah bergaul, tingginya 172 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus,
maklum orang menado asli, 34B ukuran payudaranya. Saya mempunyai
kelainan ini sejak masih gadis pas tinggal bersama kakak saya, mbak
erni namanya. Kapan-kapan saya ceritakan sejarah lesbian saya, tapi
saya juga suka cowok lho sama seperti gadis-gadis lain. Cuman saja
hampir tujuh puluh persen saya menyenangi cewek, saya tidak mengerti
mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh total ya?!.
Saya sering jalan bareng ana kalo ada undangan karena saya belum ada
pasangan, banyak sich cowok yang naksir, cuma saya masih enggan aja
untuk berpacaran. Saya ingat betul awalnya pas bulan Agustus 2004,
sehabis pulang kantor.
"ka, sini sebentar" panggil ana pada saya sambil mendekatkan
Mercynya.
"ada apa na?" tanya saya heran pada ana.
"boleh nggak minta tolong"
"tolong apa"
"itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi…"
"terus"
"mmh, boleh numpang nginep nggak dirumahmu" tanya ana ragu-ragu.
"alaa, gitu aja nanya, boleh dong, sekarang?"
"iya, boleh khan?" tanya ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.

"udah nggak usah banyak omong, ayo jalan" perintah saya sambil
tersenyum.
"okey, trim's ya"
Maka setelah ana mengambil baju sekedarnya, kita berdua meluncur ke
rumah saya yang memang jauh dari kantor. Rumah saya mempunyai empat
kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya ditengah, saya tinggal
sendiri karena orang tua saya tinggal di surabaya.
"na, ini kamarmu ya" kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar
padanya diujung depan.
"trim's ya" jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
"tak tinggal dulu"
"ya…" jawabnya sambil lalu. Saya kemudian menuju kamar untuk mandi
dan ganti baju, soalnya gerah sejak tadi, sedang asyik-asyiknya saya
memilih BH, tiba-tiba ana masuk kekamar.
"eh…maaf ka, lagi pake baju ya" katanya kaget melihat masih
memakai celana dalam berwarna merah dan belum mengenakan BH sama
sekali.
"oh ana, masuk na, nggak apa-apa kok" jawab saya sambil tersenyum
melihatnya yang masih memandangi payudara saya yang termasuk besar
dan montok.
"wah, badanmu seksi juga ya"
"tentu aja, abis saya rajin senam sich"
"oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk" ajak ana sambil menggandeng
saya untuk nonton TV di ruang tengah.
"bentar na, tak ganti baju dulu ya" jawab sambil memakai BH dan kaos
longgar serta celana pendek.
"tak tunggu ya…"
"ya"
Kemudian levana sudah duduk didepan TV sambil makan camilan, sedang
saya masih sibuk membereskan baju yang berserakan. Malam itu ana
mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit lengannya yang putih
mulus, kadang-kadang karena duduk kita yang mepet, ana tak sengaja
menyenggol payudara saya hingga perasaan saya jadi tambah aneh.
Mungkin karena acara Tvnya yang membosankan, saya jadi tak tertarik
lagi, saya lebih tertarik memperhatikan ana saja. Ternyata ana yang
memakai daster itu, sudah tidak memakai BH lagi hingga tonjolan
payudaranya kelihatan mencuat keatas, mungkin karena kita sama-sama
perempuan, jadi ana tidak malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang
kakinya dinaikkan kemeja hingga bawahan dasternya jadi tersingkap
dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna putih. Perasaaan
saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk kekamar dan berganti
baju dengan daster tanpa memakai BH dan celana dalam, supaya tambah
nyaman gitu kalo berdekatan dengan levana, sungguh levana itu gadis
yang cantik seperti artis mandarin. Saya kembali keruang tamu dan
membawa kaset DVD untuk saya tonton bersama ana, siapa tahu aja
levana tertarik dengan filmnya dan pengin mmmh….
"na, ganti ama DVD ya"
"film apaan tuch"
"ini, film romantis dari jepang, pengin liat nggak?"
"ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yang menarik sich"
"okey, duduk dekat sini" perintah saya pada ana untuk duduk disofa
agar nyaman menonton film itu. Sebetulnya sich, itu film triple XXX
dari jepang mengenai seorang gadis yang mencintai guru wanitanya dan
mereka bersetubuh dan bercinta dengan gaya yang romantis dengan
berbagai macam gaya. Volume TV dan AC saya perbesar hingga ana mepet
dengan saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah pulang
semua dan lagian rumah saya besar, jadi volume suara TV yang besar
itu tidak kedengaran lagi.
"film BF ya" tanya ana tanpa menoleh pada saya.
"tapi bagus lho, untuk pelajaran sex"
"bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich" guman ana tak jelas
karena napasnya yang makin berat dan diselingi suara orang
bercinta dari TV yang makin kencang.
"gimana kalo saya pegang susumu"
"hush, ngaco kamu tika, kita ini sama-sama cewek tauuu" jawabnya
sambil monyong, namun itupun menambah gairah saya makin tinggi.
"daripada kamu megang sendiri, hayoooo" jawab saya tak mau kalah
sambil meraba payudaranya.
"jangan, tika….jangan…" teriaknya keras karena kaget payudaranya
saya pegang. Namun teriakannya tak membuat saya jera, bahkan
kupingnya yang sensitip saya cium dengan lembut.
"kurang ajar kamu, sstss…."
"mmh…"
Pergumulan saya dengan ana berlangsung seru, hingga beberapa menit
levana masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan
ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah
sensitipnya, akhirnya ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap mencium
bibir saya dengan ganas sambil meraba vagina saya yang sudah mulai
basah sejak tadi.
"sst…mmh…tunggu…" potong saya menghentikan ciuman dan
serangannya ana.
"hahhh, ada apa ka?"
"buka dastermu…" perintah saya menyuruhnya membuka daster,
sementara saya yang telah membuka daster hingga bugil.
"wah, susumu besar juga ya" kata levana kagum melihat payudara saya
yang sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana
dalamnyapun ikut dilepaskan juga hingga kita sama-sama bugil. Dan
kamipun kembali saling berciuman disofa tanpa mempedulikan Film
jepang itu, saya mengambil inisiatip untuk memulai mencium
payudaranya.
"ssstsss…ssst…"
"mmh…gan…tian…" rintih ana karena tidak dapat menahan ciuman
dan jilatan lidah saya pada payudaranya. Maka sayapun berganti
posisi dengan ana yang menjilat payudara saya dengan semangat hingga
vagina saya juga ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yang lentik
keluar masuk kedalam lubang vagina saya dengan cepat hingga saya
orgasme yang pertama.
"sstsss…ssst…
"mmh…enak…na, cepetan…sstsss…" rintih saya karena tak tahan
dengan permainan ana yang begitu hebat, bahkan ana sekarang mejilat
vagina saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin
mendorong vagina saya kearah mulutnya yang sedang menghisap bagian
dalam.
"sstss…pinggir…nya..ssts…ya…"
"ya…sstss…yang i…tu…" rintih saya terpatah-patah. Tiba-tiba
levana menghentikan permainanya…
"ada apa na?"
"kita coba yang kayak di film, mau khan?'
"boleh aja…" jawab saya senang karena senang gaya enam sembilan.
Gaya enam sembilan itu maksudnya saya yang berada diposisi atas
menghadap levana yang berada di posisi bawah dengan saling menjilat
vagina masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya
terjepit oleh levana yang rupanya juga orgasme yang pertama. Kami
melakukan pergumulan itu disofa hingga dua jam dan rupanya levanapun
puas atas permainan itu.
"hahhh, lega rasanya…"
"gimana, enak nggak?"
"enak juga ya"
"mau lagi nggak?"
"mau dong kalo caranya gitu" jawab ana manja sambil mencium bibir
saya gemas. Malam itu saya dan levana menghabiskan permainan yang
seru itu dikamar, bahkan ana tak henti-hentinya meremas payudara
saya dengan gemas, kadang-kadang saya puaskan levana dengan alat
kelamin pria pastik itu, tentu saja alatnya bisa getar, itu menambah
nikmat percintaan saya dengan ana. Beberapa ronde kita lalui hingga
pagi, juga dikamar mandi. Seperti biasa saya sudah bersiap kekantor
dengan levana.
"ayo na, udah siap belum"
"udah bosss, ayo" gandeng ana mesra sambil mencium bibir saya
lembut.
"hush, nanti dilihat orang lho"
"iya ya…"
Maka sejak itu, saya dan levana sering bercinta dirumahnya atau
rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kita bercinta didalam mobil.
Pas hari libur, levana mengajak saya dan beberapa temannya ikut
darmawisata ke Pulau Bali dan Lombok. Salah satu diantaranya bernama
Fifiani yang orang Malang katanya.
"tika, kamu ikut tour besok nggak"
"tentu dong, yang kebali dan lombok khan?"
"iya dong, eh…kenalin nich,teman saya"
"Fifiani" katanya memperkenalkan diri.
"Kartika Sari" jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning
langsat itu.
"ayo na, sampai besok ya" jawab levana menggandeng Fifiani. Hari
yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, saya dengan beberapa teman
kantor jadi berwisata ke pulau bali dan lombok, juga ada Fifiani dan
levana. Dari ngobrol-ngobrol kita, saya ketahui bahwa Fifiani itu
umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara 34C, orangnya
cukup ramah dan sopan. Levana pernah bercerita pada saya bahwa
Fifiani adalah seorang lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali
pacaran, namun kandas dijalan hingga hatinya hancur lebur.
"ana, sini bentar na" panggil saya pada ana.
"ada apa tik"
"tukeran duduk ya, Fifiani disini en' tas ini ditempatmu, gimana?"
"enak aja, kapan lagi kesempatan gini datang"
"please dong, khan kamu udah lama kenal ama Fifiani"
"iya dech, cuman aku boleh liat dong disebelah…" canda ana sambil
mencolek payudara saya gemas.
Akhirnya dalam bis itu, saya yang mulanya duduk dibelakang dengan
tas besar, entah siapa yang punya, dapat duduk dengan Fifiani yang
cantik. Levana tak ketinggalan duduk disebelah dengan tas besar yang
sudah saya pindahkan. Fifiani dalam perjalanan itu memakai rok jins
hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh serasi dengan bentuk
tubuhnya yang proporsional. Rupanya Fifiani atau biasa saya panggil
dengan Fifi senang curhat sama saya, bahkan beberapa kali matanya
mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yang agak naik
keatas, mungkin celana dalam saya yang berwarna putih polos
kelihatan kali ya, tapi saya cuek aja sich. Bahkan saya sengaja
beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih
kelihatan dengan jelas hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok
saya. Malam itu kita sudah melewati kota probolinggo, saya lihat
teman-teman sudah pada tidur karena kecapean, sementara levana
memperhatikan saya sambil mengedipkan mata beberapa kali. Bis wisata
itu yang duduk dibelakang cuma saya, marsela, levana dan beberapa
barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain duduk didepan,
tentu saja ada yang berpasangan. Sementara itu fifi rupanya sudah
tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya, dan
perasaan saya jadi tak enak nich karena napasnya yang harum dan
lembut tercium oleh saya, disamping itu posisi duduknya yang sungguh
membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha
saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kita berdua
tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang
kelihatan. Tangan kanan fifi saya pegang dan saya tempatkan payudara
saya, tiba-tiba fifi membuka matanya dan menatap saya tajam.
"eh…eh…fi…belum tidur ya" tanya saya tergagap-gagap karena
kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
"iya mbak, belum ngantuk nich" jawabnya terseyum ramah dan tidak
melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal payudara saya udah
horny nich.
"jangan panggil mbak dong, panggil tika ya"
"iya dech, tika udah punya pacar belum"
"belum, emangnya kenapa"
"masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!"
"emang belum, kamu sendiri"
"udah pernah sich, cuma sering putus, lebih sahabatan ama cewek"
"oh gitu ya…"
"ka, boleh nggak fifi peluk"
"boleh aja, terserah fifi dech" guman saya pelan karena fifi dengan
pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam
BH saya dan meremasnya dengan lembut.
"sstss…fi…"
"gimana ka" tanya fifi yang berusaha membuka BH saya.
"enak fi…sstss…saya boleh…" belum sempat fifi menjawab, tangan
saya sudah masuk dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih
memakai celana dalam.
"sst…ka…ayo dong…" ajak fifi menuntun tangan saya untuk masuk
kedalam celana dalamnya dan menyentuh vaginanya. Akhirnya saya dan
fifi saling meremas payudara dan menyentuh vagina hingga fifi duluan
orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk
vaginanya dengan cepat. Levana yang dari tadi memperhatikan saya,
juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya
orgasme, bis itu sampai denpasar, dan kita memesan kamar
masing-masing untuk esok paginya kita lanjutkan dengan pesiar
keliling pulau Bali.
"gimana nich fi, saya khan belum…"
"tenang aja ka, gimana kalo kita tidur berdua" jawab fifi santai
karena tahu saya belum puas.
"iya dech"
"saya boleh ikut nggak, boleh ya…" rengek levana tiba-tiba
mendekati kami.
"boleh aja, gimana fi, ana dikasih ikut nggak!" tanya saya pada
fifi.
"okey, pasti tambah asyik ya" jawabnya sambil mengedipkan mata pada
saya. Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi
pengarahan dari pemandu wisata untuk bangun jam 08.00, maka saya
langsung masuk kamar. Setibanya dikamar dan menaruh tas, saya peluk
fifi dan menghimpitnya ketembok hingga payudara saya yang montok
menempel ketat pada payudaranya.
"udah nggak sabar nich yee…" goda ana sambil memeluk saya juga
dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
"fi…kamu…"
"udah ka, ayo kita terusin yang tadi" jawab fifi sambil melumat
bibir saya dengan ganas.
"mmmh…." Fifi yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah
gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya terlepas juga
kebawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara
saya, disamping itu ana berusaha mencopot rok jins dan celana dalam
saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yang
memulai duluan, tahu-tahu saya sudah ditempat tidur dengan payudara
saya yang dijilati fifi dengan lincah, bahkan anapun sudah bugil dan
sekarang lagi menjilati vagina saya dengan lahap.
"sst…na…mmmh…."
"ssts….sstrrrssss…" rintih saya keras karena tak tahan
diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang menjilati bagian
sensitip saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan orgasme yang pertama,
fifi juga minta gantian dibawah untuk kita kerjai yang saya bagi
tugas dengan ana, saya bagian menjilat vaginanya dan ana bagian
payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kita lanjutkan
dengan cara berganti-ganti posisi.
"ka…sstss..geli…ahhhh…sssts"
"ssts…mmmh…jilat yang itu….ya…." rintih fifi yang sedang
jongkok karena vaginanya dijilat oleh ana.
"sstss…go…yang…na….sstssss…." desis saya karena meminta
ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya
untuk menggoyang pinggulnya lebih keras. Permainan demi permainan
kita lewati yang akhirnya saya meminta fifi memasang penis plastik
yang bisa getar itu pada vaginanya. Bentuknya sich seperti celana
dalam yang ditengahnya ada penis plastik, bahkan sich bisa getar,
maklum buatan amerika katanya fifi lho.
"ssstss…pelan…fi…arkh…" jerit saya karena fifi memasukkan
penis buatan itu terlalu cepat pada vagina saya.
"mmh…gimana ka, enak…"
"ssts…ya, ayo…" perintah saya setelah fifi memasukkan penis
plastik dan mendorong keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan
menjepit penis plastik dengan keras hingga dinding vagina saya
berdenyut-denyut.
"sstt…ayo…fi..lebih cepat lagi…"
"sstsss…mmh…"
"sstsss…argkkkkk…" jerit saya melengking karena cepatnya fifi
memasukkan penis plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yang
ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yang dijilat dan diemut
oleh levana sambil tangannya ana tak henti-hentinya juga meremas
payudaranya fifi. Vagina saya mengeluarkan lendir berwarna putih
sungguh banyak sekali.
"lega rasanya, nikmat juga pake penis…"
"enak nggak rasanya ka" tanya levana pada saya dengan mimik heran.
"lho, kamu belum pernah tho an"
"belum tuch, biasanya sich cuman ama cewek aja"
"nikmat kok rasanya, saya sering pake kalo nggak ada pasangan" jawab
fifi sambil membersihkan penis plastik itu untuk kita pake lagi.
"gimana an, kamu coba dech, sini tak cobain…" bujuk pada levana
yang kelihatan masih pengin mencoba gaya penis buatan ini selain
gaya enam sembilan favoritnya levana dan saya. Malam itu kita
bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga kekamar mandi,
bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan fifi yang masih mudah
diantara kita bertiga.
"pelan-pelan ya masuknya" perintah levana cemas.
"tenang aja, nggak sakit kok" kata saya meyakinkan levana yang
melihat saya sudah memasang penis itu di kemaluan saya, emang sich
permukaan penis plastik ada bintik-bintiknya yang tidak beraturan
dan saya juga nggak begitu ngerti apa manfaatnya, mungkin aja untuk
menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding vagina kali ya.

"sst…mmh…"
"sstsss….aduh…." jerit ana pelan karena penis itu terpeleset
bibi vaginanya ana.
"stsss…mmh…"
"mmmh…"
Akhirnya seluruh penis plastik itu masuk dalam vaginanya ana yang
masih sempit itu, mungkin levana masih perawan ya karena beberapa
saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat
dengan levana, ana jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan
teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan fifi
pergaulannya luas termasuk dengan pria, vaginanya fifi udah agak
lebar dibanding dengan vagina saya dan vagina levana.
"na, kamu masih perawan ya" tanya saya serius pada levana.
"eh…iya…berarti kamu yang pertama sayang" jawabnya mesra sambil
mencium saya dengan lembut.
"mmh…" Saya berusaha maju mundur mengikuti seperti yang di film
BF, para pria memaju mundurkan penisnya kedalam vagina wanita.
Sambil memasukkan penis, saya meremas-remas payudaranya ana,.
"sstsss….ter…us…sstssss…"
"sstssss…."
"sst…fi…ayo…" ajak ana sambil mengajak fifi untuk berciuman
dengan saya.
"sstsss…sstsss…"
"mmh.."
Sambil saya berciuman dengan fifi, saya memasukkan penis plastik
keluar masuk dengan irama yang teratur hingga pantatnya levana
bergoyang pelan. Rupanya ana menikmati permainan penis plastik itu
dan menyuruh saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya penis
plastik itu dalam vaginanya.
"ayo fi, isep putting saya"
"iya, ka…"
"sstss…mmh…" rintih saya agak keras karena fifi bukan saja
mengisep putting saya, bahkan menggigit putting saya dengan gemas
hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu makin
cepat saja.
"sstss…ssstsss…."
"sstss…bagi…an..sstss…itu…" desis ana mengarahkan saya untuk
menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya. Permainan dengan
ana membutuhkan waktu yang lama karena lebih menahan irama birahinya
hingga pinggulnya saya pegal-pegal, kemudian setelah saya capek,
saya menyuruh fifi untuk gantian menindih levana dengan penis
plastik itu.
"fi, gantian ya, saya capek nich" "ya, ayo sini" jawab fifi sambil
memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vaginanya levana
dan merekapun bermain dengan bernafsu hingga fifi melahap bibir ana
dengan ganas. Dan sayapun menyelipkan tangan diantara payudara
mereka dan meremas-remas supaya ana cepat orgasme. Dan akhirnya
levana melepaskan
ciumannya fifi dan menyuruhnya lebih cepat.
"sstsss…sstss…"
"sstss…ayo…fi…cepetan…"
"saya…sstss…mau….keluar…sstss…" rintih levana dan fifi
semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga ana
bergerak-gerak liar hingga menjepit fifi dengan kuat.
"sstsss….argkkkkkk…" jerit levana melengking karena cairan
putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya. Jam empat pagi
baru kita tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan
kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kita lanjutkan untuk
wisata ke pantai sanur dan pantai kuta.

1 comment:

Unknown said...

:D
ak pgn tau nih..gimana kita tau kalo cwe itu jga ska sma sesama jenis gitu?
tolong dijawab yah.. thx