Monday, April 30, 2007

SKANDAL SOPIR PRIBADI

Siang itu...

Vivi baru aja pulang dari sekolah. Dia lagi sebal, karena tidak seorangpun
yang menjemputnya. Padahal biasanya dia selalu ada yang menjemput, khususnya
supir keluarganya. Sudah ditelpon berkali-kali, mulai dari HP maminya, HP
supirnya, telepon rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat. Akhirnya dia
putuskan untuk pulang naik taksi.

Sesampainya di rumah, Vivi segera masuk kedalam dan mencari supir
keluarganya. Hendak didamprat. Hehehe...Biasa. Putri tunggal selalu
judes dan manja. Dia melihat mobil yang biasa dibawa sang supir
terparkir didalam garasi. Hal itu membuat dia semakin kesal.
Dia berpikir sang supir pasti ketiduran.

Dengan emosi dia segera menuju kekamar belakang tempat supirnya
biasa beristirahat. Namun dia tidak menemukan siapapun disana.
Bahkan, pembantu-pembantunya yang lain juga kok pada "menghilang".
Setelah mencari kesana kemari tanpa hasil, Vivi akhirnya sedikit
reda emosinya. Dia lalu naik ke atas dan menuju kekamarnya.
Setelah mengganti baju seragamnya dengan pakaian yang lebih nyaman,
dia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Selama beberapa waktu, diatas ranjang Vivi cuman bisa balik kiri,
balik kanan. uh...nampaknya dia tidak bisa tertidur. Biar udara
dikamarnya cukup sejuk, ada sesuatu yang menghalanginya tertidur.
Entah kenapa dia merasa ada yang mengganjal didalam hati.

Kemudian dia mendengar suara pintu kamar ortunya dibuka. "Wah, mami dirumah
to...", demikian pikirnya. Dia lalu meloncat turun dari ranjang dan keluar
dari kamar. Vivi hendak "mengajukan" keluhan karena tidak seorangpun yang
menjemputnya dari sekolah.

Begitu dia keluar kamar, wah...dia cuman melihat sang supir keluar dari
kamar ortunya dan menuju ke tangga. Melihat ada Vivi disana, supir itu
nampak terkejut. Dengan cepat Vivi menanyakan, kenapa kok tadi dia
tidak dijemput.

Yudi, sang supir, sedikit gelagapan dengan pertanyaan itu. Intinya dia
minta maaf karena tidak bisa menjemput karena ada sedikit keperluan. Lalu
dia buru-buru pamit dan turun ke bawah. Vivi bahkan tidak sempat bertanya
untuk apa dia ada didalam kamar ortunya.

Curiga kalo Yudi mengambil sesuatu dari dalam kamar tersebut, Vivi segera
menuju kesana dan masuk kedalam. Wah, ternyata didalam ada maminya yang
sedang tertidur pulas. Vivi jadi berpikir macam2. Jangan-jangan ada sesuatu
antara maminya dengan Yudi. Dengan perasaan tegang, dia mengawasi isi
dari kamar tersebut.

Hatinya semakin gundah. Di lantai kamar nampak berserakan kaus dan rok yang
biasa dipakai maminya. Juga tergeletak sepotong bra hitam dan CD hitam. Duh.
Masa sih maminya selingkuh dengan Pak Yudi? Demikian pikirnya.

Tiba-tiba mata Vivi berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka, kalo maminya
sangat mungkin ada affair dengan Pak Yudi, supirnya sendiri. Bibirnya bergetar,
menahan tangis yang bisa meledak kapan saja.

Akhirnya, karena tidak kuat menahan perasaannya, dia segera berlari kedalam
kamarnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa hancur. Maminya,
yang selama ini selalu memberi nasehat tentang kesetiaan, tanggung-jawab dan
moral ternyata tak lebih dari seorang wanita yang selingkuh terhadap papinya.
Vivi merasa sangat kesal dan perasaannya remuk redam.

---

Sudah beberapa hari ini Vivi bersikap dingin kepada maminya. Jika diajak
bicara, Vivi cuman jawab seadanya, itupun dengan nada datar. Tentu sang
ibunda merasa sedih, apalagi dia tidak mengetahui alasan yang sebenarnya.

Minggu demi minggu pun berlalu. Namun rasa kesal dan dendam dihati Vivi
masih belum juga hilang. Dia lalu bertekat ingin memergoki secara langsung
saat maminya berselingkuh dengan Pak Yudi.

Akhirnya datang juga saatnya. Waktu itu, sekitar bulan November beberapa
tahun yang lalu. Sepulang dari sekolah, dia lalu mengendap-endap naik
kelantai atas dan berjalan menuju ke kamar ortunya. Jantung berdegub
semakin kencang, mendengar suara rintihan maminya dari dalam kamar.
Vivi lalu menempelkan kupingnya ke pintu kamar. Selain suara maminya,
dia juga mendengar desahan penuh nafsu dari seorang lelaki. Ya, dia
mengenali suara itu. Itu suara Pak Yudi !

GUBRAK !

Vivi membuka pintu kamar ortunya dengan keras sampai membentuk tembok
kamar bagian dalam. Dia lalu menatap tajam kearah ranjang dengan penuh
emosi.

Duh, katanya jantungnya serasa ingin copot, berdegub terlalu keras.

Dia melihat maminya sedang terlentang tanpa busana diranjang. Supirnya,
Pak Yudi sedang asyik menyetubuhinya dari atas. Mereka masih dalam posisi
berpelukan dan berciuman bibir saat Vivi tiba-tiba menyeruak masuk.

Ibunda Vivi tentu sangat kaget namun tidak bisa berbuat apa-apa. Semua
sudah terlambat. Namun Pak Yudi masih terlihat tenang, serasa tidak
terjadi apa-apa. Dia masih asyik menggoyang tubuh maminya Vivi dengan
santai, seakan memang sengaja ingin menunjukkan hal itu.

Saya tidak tahu persis apa yang terjadi dengan maminya Silvi+Pak Yudi
(karena tidak ada ceritanya). Yang pasti, setelah melihat itu,
Vivi segera kembali kedalam kamar, menangis dengan keras.

Besok paginya, saat Vivi bangun, diamelihat maminya sudah berdiri ditepi
ranjang, membelai kepalanya dengan lembut. Dengan perasaan muak, dia
membuang muka dan segera turun dari ranjang. Sambil menangis, maminya
ingin mengajaknya berbicara namun Vivi tidak menghiraukannya. Didalam
hatinya sudah tidak ada lagi yang namanya respek/hormat. Yang ada
hanyalah perasaan kesal, kecewa dan dendam.

---

"Pak Yudi, kenapa kamu affair sama mami?", tanya Vivi ketus. Saat itu,
mereka sedang didalam mobil, sepulangnya Vivi dari sekolah. Awalnya,
Pak Yudi tidak menanggapi pertanyaan anak majikannya itu. Namun,
karena terus didesak dengan nada yang ketus, akhirnya Pak Yudi
menjawab juga.

"Lha, mami kamu yang mau kok.", ujarnya enteng.
"Bohong ! Ga mungkin mami mau sama orang kayak kamu!", sahut Vivi ketus.
Pak Yudi terkekeh.

"Terserah nik. Mau percaya ya udah, ga percaya ya udah. Tapi lah wong
begitu kenyataannya.", ujar Yudi.
"Coba kamu pikir lah nik. Mana berani saya menggoda mami kamu kalo dia
nggak kasih tanda dulu."

"Maksudmu?", tanya Vivi lagi, masih dengan nada ketus.
"Ya mami kamu yang mau sama saya. Saya cuman melayani kemauan ibu saja.
Soalnya mami kamu kan ada kebutuhan, sedang bapak ngga bisa kasih.",
ujar Yudi.

"Awalnya mami kamu bilang cuman mau 'pegang2' saja. ya saya sih nurut aja
sama mami kamu. Ga tahunya kita maen beneran. Eh, Trus mami kamu
ketagihan ama saya.", ujarnya lagi, sambil tertawa ringan. "Mungkin saya
ini menarik dimata mamimu."

Yudi memang cukup ganteng. Usianya masih muda, sekitar 23 tahun.
Badannya cukup tegap dan berkulit gelap, mungkin karena dulu dia
pernah sebagai pekerja kasar seperti kuli bangunan / kuli angkut
barang di pasar induk (berjemur).

Vivi terdiam. Papinya memang jarang pulang dirumah. Suara bising
lalu-lintas samar-samar masih terdengar. Tak lama kemudian, mereka
sampai dirumah. Vivi segera masuk kedalam rumah, sedang Yudi membuka
bagasi mobil dan mengambil barang-barang bawaan Vivi dari sekolah
tadi. Cukup banyak barangnya, soalnya semuanya itu adalah untuk
keperluan bazaar di sekolah.

Setelah meletakkan tumpukan barang-barang tersebut digarasi,
Yudi menunggu Vivi diruang tamu bawah, menunggu kepastian mau disimpan
dimana peralatan masak tersebut. Setelah ditunggu selama beberapa
menit, nampaknya tidak ada tanda-tanda Vivi turun dari atas.
Tak sabar menunggu, dia lalu beranjak dari kursi dan naik keatas
menuju ke kamarnya Vivi.

Setelah pamit dan masuk kedalam kamar, Yudi melihat Vivi sedang duduk
termenung ditepi ranjang. Dia masih memakai seragam sekolahnya. Kondisi
mental Vivi saat itu sedang hancur. Dia tidak tahu lagi tentang panutan
hidup.

Yudi lalu ikutan duduk disampingnya. Entah kenapa tiba-tiba ada
keinginan dari dirinya untuk menikmati Vivi juga. Dia lalu
mengajak Vivi bercakap-cakap.

Perlahan tapi pasti, Yudi merasa "pertahahan" Vivi semakin mengendor.
Dia sudah bisa bercanda, walau masih dalam takaran yang minim.

Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, yang pasti kemudian Yudi sudah
berhasil menciumi Vivi. Tangannya pun bergerilya, meremasi payudara
gadis cantik ini.

Yudi lalu pelan-pelan membuka kancing kemeja seragam sekolah Vivi.
Tak ada reaksi penolakan. Yudi semakin bersemangat. Setelah berhasil
melepas kemejanya, dia lalu memeluk Vivi dan menciuminya dengan penuh
nafsu. Vivi cuman diam saja sambil memejamkan mata, membiarkan
tubuhnya dijamah oleh supirnya ini.

Tak puas sampai disini, Yudi lalu melepas bra putih yang dipakai oleh
Vivi. Setelah itu, dia segera menyedot puting payudara Vivi dengan
penuh nafsu. Bagi Vivi, ini adalah pertama kalinya seorang lelaki
menyentuh tubuhnya. Dia belum pernah pacaran.

Beberapa menit kemudian, yang bisa diceritakan adalah Vivi sudah dalam
keadaan bugil. Yudi juga demikian. Segera direbahkannya Vivi keranjang
dan Yudi pun mulai mempraktekkan keahliannya. Dijilat dan disedotnya
vagina Vivi yang masih perawan itu dengan penuh gairah. Vivi cuman
mengerang kecil, menahan rasa nikmat untuk pertama kalinya.

Setelah Yudi merasakan vagina Vivi sudah siap, dia lalu melepas celana
dalamnya dan menyembulah senjata andalannya. Ukurannya yang cukup besar
membuat vivi terbelalak.

"Tenang saja. Mami kamu menyukai anuku ini lho. Aku jamin kamu juga
bakal suka.", ujar yudi enteng, menyeringai.

Dia lalu menggesek-gesekkan penisnya yang kokoh itu pas dibelahan
vagina Vivi yang semakin basah. Vivi melenguh. Dia baru pertama kali
ini melihat penis seorang lelaki dan lagi penis tersebut sekarang sedang
digesekkan ke alat vitalnya.

Karena sudah tidak sabar ingin menyetubuhi Vivi, Yudi lalu memposisikan
penisnya pas didepan lubang kenikmatan tersebut dan mendorongnya. Vivi
tersentar kedepan, dia merasakan sakit divaginanya. Yudi lalu mencoba
untuk menusuknya sekali lagi namun gagal.

"Kamu masih perawan ya nik?", tanya Yudi penuh harap. Vivi mengangguk
dengan lemah. Kita bisa melihat sebuah senyum penuh kemenangan merias
wajah Yudi. "Sip nik. Nanti sakit bentar aja kok, abis itu pasti minta
lagi. Hahaha", tawa Yudi.

Dia lalu dengan segera menusukkan penisnya kedalam vagina Vivi yang masih
sempit itu. Vivi berteriak kesakitan saat alat kelamin Yudi yang kokoh itu
mulai masuk dan membelah vaginanya. Erangan kesakitan Vivi malah menambah
nafsu supirnya itu. Lalu dengan sodokan penuh tenaga, Yudi memasukkan
seluruh penisnya kedalam vagina gadis amoy ini.

"Oh...", erangan penuh nikmat dari Yudi diiringi oleh teriakan kesakitan
oleh Vivi. Meleleh-lah air mata gadis cantik ini. Hatinya semakin kacau.
Dia tidak menyangka bisa berbuat sampai sejauh ini. Dia tidak menyangka
bahwa lelaki pertamanya, lelaki yang merenggut keperawanannya adalah
supirnya sendiri.

Yudi dengan ganas mengkocok penisnya didalam vagina Vivi. Dia merasa di
"surga" dunia, menyetubuhi seorang gadis cantik yang masih perawan.
Diciumnya bibir Vivi dengan penuh gairah. Vivi cuman diam sambil
mengerutkan dahi menahan sakit divaginanya.

Namun setelah beberapa waktu kemudian, perlahan-lahan Vivi merasakan ada
yang aneh. Rasa sakitnya berangsur-angsur menghilang dan dia merasakan
sebuah sensasi kenikmatan yang semakin lama semakin kuat. Yudi terus
menyetubuhi gadis ini dengan penuh gairah.

"Uh...kamu seksi sekali nik. Sama putihnya kayak mami kamu...uh...tapi
lebih enak.", ujar Yudi. Vivi cuman diam saja. Dia semakin menikmati
dirinya disetubuhi dengan kasar oleh supirnya ini.

Menit demi menit berlalu. Tiba-tiba Vivi merasakan ada denyutan yang
menggelora dari dalam tubuhnya. Dia tidak tahu apa itu, tetapi gelora itu
semakin lama semakin kuat. Erangan sensual semakin terdengar keras keluar
dari mulutnya. Yudi keliatannya mengerti. Dia semakin kerasa mengkocok
penisnya didalam vagina Vivi sambil kedua tangannya meremas dengan gemas
payudara Vivi yang putih itu.

"oh...oh...mas...ah...", erang Vivi, semakin intens. Akhirnya, dengan
sebuah sentakan kebelakang, vagina Vivi mencengkeram dengan keras penis
Yudi yang sedang berada didalam. Vivi memeluk Yudi dengan erat sambil
menyambut datangnya orgasme dia yang pertama.

Beberapa detik kemudian, gelora kenikmatan itupun menurun. Mata Vivi
masih terpejam, merasakan nikmatnya orgasm yang baru saja dia dapatkan.
Yudi tidak tinggal diam. Dia lalu mengkocok dengan keras penisnya didalam
vagina Vivi. Saking kerasnya, sampai payudara Vivi bergoyang kedepan dan
kebelakang mengikuti irama gerakan sang supir itu.

Tanpa menunggu terlalu lama, Yudi lalu mencabut penisnya dan mengkocoknya.
Dia lalu mengerang dengan penuh nikmat sambil menyemprotkan spermanya.
Selama beberapa detik dia menikmati sensasi seksual tersebut. Setelah
selesai, dia pun merebahkan dirinya keranjang. Nafasnya masih
tersengal-sengal. Vivi diam saja sambil menoleh ke samping, memandangi
supirnya.

---

"Enak kan non? Makanya mami kamu sampe ketagihan...", ujar yudi sambil
senyum. Vivi diam saja sambil membersihkan ceceran sperma disekujur
tubuhnya, diwarnai oleh merahnya darah yang keluar dari vaginanya.

Yudi lalu mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar, meninggalkan
Vivi sendiri didalam sambil menangis, menyesal atas apa yang sudah
terjadi.

Sejak saat itu, Yudi semakin betah bekerja di keluarnya Vivi. Dia dapat
dengan mudah mendapatkan seks gratis. Dari maminya Vivi, dia mendapat
uang sebagai balas jasanya. Sedangkan dengan Vivi, dia bisa mendapatkan
seks kapanpun dengan seorang gadis muda yang cantik.

Sampai suatu saat, Vivi akhirnya hamil. Rekan-rekan dapat membayangkan
betapa murkanya sang ayah dan ibunya. Sidang keluarga segera digelar dan
terbongkar bahwa Yudi adalah sang ayah dari bayi yang dikandung didalam
rahim Vivi.

Walau Yudi bersedia bertanggung-jawab, namun orang tua Vivi tidak bisa
menerimanya. Karena kesal tidak mendapat restu menikah dengan Vivi, Yudi
akhirnya membongkar juga skandal dengan sang ibunda.
Tambah nggak karuan deh.

Orang tua Vivi akhirnya bercerai. Karena sebenarnya pihak yang kaya adalah
dari maminya Silvi, ayah Vivi diberi pembagian harta gono-gini dan keluar
dari rumah. Yudi dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya.

Cerita paling santer yang saya dengar adalah Vivi dibawa ke luar negeri
untuk menggugurkan kandungannya. Setelah itu, dia melanjutkan studi SMA-nya
yang tertinggal di luar negeri juga.

Terakhir saya ketemu dengan Vivi beberapa hari yang lalu. Wajahnya nampak
segar. Tubuhnya sedikit gemuk, namun justru menambah keseksiannya. Hehehe...
Dia sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan asing di LN.

Dia berkata bahwa pengalaman buruknya adalah sebuah pelajaran. Dia berharap
tidak ada seorang gadis pun didunia ini yang melakukan kesalahan setotol
itu. Hm...baguslah. Let's hope !!

No comments: