Monday, April 30, 2007

GAIRAH GAY

Satu Malam Minggu dalam Hidup Seorang Lelaki Gay (dan Teman-teman Barunya) di
Jakarta
Ketika Aray datang, mereka tampak sedang bersiap untuk meninggalkan lokasi.
Tapi, ternyata tidak. Mereka hanya akan pindah ke Solaria. Sebagian ada yang
belum makan. Aray mengikuti mereka. Jodi, Idam, Kinu dan...oh, banyak muka baru
yang tak dia kenal. Aray sendiri memang belum lama kenal sama geng-nya Jodi,
lewat salah seorang temannya. Semalam mereka --Aray, Jodi, Idam, Kinu--
nongkrong di Ohlala Djakarta Theater sampai jam 4 pagi.

Aray tak bosan bertemu dengan mereka lagi malam ini, karena mereka semua
teman-teman baru yang menyenangkan. Tak rugi dia bela-belain jauh-jauh naik bis
sendirian dari Cileduk untuk bergabung dengan mereka.

Baru jam 8. Food court PIM 2 ramainya minta ampun. Banyak sekali brondong yang
modis dan lucu. Solaria juga penuh. Mbak-mbak pelayan menyarankan mereka untuk
naik ke lantai dua. Tapi, sama saja, penuh. Mereka kembali ke bawah, dan setelah
menunggu beberapa saat akhirnya mendapat tempat duduk juga. Setelah acara
pesan-pesan makanan dan minuman selesai, Jodi mulai mengenal-ngenalkan Aray sama
wajah-wajah baru yang ada di situ. Iwan, Ale, Toro. Juga Fidel dan Gogik.

Iwan teman sekampus Kinu. Ale dan Toro datang sama dia. Toro dari Bandung, dan
sama dengan Idam, dia artis yang sedang merintis karir. Maksudnya, sejauh ini
baru sebatas rajin ikut casting sana-sini dan kalaupun ada yang nyantol paling
banter dapat peran-peran kecil pada dua dari 30 episdose. Ale dari Bandung juga,
baru lulus SMU, tapi sekarang ngekos di Jakarta.

Fidel masih SMU dan Gogik terlihat sudah agak berumur. Mereka pasangan. Usai
makan mereka terbagi dalam dua kelompok obrolan. Aray sangat tertarik dengan
penampilan Fidel yang menurutnya sangat unik. "Lu kayak editor fashion majalah
gaya hidup deh!" komentar dia.

Fidel langsung menjerit histeris, dan Gogik tertawa-tawa sambil melihat ke arah
pasangannya. Lalu, ia menjelaskan bahwa Fidel memang bercita-cita jadi fashion
journalist dan sedang nyari-nyari informasi tentang kampus yang membuka jurusan
itu.

Aray jadi memperhatikan sosok Fidel lebih lekat. Kurus sekali. Mengenakan celana
bahan hitam dengan pipa sempit dan kaos putih berleher V yang dilapis dengan
kaos lengan panjang hitam berleher V pula tapi dengan potongan yang lebih
rendah. Kalung manik-manik kecil warna hitam menggelayut di lehernya.

Tiba-tiba, Iwan dan rombongannya pamit untuk pulang lebih dulu karena mereka
harus bersiap-siap untuk pergi ke Retro. Tak lupa, Iwan menawari, kalau ada yang
mau gabung, nanti langsung ketemu di sana. Ia bilang ia punya jatah guest list
banyak. Sebelum rombongan itu menghilang, perhatian Aray sempat tersita oleh
sosok Ale yang mengenakan kaos putih yang menggantung di perutnya, sehingga
tepian boxernya yang trendi kelihatan, dan dari balik boxer itu masih menyembul
tepian celana dalam bermotif seragam tentara.

Gila, keren banget! Aray merutuk dalam hati. Wajahnya yang putih dan bibirnya
yang merah membentuk komposisi yang di matanya begitu cantik, tapi penbawaannya
secara keseluruhan tetap terkesan manly, agak-agak punk. Benar-benar penampakan
yang menggoda. Sepeninggalan Iwan dkk, Fidel lansung melonjak kegirangan.
"Yeee...kita clubbing!" sambil menggerak-ngerakkan tubuhnya dengan centil.

"Emang lu diajak? Lu kan masih di bawah umur, belum punya KTP," goda Aray.
"Sembarangan!" balas yang digoda. Mereka masih duduk di Solaria sampai kira-kira
setengah jam kemudian sebelum akhirnya berjalan-jalan mengitari lantai demi
lantai PIM 2 yang masih ramai. Jodi menanyai anggota geng-nya, apa mereka yakin
akan bergabung dengan geng Iwan ke Retro. Semua mengiyakan dengan penuh
semangat, kecuali Kinu yang tampak ogah-ogahan karena mengaku sangat capek.
Lalu, mereka bergosip tentang "dua brondong yang dibawa Iwan tadi". Dan, Aray
baru tahu bahwa dirinya tak sendiri ketika mengangumi Ale. Toro memang tergolong
cakep juga, secara dia artis. Tapi, Ale lebih eksotik, tidak seperti Toro yang
standar dan cakepnya konvensional, sehingga agak membosankan.

Dan, Aray juga baru tahu bahwa Ale itu pacar Iwan! Ia langsung menjerit tak
rela. Iwan tampangnya kayak mas-mas dan Ale --dengan sedikit melebih-lebihkan-
mirip Junot. Tapi, kata Jodi, "Ya itu sih pengakuan Iwan, kita nggak tahu ya,
Iwan kan gitu, suka speak-speak doang."

Entah kenapa Aray jadi sedikit terhibur dengan kata-kata Jodi. Jam 10 mereka
bersiap meninggalkan PIM 2. Jodi menelpon Iwan untuk memastikan rencana ke
Retro. Iwan menyuruh mereka ke Sarinah saja, dan dia akan menjemput mereka di
sana. Mereka naik Kopaja 102 dari depan PIM 2 dan turun di depan Senayan City,
lalu menyeberang dan berjalan ke depan Ratu Plaza. Tiba-tiba Iwan menelpon,
memberi tahu bahwa teman-teman dia tidak jadi ke Retro, sehingga ia juga batal.

Fidel yang pertama kali langsung mengumpat. "Ih, bete deh, maksudnya apa sih
Iwan itu, bilang aja deh kalau dia sebenarnya nggak punya gustlis, tapi
temennya, uh, pake ngaku-ngaku, dasar sundal."

Jodi tertawa kecut dan kembali mengatakan, "Iwan mah udah biasa begitu,
dibilangin, dia itu speak-sepak doang." Kinu langsung menyergah, meminta semua
untuk melupakan rencana ke Retro, dan lebih baik nongkrong saja di Ohlala
sarinah.

Mereka naik mikrolet yang biasa jalan malam. Di atas angkot, tiba-tiba terbetik
ide untuk turun dulu di E.X sebelum ke Ohlala. "Masih kepagian," kata Jodi.
Mereka turun di E.X, muter-muter sebentar, lalu menyapa teman mereka yang
bekerja di Starbuck. Jodi mendapat secangkir hot chocolate untuk diminum
rame-rame. Setelah bosan di E.X barulah mereka bergerak ke Sarinah, jalan kaki
menyusuri trotoar Thamrin yang dingin dan lengang. Sebelum masuk Ohlala, mereka
naik ke Djakarta Theater. Kinu dan Idam dandan dulu di toilet. Yang lain
menunggu sambil mengecek harga baru tiket bioskop yang baru saja mengalami
penurunan cukup drastis.

Setelah Idam dan Kinu kembali, mereka pun turun lagi, dan mendapati, seperti
malam-malam minggi biasanya, Ohlala penuh sesak. Fidel berseru mengajak Idam dan
Kinu foto-fotoan dengan HP. Jodi menelpon. Gogik merokok di luar. Aray
memperhatikan Idam dan Kinu. Sejak kemarin dia suka sekali memperhatikan Idam
yang mungil namun agak sedikit chubby. Malam ini dia mengenakan sweater ketat
warna kuning yang ketika berada di toko pastilah dipajang di bagian rak
perempuan. Kinu juga mengenakan sweater ketat, tapi lengan pendek, warna merah
tua garis-garis horiontal hitam. Sedangkan Odi tamnpak lebih dewasa dibandingkan
yang lain dengan kaos putih berkrah.

Tak lama kemudian, mereka mendapat tempat duduk, dan melanjutkan melewatkan sisa
malam minggu dengan menikmati kopi, minuman ringan dan obrolan ngalor ngidul
serta gosip-gosip dan saling bertukar cerita pengalaman pribadi. Gogik bertanya
kepada Idam apakah selama ikut-ikut casting pernah mengalami perlakuan yang
melecehkan, seperti banyak diceritakan di majalah-majalah. Idam bilang tidak
pernah. Fidel memberi tahu Jodi tentang cowok di bangku lain yang "lucu banget".
Kinu menerima telpon dari Iwan yang mengatakan akan menyusul ke Ohlala.

Sebagai anggota baru, Aray banyak ditanya mengenai pengalaman pribadinya. Idam
yang katanya belum pernah "berhubungan seks sampai jauh", penasaran apakah Aray
"melakukan" dan gimana rasanya. Aray bilang pernah, dan karena ia merasa dirinya
agak chubby, maka ia suka lelaki berbadan besar agar bisa duduk di atas. "Gue
kan women on top," katanya blak-blakan dengan gaya ngondeknya yang membuat semua
tertawa.

Lalu Aray banyak memberi nasihat, dan Idam serta Kinu mendengarkan dengan
serius. Jodi sibuk mendengarkan lagu-lagu dari HP, dan Fidel sibuk memindahkan
foto-foto dari HP Idam yang tadi banyak merekam dirinya, ke HP-nya sendiri.
Gogik pura-pura menikmati rokoknya padahal sebenarnya mencuri dengar obrolan
yang berlangsung. Aray bilang, jangan pernah one night stand karena kau akan
menyesal. Dia juga bilang, paling benci kalau dapat laki-laki yang mainnya
singkat. "Masak baru tiga detik udah keluar, langsung aja aku pakai baju lagi
dan pergi gitu aja."

Aray baru berumur 19 tahun, tapi wajahnya tampak seperti berumur 25 tahun. Jodi
mahasiswa Jurusan Teknik Informatika tingkat skripsi, giginya berbehel dan
wajahnya sebersih artis-arstis sinetron. Idam dan Kinu juga sepantaran dengan
mereka, namun keduanya tampak masih sangat belia. Gogik menjuluki mereka berdua
sebagai brondong abadi, dan mereka tampak senang disebut begitu.

Berkali Aray menyesali kenapa rokok yang dibawa Gogik bukan methol. Tapi,
akhirnya ia tak tahan juga, dan mulai menyulut sebatang. Meskipun kemudian ia
menyesal karena ia sebenarnya sedang berusaha berhenti merokok demi usaha
perawatan wajahnya yang berjerawat. Ia juga sedang berusaha mati-matian
menghilangkan lemak yang bersemayam di perut dan pinggulnya.

Aray mengaku, sejak SD sudah rajin membaca majalah-majalah fashion dan gaya
hidup, dan sampai sekarang masih melakukannya. Ia sangat terobses dengan
kontes-kontes kecantikan dan paling suka mengimajinasikan dirinya sebagai Putri
Puerto Rico yang tampil di ajang Miss Universe. Mereka terus mengobrol di riuh
orang-orang yang terus datang dan pergi. Di samping mereka tiba-tiba sudah ada
serombongan lelaki-lelaki gay yang salah satu di antaranya mereka akrabi
wajahnya sebagi pemilik salon bridal terkenal di Jakarta.

Lewat jam 12 Iwan, Ale, Toro muncul dan bergabung. Toro sudah mengganti celana
panjangnya dengan celana tigaperempat. Sedangkan Ale dan Iwan masih dalam
konstum yang sama. Tapi, rupanya tak ada yang respek dengan kehadiran mereka.
Iwan berkali mengajak minum jus di Sabang tapi tak ada sambutan. Akhirnya,
merasa kalau dirinya dicueki, Iwan pun tak lama kemudian pamit. Idam langsung
membuka obrolan begitu mereka pergi.

"Ngapain sih mereka ke sini?"
"Ih Ale kok mau sih ama Iwan. Jelek gitu, kayak mas-mas..." Fidel memanaskan
situasi
"Tapi, kan bawa mobil," sergah Aray.
"Alaaa...kijang aja!" Fidel ngotot
"Tenang aja, kata Mama Loren mereka nggak akan bertahan lama, paling seminggu
juga bubaran," Idam menyambut.
"Abis itu, Ale kita perebutkan," sahut Aray.
"Kita jadiin arisan aja, jadi bisa giliran sapa yang dapet," timpal Kinu.
Jodi dan Gogik geleng-geleng kepala, dan semua tertawa-tawa.

Dan, satu malam minggu akan segera lewat bagi Aray, dan teman-teman barunya.

No comments: