Monday, April 30, 2007

GAIRAH ABNORMAL

Wawan, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini
sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari
sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak.
Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal
secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di
luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari,
dimana dia harus melakukan tes wawancara. Akhirnya dia
memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah
dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah
berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana
perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga.

Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama
ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti.
Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa
disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal
yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi
alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di
depan pintu rumah yang dimaksud itu.

Perlahan Wawan mengetuk pintu, tidak lama kemudian
terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang
wanita tua yang muncul.
"Iya, ada perlu apa, Pak..?"
"Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu
tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk
tempat tinggal." sahut Wawan seketika.
"Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya
memanggil nyonya dulu," wanita tua itu mempersilakan
Wawan masuk.
"Hm.., baik, terima kasih."
Sejenak kemudian Wawan sudah duduk di kursi ruang tamu.

Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri.
Wawan memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Wawan
dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.
"Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?"
Terhenyak Wawan dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri
seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua,
umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan
berwibawa.

"Oh.., eh.. selamat siang," Wawan tergagap kemudian dia
melanjutkan, "Begini Bu..."
"Panggil saya Bu Mira..," tukas wanita itu menyahut.
"Hm.., o ya, Bu Mira, tadi saya membaca surat kabar yang
tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan."
"Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?"
"Wawan Bu," sahut Wawan seketika.
"Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu
diketahui oleh Nak Wawan bahwa di rumah ini hanya ada
tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan
pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Wawan, kami
memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan,
selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar
tambah ramai penghuninya." dengan singkat Bu Mira
menjelaskan semuanya.

"Hm, suami Ibu..?" tanya Wawan singkat.
"Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun
yang lalu," jawab Bu Mira singkat.
"Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa
sewanya..?" tanya Wawan kemudian.
"Hm, begini, Nak Wawan mau mengambil berapa bulan, biaya
sewa sebulannya tujuh puluh ribu rupiah," jawab Bu Mira
menerangkan.
"Baiklah Bu Mira, saya akan mengambil sewa untuk enam
bulan," kata Wawan.
"Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya."
Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan,
tinggallah Wawan disitu dengan Bu Mira, Ida anak Bu Mira
dan Bik Sumi pembantu Bu Mira.

Sudah satu bulan ini Wawan tinggal sambil menunggu
panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula
Wawan punya keinginan yang aneh terhadap Bu Mira. Wanita
yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup
sendirian. Wawan tidak dapat membayangkan bagaimana
mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi
fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu
Mira menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Wawan
bercinta dengan Bu Mira. Apalagi sering Wawan melihat Bu
Mira memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk
tubuh Bu Mira yang masih kelihatan kencang dan indah.
Ingin sekali Wawan menyentuhnya.

"Aku harus bisa mendapatkannya..!" gumam Wawan suatu
saat.
"Saya harus mencari cara," gumamnya lagi.

Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam
Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu
Mira tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung
selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit.
Tinggallah Wawan dan Bu Mira sendirian di rumah. Tapi
Wawan sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan
hasratnya terhadap Bu Mira. Lama Wawan di kamar, jam
menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Mira
menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah
mantap, Wawan pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang
tengah.

"Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?" sejenak Wawan
berbasa-basi.
"Oh, silakan Nak Wawan..," mempersilakan Bu Mira kepada
Wawan.
"Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Wawan, malam
Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?"
tanya Bu Mira kemudian.
"Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam
Minggu di rumah saja," jawab Wawan sekenanya.
Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

"Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?" tanya Wawan
tiba-tiba.
"Lho, tidak usah Nak Wawan, kok repot-repot..,"
"Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan
minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang
selalu membuatkan minuman untuk saya."
"Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,"
kata Bu Mira sambil tersenyum.
"Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar." segera Wawan
bergegas ke dapur.

Tidak lama kemudian Wawan sudah kembali sambil membawa
nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di
piring.
"Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!"
"Terima kasih, Nak Wawan."
Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu
Mira sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Mira
sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster
tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya
yang indah. Tersenyum Wawan melihatnya.

"Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli
di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan
bekerja untuk beberapa saat kemudian," gumam Wawan penuh
kemenangan.
"Beruntung sekali tadi Bu Mira mau kubuatkan teh,
sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang
diminum Bu Mira," gumamnya sekali lagi.

Sejenak Wawan memperhatikan Bu Mira, tubuh yang pasrah
yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul
gejolak kelelakian Wawan yang normal tatkala melihat
tubuh indah yang tergolek lemah itu. Diremas-remasnya
dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan
kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh
paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan
dari mulut Bu Mira, spontan Wawan menarik kedua
tangannya.

"Mengapa harus gugup, Bu Mira sudah terpengaruh obat
tidur itu sampai beberapa saat nanti," gumam Wawan dalam
hati.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Wawan kemudian
membopong tubuh Bu Mira memasuki kamar Wawan sendiri.
Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas
tempat tidur, sesaat kemudian Wawan sudah mengunci
kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia
simpan siang tadi di laci mejanya.

Tidak lama kemudian Wawan sudah mengikat kedua tangan Bu
Mira di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Mira
yang telentang itu, tidak sabar Wawan untuk melampiaskan
hasratnya terhadap Bu Mira.
"Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu
Mira," kata Wawan dalam hati.
Satu-persatu Wawan melepaskan apa saja yang dipakai oleh
Bu Mira. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian
celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas,
Wawan menyingkirkannya ke lantai. Terlihat sekali
sekarang Bu Mira sudah dalam keadaan polos, telanjang
bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
Diamati oleh Wawan mulai dari wajah yang cantik,
payudara yang montok menyembul indah, perut yang
ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan
gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh
rimbunnya rambut.

Sesaat kemudian Wawan sudah menciumi tubuh Bu Mira mulai
dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut
ke perut dan terakhir ciuman Wawan mendarat di payudara
Bu Mira. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu
Mira, tapi Wawan tidak memperdulikannya. Diciumi dan
diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut
dan kedua tangan Wawan. Puting merah jambu yang menonjol
indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Wawan.
Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan
perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah
puas Wawan melakukan itu semua, perlahan-lahan dia
bangkit dari tempat tidur.

Satu-persatu Wawan melepas pakaian yang melekat di
badannya, akhirnya keadaan Wawan sudah tidak beda dengan
keadaan Bu Mira, telanjang bulat, polos, tanpa ada
sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Terlihat
kemaluan Wawan yang sudah mengencang hebat siap
dihunjamkan ke dalam vagina Bu Mira. Tersenyum Wawan
melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali
dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

Perlahan-lahan Wawan kembali naik ke tempat tidur dengan
posisi telungkup menindih tubuh Bu Mira yang telanjang
itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan
memasukkannya ke dalam vagina Bu Mira. Wawan merasakan
vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak
pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian
lama, rudal Wawan sudah masuk semuanya ke dalam vagina
Bu Mira.
Ketika Wawan menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu
Mira sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu
Mira, "Ah.., ah.., ah..!"
Tapi Wawan tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan
kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan
tapi pasti.
"Slep.., slep.., slep..," terdengar setiap kali ketika
Wawan melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi
tempat tidur yang berderit-derit.

"Uh.., oh.., uh.., oh..," sesekali Wawan mengeluh kecil,
sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu
Mira yang montok itu.
Lama Wawan melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya
betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Mira.
Akhirnya Wawan merasakan tubuhnya mengejang hebat,
merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Mira.
"Ser.., ser.., ser..," Wawan merasakan cairan yang
keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina
Bu Mira.
"Oh.. ah.. oh.. Bu Mira.., oh..!" terdengar keluhan
panjang dari mulut Wawan.
Setelah itu Wawan merasakan tubuhnya yang lelah sekali,
kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu
Mira dengan posisi memeluk tubuh Bu Mira yang telah
dinikmatinya itu.

Lama Wawan dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia
dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Mira yang sudah mulai
siuman. Secara reflek, Wawan bangkit dari tempat
tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya.
Tertegun Wawan berdiri di samping tempat tidur dalam
kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat
kemudian terdengar suara Bu Mira.
"Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?"
Sebentar kemudian suasana menjadi hening.
"Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga
telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?"
terdengar suara Bu Mira pelan dan serak.
Suasana hening agak lama. Wawan tidak tahu apa yang
harus dilakukannya. Dia diam saja.
Terdengar lagi suara Bu Mira mengeluh, "Oh.., tolonglah
aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam
keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?"
keluh Bu Mira.
Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Wawan,
bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu
Mira, Wawan harus berterus terang mengatakannya
semuanya.

"Ini saya..," gumam Wawan lirih.
"Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi
padaku..?" sahut Bu Mira agak keras.
"Bukan, ini saya Bu.., Wawan..," Wawan berterus terang.
"Wawan..!" kaget Bu Mira mendengarnya.
"Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Wawan..? Bicaralah..!
Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?" tanya Bu
Mira kemudian.

Kemudian Wawan bercerita mulai dari awal sampai akhir,
bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Mira, sampai
pada keheranannya bagaimana juga Bu Mira dapat hidup
sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat
memuaskan hasrat birahi Bu Mira. Juga tidak lupa Wawan
menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Mira
selama Bu Mira tidak sadar karena pengaruh obat tidur.
Tertegun Bu Mira mendengar semua perkataan Wawan. Lama
mereka terdiam, tapi terdengar Bu Mira bicara lagi.

"Wawan.., Wawan.., Ibu memang menginginkan laki-laki
yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini
caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu
sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada
Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu
juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri
tanpa laki-laki."
"Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak
saya."
"Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan
dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti
ini."
"Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi
apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja."
"Oh, tidak Wawan, bagaimanapun kamu telah melakukannya
semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh
oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya
lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga
menginginkannya Wawan tidak hanya kamu saja."
"Benar Bu..?" tanya Wawan kaget.
"Benar Wawan, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu
bisa melihatmu seutuhnya," pinta Bu Mira kemudian.

Tanpa pikir panjang lagi, Wawan segera menyalakan lampu
yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh
mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan
posisi Bu Mira terikat tangannya.
"Oh Wawan, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah
tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Wawan..! Ibu ingin kamu
memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam,
Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan."

Perlahan Wawan mendekati Bu Mira, diperhatikan wajah
yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Mira
yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Mira
masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut
tubuh Bu Mira yang polos dan indah itu, mulai dari paha,
perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Mira
menggelinjang keenakan.
"Terus.., Wawan.., ah.. terus..!" terlihat tubuh Bu Mira
bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan
Wawan.
"Tapi, Wawan, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu
ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu
bisa menyentuh tubuhmu juga..!" pinta Ibu Mira memelas.
"Baiklah Bu."

Sedetik kemudian Wawan sudah melepaskan ikatan tali di
tangan Bu Mira. Setelah itu Wawan duduk di pinggir
tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap
dan meremas-remas perut dan payudara Bu Mira.
"Nah, begini kan enak..," kata Bu Mira.
Sesaat kemudian ganti tangan Bu Mira yang meremas-remas
dan menarik maju mundur kemaluan Wawan, tidak lama
kemudian kemaluan Wawan yang diremas-remas oleh Bu Mira
mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si
Wawan ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai
sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

"Oh.., Wawan, kemaluanmu begitu keras dan kencang,
begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke
dalam vagina Ibu." kata Bu Mira lirih sambil terus
mempermainkan kemaluan Wawan yang sudah membesar itu.
Diperlakukan sedemikian rupa, Wawan hanya dapat
mendesah-desah menahan keenakan.
"Bu Mira, oh Bu Mira, terus Bu Mira..!" pinta Wawan
memelas.
Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua,
semakin hot, terdengar desahan-desahan dan
rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka
berdua.

"Oh Wawan, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas
tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah
kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu
sudah tak sabar lagi.." desis Bu Mira memelas dan
memohon.
Sesaat kemudian Wawan sudah naik ke atas tempat tidur,
langsung menindih tubuh Bu Mira yang telanjang itu,
sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Mira
yang indah itu.
"Oh, ah, oh, ah.., Wawan oh..!" tidak ada kata yang lain
yang dapat diucapkan Bu Mira yang selain merintih dan
mendesah-desah, begitu juga dengan Wawan yang hanya
dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan
kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Mira. Reflek Bu
Mira memeluk erat-erat tubuh Wawan sambil sesekali
mengusap-usap punggung Wawan.

Sampai suatu ketika, tangan Bu Mira memegang kemaluan
Wawan dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan
pasti Wawan mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina
Bu Mira, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua
kaki Bu Mira agar merenggang dan tidak merapat, lalu
menjepit kedua kaki Bu Mira dengan kedua kakinya untuk
terus telentang. Akhirnya setelah sekian lama berusaha,
karena memang tadi Wawan sudah memasukkan kemaluannya ke
dalam vagina Bu Mira, sekarang agak gampang Wawan
menembusnya, Wawan sudah berhasil memasukkan seluruh
batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.

Kemudian dengan reflek Wawan menggerakkan kedua
pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan
kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.
"Slep.., slep.., slep..," terdengar ketika Wawan
melakukan aktivitasnya itu.
Terlihat tubuh Bu Mira bergerak menggelinjang keenakan
sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti
irama gerakan pantat Wawan.
"Ah.., ah.., oh.. Wawan.., jangan lepaskan, teruskan,
teruskan, jangan berhenti Wawan, oh.., oh..!" terdengar
rintihan dan desahan nafas Bu Mira yang keenakan.
Lama Wawan melakukan aktivirasnya itu, menarik dan
memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu
Mira. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua
puting payudara Bu Mira.

"Oh.., ah.. Bu Mira, oh.., kamu memang cantik Bu Mira,
akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat
birahimu, ih.., oh..!" desis Wawan keenakan.
"Oh.., Wawan.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan
seterusnya, oh Wawan.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh..,
ah..!"
Semakin cepat gerakan Wawan menarik dan memasukkan
kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, semakin hebat pula
goyangan pantat Bu Mira mengikuti irama permainan Wawan,
sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak
beraturan.

Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai
akhirnya Bu Mira merintih, "Oh.., ah.., Wawan.., Ibu
sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau
keluar, oh Wawan.., kamu memang perkasa..!"
"Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..!
Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!" desis Wawan
menimpali.
"Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Mira..! Oh, aku
juga sudah tak tahan lagi," desis Wawan kemudian.
Setelah berkata begitu, Wawan menambah genjotannya
terhadap Bu Mira, terus-menerus tanpa henti, semakin
cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang
basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu
serasi dengan posisi tubuh Wawan menindih tubuh Bu Mira.

Sampai akhirnya Wawan merasakan tubuhnya mengejang
hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Mira. Keduanya saling
merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam,
seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.
"Ser.., ser.., ser..!" terasa keluar cairan kenikmatan
keluar dari ujung kemaluan Wawan mengalir ke dalam
vagina Bu Mira, begitu nikmat seakan-akan seperti
terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu
Mira seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara
menikmati kepuasan yang diberikan oleh Wawan.
Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa
kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu
hebat.

Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling
menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Mira.
"Wawan, terima kasih atas apa yang telah kau berikan
pada Ibu..," kata Bu Mira sambil tangannya mengelus-elus
rambut Wawan.
"Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu
berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu," sahut Wawan
dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu
Mira.
Suasana yang begitu mesra.

"Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu
ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!" pinta
Ibu Mira.
"Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang
terbaik bagi Ibu..," kata Wawan kemudian.
"Ah, kamu bisa saja Wan," tersungging senyum di bibir Bu
Mira.
"Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik
Sumi..?" tanya Wawan.
"Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida
berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di
saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya
setiap saat dan setiap waktu..!" jawab Bu Mira manja
sambil tangannya mengusap-usap punggung Wawan.

Sejenak Wawan memandang wajah Bu Mira, sesaat kemudian
keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang
mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan
keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul
mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

No comments: