Sunday, May 6, 2007

BIRAHI GURU

Rina adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30
tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore
di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua
murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget
melihat tubuh polosnya.

Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu
muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto
harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas.
Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia
sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri,
karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.

Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan
suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak
itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu 'pelajaran'
tambahan di Minggu siang ini.
"Sudah selesai Anto?", Rina masuk kembali ke ruang tamu
setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk
mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
"Hampir bu"
"Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal
ke belakang.."
"Iya.."
"Bu Rina, Saya sudah selesai", Anto masuk ke ruang
tengah sambil membawapekerjaannya.
"Ibu dimana?"
"Ada di kamar.., Anto sebentar ya", Rina berusaha
membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk
merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu
bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting
susunya yang menyembul.

Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot,
melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya
tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di
muka murid-muridnya.
"Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa.."
Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat
pandangannya terarah ke buah dadanya.
"Bagus bagus..., Kamu bisa gitu kok pakai menyontek
segala..?"
"Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar.."
"oo..., begitu to?"
"Anto kamu mau menolong saya?", Rina merapatkan duduknya
di karpet ke tubuh muridnya.
"Apa Ibu?", tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya
itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu
mengusap-uasap daerah 'vital' nya.
"Tolong Ibu ya..., dan janji jangan bocorkan pada
siapa--siapa".
"Tapi tapi..., Saya".
"Kenapa?, oo..., kamu masih perawan ya?".
Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan
Rina"Iya"
"Nggak apa-apa", Ibu bimbing ya.

Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya
kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena
haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika
tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa
merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina
menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian
saling berpagutan bagai ular.

Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya
yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan
ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang
untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya
ini.
"Lepaskan pakaiannmu Anto", Rina berkata sambil
merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai
bagai sutera ditindihi tubuhnya.
"Ahh cepat Anto", Rina mendesah tidak sabar.

Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks
hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
"Anto..., letakkan tanganmu di dada Ibu",
Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina
yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk
meremas-remas payudara Rina yang montok itu.
"Oohh..., enakk..., begitu caranya..., remas
pelan-pelan, rasakan putingnya menegang.." Dengan
semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan.
"Ibu..., Boleh saya hisap susu Ibu?".
Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang
berkata sambil menunduk, "Boleh..., lakukan apa yang
kamu suka".

Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan
mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah
rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
"Oohh..., jilat terus sayang..., ohh", Tangan Rina
mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.

Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya
tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi
yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia
sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.
"mm..., nakal kamu", Rina tersenyum merasakan tingkah
muridnya itu.
"Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu".
Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka
lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada
dinding di belakangnya.
"Coba kamu rasakan", ia membimbing telunjuk Anto
memasuki vaginanya.
"Hangat Bu.."
Bisa kamu rasakan ada semacam pentil...?"
"Iya.."
"Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka
cewek juga. Coba kamu gosok-gosok"Pelan-pelan jari Anto
mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
"Terus..., oohh..., ya..., gosok..., gosok", Rina
mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya
digosok-gosok oleh Anto.
"Kalo diginiin nikmat ya Bu?", Anto tersenyum sambil
terus menggosok-gosok jarinya.
"Oohh..., Antoo..., mm", tubuh Rini telah basah oleh
peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara
bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris
gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya
yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan
segera jebol.
"Ooaahh..., Anntoo", Tangan Rina mencengkeram pundak
muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot
kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat,
menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
"Hmm..., kamu lihai Anto..., Sekarang..., coba kamu
berbaring".
Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika
merasakan tangan lembut gurunya.
"Wah..., wahh.., besar sekali", tangan Rina segera
mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk
ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya itu
dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu
dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.
"Ahh..., enakk...,enakk", Anto tanpa sadar
menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan
penisnya makin ke dalam kuluman Rina. Gerakannya makin
cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina.
"oohh Ibu..., Ibbuu"
Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang
segera menjilati cairan itu hingga tuntas.
"Hmm..., manis rasanya Anto", Rina masih tetap menjilati
penis muridnya yang masih tegak.
"Sebentar ya aku mau minum dulu".

Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil
menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan
seseorang mendekapnya dari belakang.
"Anto..., biar Ibu minum dulu".
"Tidak..., nikmati saja ini", Anto yang masih tegang
berat mendorong Rina ke kulkas.
Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah.
Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu
kulkas.
"Ibu..., sekarang!"
"Ahhkk", Rina berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya
dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam
hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya
pasif berubah menjadi liar.
"Antoo..., enakk..., ohh..., ohh". Tubuh Rina bagai
tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya.
Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain
meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat
liang vaginanya.
"Ibu menikmati ini khan", bisik Anto di telinganya
"Ahh..., hh", Rina hanya merintih, setiap merasakan
sodokan keras dari belakang.
"Jawab..., Ibu", dengan keras Anto mengulangi
sodokannya.
"Ahh...,iyaa"
"Anto..., Anto jangann..., di dal.. La" belum sempat ia
meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan
hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang
basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
"Uuhgghh", penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas
lagi ke dalam liang Rina."Ahh".

Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang
baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering bertemu
dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun
yang mengganjal hati Rina adalah jika Anto kemudian
membocorkan hal ini ke teman-temannya.

Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah
bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang
duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah
dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat
onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak
enak melihat situasi ini.
"Bu Rina salam dari Anto", Reza melemparkan senyum
sambil duduk di sepeda motornya.
"Terima kasih, boleh saya masuk", Ia harus berkata
begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu
mobilnya.
"Boleh..., boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan
seperti Anto."
Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih
berfungsi normal, meskupun sempat kaget.
"Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..",
sambil duduk di balik kemudi.
"Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala
guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran
Anto", Reza tersenyum penuh kemenangan.
"Apa hubungannya?", Keringat mulai menetes di dahi Rina.
"Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti
puas".

Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina langsung
menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat
mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga
ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.
Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di
ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan
diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia
mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka
"Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!", Rina agak jengkel
dengan muridnya ini.
"Boleh saya masuk?".
"Tidak!".
"Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?".
"!!"dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
"Enak ya rumahnya, Bu", dengan santainya ia duduk di
dekat TV. "Pantas aja Anto senang di sini".
"Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua",
dengan ketus Rina bertanya.
"Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami
berdua".
"Jadi artinya", Kali ini Rina benar-benar kehabisan
akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
"Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto,
mau?", Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan
Rina.
Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu.
Tubuhnya panas dingin.

Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu.
Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza
telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah
beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di
hadapannya.
"Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?".
Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu
gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan penisnya ke
mulut Rina.
"Mmpfpphh".
"Ahh yaa..., memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati
saja Bu..., nikmat kok"
Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati penis yang
besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai
permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan
semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.
"Aduhh..., nikmat sekali Bu oohh", Reza
menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rina,
sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya
itu. Rina merasakan penis yang diisapnya
berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.
"oohh..., Ibu enakk..., enakk..., aahh".
Cairan mani Reza muncrat di mulut Rina, yang segera
menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga
bersih. Kemudian ia berdiri.
"Sudahh..., sudah selesai kamu bisa pulang", Namun Rina
tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani
Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya
jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.
"Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya
perlihatkan permainan yang sebenarnya."
"Apa! beraninya kamu memerintah!", Namun dalam hatinya
ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke
kamarnya, Reza mengikuti saja.


Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri membelakangi
muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh,
dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun
segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak
melepaskan kancing dasternya.
"Sini saya teruskan", ia mendengar Reza berbisik ke
telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya
yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah
dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba
payudaranya. Rina juga merasakan penis pemuda itu
diantara belahan pantatnya.
"Gilaa..., besar amat", pikirnya. Tak lama kemudian
iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan
di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu
meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting
susu Rina, erangan kenikmatan pun keluar.
"mm oohh".
Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu
tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke
vagina Rina.
"Reza..., aahh..., aahh", Tubuh Rina menegang saat
pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.
"Enak Bu?", Reza kembali berbisik di telinga gurunya
yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak
lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza
dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba
Reza mendorong tubuh Rina agar membungkuk. Kakinya di
lebarkan.
"Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu"
"Ahhkk..., hmm..., hmmpp", Rina menjerit, saat Reza
dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya
dari belakang."
"Ugghh..., innii..., innii", Reza medengus penuh gairah
dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rina. Rinapun
berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang
sempit itu dilebarkan secara cepat.
"Adduuhh..., teruss.., teruss Rezaa..., oohh", Kepala
ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan
Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Rina, seolah-olah
mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja
menelan penisnya.
"Oohh Rina..., Rinnaa".
Rina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam
vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati
perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya
yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang
indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu
vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya
sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi
tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian
duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Rina,
kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.
"mm capek..., mm", bibir Rina mendesah saat pentilnya
dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan
terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.
Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan
kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.
"Rezz aahh", Tubuh Rina bergetar,
menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan
tangannya.
"Bu..., balik..., Reza pengin nih"
"Nakal kamu ahh", dengan tersenyum nakal, Rina bangkit
dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat
tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza.
Reza meraih payudara Rina dari belakang dan
mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya
yang sudah tegang
"Adduuhh..., owwmm", Rina mengaduh kemudian menggigit
bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin
melebar karena desakan penis Reza.
"Bu Rina nikmat lho vagina Ibu..., ketat", Reza memuji
sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"mm..., aahh..., ahh..., ahhkk", Rina tidak bisa
bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih
seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk
mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga
dari remasan muridnya itu.
"Ayoo..., aahh.., ahh... Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr
lagi...". Gerakan Rina makin cepat menerima sodokan
Reza.

Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina, diangkatnya
gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi "doggy style",
melainkan kini Rina menduduki penisnya dengan
membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat
tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang
mengering.
"Ooww..", Teriakan Rina terdengar keras saat ia tidak
bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram
tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan
yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza
sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rina
yang makin becek.
"Ayoo..., makin dalam dalamm".
"Ahh.., aahh..., aahh..", Rezapun mulai
berteriak-teriak.
"Mau kelluuaarr"
Rina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza
menyemprot dalam liang vaginanya. Rina kemudian ambruk
menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara
diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil
kenikmatan mereka.
"Bu Rina..., sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada
disini sekarang".
"mm memangnya kamu mau apa", Rina kemudian merebahkan
dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting
Reza.
"Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat.."
Rina tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara
perasaannya dipenuhi kebingungan.

Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan
demikian Rina harus berpisah dengan kedua murid yang
disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke
kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya
ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk
memberitahukan perihal kepindahannya.
Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul.
Ia langsung dipersilakan duduk.
"Bu, Anto kangen lho".
"Iya deh..., nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota
B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi..., jadi...,
Ibu ingin malam ini malam terakhir kita", mata Rina
berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
"…………..", Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar
berita itu. Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih
lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari
gurunya itu.
"Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?".
Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,
"Iya..., boleh..., boleh".
"Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah
nonton VCD di kamar yaa", Rina mengerling nakal ke
muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti
pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH,
menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD
'Kamasutra-nya Penthouse". Lalu ia tengkurap di tempat
tidur sambil menonton TV.

Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan
membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai
rencana yang telah disusun rapi.
Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu
dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan
dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas
terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya
bagai gadis iklan shampo Pantene.
"Ganti pakaian itu Nto..", Rina menunjuk celana pendek
dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat
melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT
Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping
Rina.
"Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info
posisi-posisi ngesex".
"Belum tuh...", Mata Anto tertuju pada posisi dimana si
wanita berdiri memegang pohon sementara si pria
memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas
payudara partnernya.
"mm..., itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD
itu bisa kamu ambil".
"Thanx..", Anto kemudian mengecup pipi gurunya.

Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi
semakin panas. Rina kini tengkurap dengan tidak lagi
mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto
kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut
Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah
kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina,
dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.
"aahh..."
Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Rina
agar duduk di pangkuannya.
"Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini...", Bisik Anto
di telinga Rina. Rina yang telah duduk di pangkuan Anto
pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas
payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat
puting susunya mendapat remasan.
"Akhh...", Rina memejamkan matanya.
"Anto..., jilatin vagina ibu..."

Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya
itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai
menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang
telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.
"oohh..., teruss..., teruuss...", Rina bergetar
merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan
Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan
ganda.
"Jilatin..., pentil itu..., oohohh", Bagai dikomando
Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh
semangat.
"Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh….."
"Anto..., massuukk".

Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan
cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek.
"mm...", Rina menggigit bibirnya. Meskipun lubang
vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap
saja agak kesulitan menerobos masuk.
"Uuhh..., masih susah juga ya Bu...", Anto sambil
meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan
penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat
halus saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting
Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak.
"Uhh..., nakal, Ini balasannya!", sodokan Anto makin
keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.
"aa...".

Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut,
tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu,
senjatanya telah tegak berdiri.
"mm..., hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya
bergabung?", Reza kemudian berjalan mendekati mereka.
Rina yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap
menjaga penisnya di dalam vagina rina.
"Nikmati saja..."
Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada tepat
di mukanya.
"Isap... Ayoo", sambil memasukkan penisnya. Saat itu
pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak,
saat itu pula penis Reza masuk.
"Ahh..., nikmat..", Rina merem-melek menghisap-hisap
penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap
vaginanya.
"uufff..., jilatin..., jilatt", tangan Reza memegangi
kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.

Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar
duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang
vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap
mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rina.
Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina,
"Berdiri menghadap tembok Bu!"
Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto
keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di
mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok
menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.
"mm..., Nto..., liat tuh punya kamu..", seru Reza sambil
tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina.
Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rina.
"Nih Bu rasakan punya Reza juga ya".

Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap
gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang
Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk
dengan cepat. Saat Rina merintih-rintih menikmati
permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi.
Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik
sekali.
Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak
lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan
rasakan.
"ooww...", Tubuh Rina yang disangga Reza menegang,
kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai
di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian
mendekati mereka dan menyusup diantara Rina dan tembok.
Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan penisnya
menggantikan posisi milik Reza.
"Anto...", Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto masuk
dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.
"Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg…………."
"aa.. Aa... Aa".
"oohhkk..., kk..., kk..", Rina berteriak keras sekali,
saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya.
penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke
vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang
berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua
kali.

Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga insan
yang akan berpisah itu. Malam yang tidak bisa mereka
lupakan untuk selamanya.