Sunday, May 6, 2007

GURU BK

Cerita ini berawal ketika aku memasuki bulan kedua
kelas II di sebuah SLTP N di daerah Jateng. Sebut saja
aku Bujang, aku adik dua bersaudara lahir dari keturunan
Sumatera – Jawa. Dari keisengan ku sering memakai sepatu
warna putih (di SLTP ku sepatu harus warna hitam), aku
sempat mau berkelahi dengan Guru BK ku gara-gara sepatu
putihku hadiah ulang tahunku harus dicat warna hitam.

Kakakku adalah seorang preman di kotaku, jadi aku
sedikit banyak menjadi anak yang cenderung nakal. Suatu
hari aku datangi guru BK ku kerumahnya, sampai dirumah
ternyata guruku sedang tidak di rumah, dan hanya
istrinya yang berada di rumah. Aku katakan maksudku,
minta ganti rugi atas sepatu baruku. Dengan berlinang
air mata ternyata guruku sedang tertimpa musibah,
orangtuanya sakit dan harus dioperasi dengan biaya
banyak. Dia mau melakukan apa saja asal aku tidak minta
ganti. Aku cium pipinya beberapa kali dan aku tinggalkan
dia.

Dua tahun kemudian aku lulus dan melanjutkan sekolah ke
SMA di Jateng. Tak disangka istri guruku yang dulu
pernah aku cium, ternyata mengajar di SMA itu. Pada saat
pendaftaran aku langsung dipanggil masuk ke kantor, aku
tak tahu ada apa, aku hanya menurut saja.

“Masuk.. tidak usah sungkan-sungkan” katanya seraya
menyilahkan aku duduk.
“Makasih..” jawabku sekenanya.
“Nanti aku tunggu di rumah jam 3 sore, kamu boleh pergi”
katanya singkat.

Aku keluar ruangan dengan pikiran tak menentu, ada apa
sebenarnya. Aku jadi agak takut juga. Sampai dirumahnya,
aku hampir jam empat. Aku ketuk pintu dan dan saya
tunggu sambil duduk di teras rumah.

“Masuk.. tidak dikunci” jawabnya dari dalam, ternyata
dia sudah tahu yang datang aku.
“Kenapa terlambat, aku sudah hampir tak tahan nih !”,
jawabnya sambil menyilakan aku duduk di kursi tamunya.

Aku terkejut melihat apa yang aku hadapi, ternyata dia
tidak memakai pakaian bawahnya hanya memakai kaos tanpa
lengan dan sudah mulai memainkan “sesuatunya” dengan
vibrator/atau apa namanya aku kurang tahu. Sambil terus
memasukkan dan mengeluarkan alat itu sambil terus
mendesah-desah. Aku jadi bingung harus berbuat apa, baru
aku mau berbalik keluar tanganku sudah dipegangnya.

“Berani keluar, aku akan berteriak” ancamnya pelan namun
pasti.
“Mau ibu apa”, jawabku kaku, tak tahu harus bagaimana.
Baru sekali ini aku menghadapi seorang perempuan
setengah telanjang.

Belum sempat aku berpikir banyak, ditariknya tanganku
menuju kamarnya. Seluruh pakaiannya dia buka, dan dalam
keadaan telanjang bulat aku disuruhnya mempermainkan
“barangnya”. Dengan agak takut-takut aku pegang
miliknya, aku mainkan dengan jariku. “Ssss... ssss...
hhhh” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Tak puas
dengan tangaku, dia minta aku menjilatinya, aku tolak
tapi dia mengancam akan berteriak. Terpaksa dengan agak
sedikit perlahan aku dekatkan mukaku, terlihat “sesuatu
yang aneh” di usiaku yang ke 17 tahun lebih (aku
beberapa kali tidak naik kelas) aku baru sekali ini aku
melihat “mm” dari dekat (karena aku termasuk orang yang
acuh terhadap perempuan, aku lebih banyak mengkonsumsi
obat-obatan daripada perempuan), bau tidak wajar antara
enak dan tidak enak langsung tercium, aku sampai mau
muntah. Belum sempat mulutku sampai di “barangnya”
didorongnya kepalaku dengan dua tangannya, tak bisa
mengelak mulutku langsung beradu dengan memeknya.
“Ssss... Ssss.. hhhh.” Lagi-lagi yang terdengar hanya
desahnya.

“Ayo jilatin, kalau tidak awas kamu”, ancamnya lagi.
Aku hanya bisa menurutinya. Tidak puas dengan itu,
dengan disertai ancaman aku disuruhnya tidur terlentang,
dia bangkit, dan tahu-tahu duduk dimukaku. Dia
gesek-gesekkan memeknya dimukaku dan dimulutku. Sampai
beberapa lama sampai aku sulit untuk bernafas, tak
sampai lima menit dia sudah mengerang tanda selesai,
wajahku jadi basah semua, dan dengan bau yang tidak
enak. Dia bangun aku langsung bangun, duduk dipinggir
tempat tidur dan langsung muntah-muntah. Keluar semua
isi diperutku, termasuk minuman yang aku minum tadi.
“Maaf, aku kurang kontrol tadi” katanya sambil
memijit-mijit belakang leherku.
“Sudahlah.. aku mau ke kamar mandi dulu cuci muka”,
kataku pelan sambil meninggalkannya duduk sendiri di
tempat tidur. Baru sekali ini aku muntah-muntah
merasakan sesuatu yang tidak enak dan asing.

Keluar dari kamar mandi, aku sudah disambutnya dengan
tawanya. Manis juga pikirku, tapi ini calon guruku.
Belum sempat aku berpikir jauh dia sudah memegang
celanaku.
“Sudah siap..” katanya.
“Siap apa..”, kataku pelan.
“Masak tidak pernah, atau mungkin pernah menonton”
katanya lagi, sambil membuka semua pakaianku.
Aku jadi malu, dan mau lari saja rasanya. Tapi dia terus
main ancam.

Tak berapa lama aku sudah dalam keadaan telanjang bulat,
dan dengan sigap dia sudah memegang senjataku dan siap
dimasukkan dimulutnya. Dia jilat, dikulum sampai aku
hanya bisa mendesah. Pelan-pelan senjataku bangkit. Baru
aku tahu rasanya enak, pantas dia juga tadi minta
digitukan.
“Sssss ahhhh sssss ahhhhhh” hanya itu yang bisa keluar
dari mulutku, sambil tanganku memegang kepalanya, agar
tidak dilepaskan isapannya. Kurang dari tiga menit
terasa ada yang mau keluar dari mulutku,
ssssss..ahhhhhhh, dan cret... cret..., beberapa kali
airku keluar di mulutnya.
“Baru kali ini ya, kok sebentar sudah keluar, belum
digoyang”, candanya tanpa malu-malu. “Biasa untuk
pertama kali, tapi nanti akan kuat juga lama kelamaan”,
terangnya sambil memelukku.
“Yya..” aku hanya bisa mengangguk pelan.

Dituntunnya aku ke kamar mandi, dibersihkannya
senjataku, perlahan-lahan dengan teliti. Terus kami
ngobrol di kamarnya masih dalam keadaan telanjang bulat,
tapi tubuh kami dibalut selimut. Tak terasa kami
ketiduran, dan bangun sudah malam sekitar jam setengah
sembilan. Belum sempat aku bangkit duduk, dia sudah
mendekapku. Diciumnya bibirku, dimasukkannya lidahnya di
mulutku, aku hanya bisa membalas walaupun agak sedikit
canggung. Lama kami saling berciuman.

“Ayo hisap lagi ya...” katanya manja setelah menjauhkan
bibirnya dari bibirku.
Aku langsung menjilati memeknya, ada rasa aneh dan enak
yang tak bisa dilukiskan. Ternyata setelah aku
terangsang, pikiran kotor, bau, jijik, dan lainnya tidak
terasa. Aku hanya senang saja melakukannya. Esssssss..
ahhhhhh aaaaahhhh, hanya itu yang terdengar.
“Gantian...”, kataku pelan setelah agak lama aku
mencumbu memeknya.
Tanpa diminta lagi dia sudah memegang senjataku dan
mengulumnya dengan buas. Saya pegang kepalanya, aku
dorong senjataku sedalam-dalamnya masuk dimulutnya. Dia
terbatuk-batuk sambil berbisik “kamu mau membalas saya
ya...”. Aku hanya tersenyum.
“Ayo masukkan sayang ...” katanya manja.
“Sssssss ahhhhh, sudah tidak kuat nih” pintanya lagi
setelah aku gantian lagi mencumbu memeknya

Aku masukkan senjataku kedalam lobang memeknya. Enak
juga ya, kok aku dari dulu tidak pernah tahu. Kugoyang
Senjataku maju mundur sesuai permintaannya. Baru
beberapa kali goyangan sudah ada yang mau keluar dari
Senjataku”. Crrrrrrret... creeeeeeet, aku keluarkan
airku di dalam memeknya. Setelah beristirahat, saya
goyang atau dia goyang saya malam itu beberapa kali
sampai pagi, sampai lama-kelamaan aku bisa bertahan agak
lama, dan dia mulai senang dengan permainanku.

Aku diterima di SMA itu tanpa ada masalah, walaupun
nilaiku sedikit. Aku diterima dan diakukan sebagai anak
kakanya. Dan itu pula sebabnya tidak ada yang curiga aku
terlihat sering ngobrol dengan dia. Dan kebetulan dia
sambil menjadi pembina pramuka. Kami jadi bebas, tidak
ada yang curiga aku keluar malam dari tenda waktu kemah,
ngobrol sambil dilanjutkan dengan adegan ML. Seperti
malam itu...

“Ayo sayang ..., lagi pengen nih” katanya padaku.
“Aku juga” jawabku sekenanya.

Aku keluar berjalan menuju sungai yang agak sedikit jauh
dari tenda kami, diikuti guruku dibelakangku.
Sampai di sungai aku dudukan ibu guruku di semak-semak,
sebelumnya aku sudah mencari alas dari daun pisang
ditepi sungai. Aku mulai memainkan tanganku dibali
seragam pramukanya. Aku remas-remas gunungnya, aku
gelitik puncak gunungnya secara terus menerus, sambil
terus mulut kami saling beradu, bertukar air lir dan
saling berpangutan memainkan lidah kami masing-masing.

Tak puas dengan itu, saya buka seragam pramukanya,
terlihat gunungnya yang begitu indahnya. Walaupun aku
sudah seringkali mengulum, mencium dan mempermainkan
lidahku di atas gundukan daging kenyalnya, tapi aku
tidak pernah merasakan bosan. Aku gigit-gigit ujung
daging kenyalnya, dia hanya bisa mendesah ssssssss...
ahhhhhh aaahhhh.. seperti yang biasa dia bisikan.

Aku selipkan tanganku dibawah CD nya yang ternyata dia
sudah mulai basah, aku mainka tanganku disana. Aku
pegang, aku usapkan seluruh telapak tanganku diatas
memeknya sampai ujung jari menyentuh lubang belakangnya.
Aku masukkan jari tengahku kedalam lubang memeknya. Dan
dia hanya bisa mendesis, mendesah seperti ular yang
sedang mencari mangsa. Aku yang tadinya merasa agak
kedinginan, karena kebetulan kami kemah di atas sebuah
bukit mulai agak merasakan panas ditubuhku.

“Tolong lepaskan pakaianku sayang ..”, pintaku sedikit
manja sambil terus menerus memainkan tiga jari tengah ku
di lubang kewanitaannya, dan dua jariku yang lainnya
untuk menahan dan membuka daerah terlarangnya.
“Ssssssssss aaahhhhhhhh aaaahhh ah...”, jawahnya mulai
tak karuan. Tangannya mulai melepaskan satu persatu
pakaianku, hanya tertinggal CD nya saja. Dimasukkannya
tangannya kedalam CD ku, dia remas-remas bolaku seperti
biasa yang ia sukai.

Dia pegang senjataku dengan tangannya, sementara dia
sudah mulai menarik kebawah CD ku dengan tangan yang
lainnya. Aku bangkit aku bersandar pada sebuah pohon,
aku tarik kepalanya menuju senjataku. Tanda diminta dia
sudah biasa langsung bisa mengulum, menjilat-jilat
batang senjataku. Hampir setengah jam aku dibuai oleh
kenikmatan mulutnya di senjataku, aku tekan kepalanya
terus setiap dia hendak melepaskan kulumannya.

“Sayang ... aku sudah tidak kuat nih.. ahhhhhhhh”,
rintihnya pelan.
“Gantian dong...”, pintanya lagi.

Setelah dia berhasil melepaskan kulumannya setelah aku
menumpahkan beberaa tetes air ku dimulutnya, karena aku
sudah tak tahan.Saya lepaskan CD guru ku yang sudah
sangat basah itu, aku mulai memainkan kedua tangaku di
daerah terlarangnya. Aku buka dengan tanganku, dan saku
masukkan tanganku yang satunya lagi dengan
perlahan-lahan, maju mundur, maju mundur dengan teratur.

“Ssssssss ahhhh...” hanya itu yang terdengar diantara
sayup-sayup suara angin berdesir.
“Enak sayang ..., ayo jilati dong”.
“Ayo sayang ... jilati aku dong”, pintanya lagi, setelah
sekian lama di meminta tapi aku masing memainkan
tanganku di memeknya.

Aku dekatkan wajahku ke memeknya dan mulai aku jilati
sedikit demi sedikit. Mulai dari atas, diatas bulu-bulu
lembutnya, ke bawah sampai aku merasakan lidahku
menjilati sesuatu yang hangat, kenyal dan sedikit basah.
Aku mainkan lidahku didalam memeknya, dia pegang
kepalaku, dia tekan, sampai mukaku menyentuh semua
permukaan kulit kemaluannya. Aku mainkan lidah ku teru,
terus, dan terus sampai aku terdengar suara erangan yang
panjang si keheningan malam.

“Aaaahhhhh, aaaaaahhhh, ahhh !.
Aku bersihkan diriku, aku pakai kembali pakaianku dan
pakaiannya sudah dipakai pula. Aku berjalan bergandengan
menuju kemahkami, sambil sekali-sekali bibir kami saling
bertemu, dan tersenyum puas. Sebelum sampai di
perkemahan...
“Ayo sayang, dimasukkan di sini...”, tiba-tiba senjataku
yang masih lemas dipegangnya, aku jadi terbangun.

Dan senjataku mulai bangkit. Aku balas pegang kedua
gunung kembarnya, aku selipkan tanganku dari balik
bajunya.
Beberapa lama kami saling meraba, sampai akhirnya aku
singkapkan roknya keatas, dan aku lepaskan CD nya
kebawah. Dengan tangan berpegangan di pohon, aku goyang
guruku dari belakang tanpa melepaskan celanaku. Aku
goyang terus lama sekali.

“Ganti aahhhhh, aku sudah pegal nih!, katanya.
“Yaaahhh “, jawabku pendek, sambil melepaskan senjataku
dari lubang memeknya.

Aku duduk di bawah pohon, aku turunkan sedikit celanaku.
Dia aku suruh duduk di atas pangkuanku. Aku masukkan
senjataku ke dalam lubang hangatnya. Dia bergerak naik
turun seirama nafasnya yang sudah tidak teratur lagi.
Sampai akhirnya...

“Aku hampir keluar ...ahhhhhhhhh”, desahnya.
“Tahan dulu, aku pingin yang lebih lama lagi...”
jawabku.
“Aku tak tahan ... aaaaahhhhhh”, balasnya lagi.
“Aaaaahhhhhhhh, cretttttt, aahhhhhh, creeett” desah kami
berdua.

Aku cium bibirnya, dengan lembut dan agak lama. Kami
saling tersenyum puas. Aku bali ke tendaku dan langsung
ganti celana, kulihat teman-temanku sudah pada tidur
semua. Aku lihat jam, astaga sudah jam 2 lebih padahal
barusan kami berdua berangkat kesungai jam 9 malam.
Berarti lama benar saya bermain di luar.

Perbuatanku aku lakukan sampai aku lulus dari SMA itu
tanpa ada seorangpun yang tahu. Sampai akhirnya aku
lulus dan sebagai tanda perpisahan kami, aku diajak dia
pergi keluar kota selama tiga hari. Dan aku lewatkan
waktu itu dengan terus memuaskan diri kami
masing-masing.

Setelah sekian lama berpisah, lima tahun sudah aku tidak
bertemu. Kami kebetulan bertemu di sebuah restoran.
Sambil menangis dia peluk aku, aku cium keningnya,
terlihat orang-orang disekelilingku heran memandang
perbuatan kami berdua, karena terlihat seperti sepasang
kekasih tetapi dilihat wajah kami jauh berbeda (karena
perbedaan usia).

Dia cerita bahwa suami dan dua anak nya meninggal karena
kecelakaan, beberapa tahun setelah aku lulus sekolah.
Dan suaminya sempat minta maaf dan berpesan bahwa dia
juga sudah memaafkan perbuatanku dan dia, sebetulnya
suaminya tahu tapi dia diam saja tidak pernah mengusik
kami berdua. Dan baru saat itu pula, aku tahu bahwa
suaminya suka melakukan ML dengan kasar dan sering
sambil memukulnya. Dan dia memilikiku sebagai
pelampiasan nafsunya tanpa ada rasa sakit di badannya.

Sejak saat itu aku dan dia tinggal satu rumah dengan
istriku, tanpa istriku tahu keadaan yang sebenarnya.
Istriku adalah teman sekelasku dulu, jadi dia pikir dia
adalah tanteku. Kami hidup bahagia tanpa harus mengulang
perbuatan kami dulu yang sering ML.

Maaf aku tidak menyebutkan nama karena ini memang kisah
nyata, aku tak ingin ada yang tahu biar ini jadi
kenangan aku dan tante/guruku. Dan mohon maaf bila aku
tidak bisa bercerita dengan bagus, aku hanya ingin
melepaskan sedikit bebanku. Terima kasih. Dan mohon
saran agar aku bisa terbebas dari rasa bersalahku. Kirim
saja saranmu ke emailku.

No comments: